Bali terkenal sebagai Pulau Seribu Pura. Di
setiap sudut pulau, kita akan dengan mudah menemukan pura
baik yang berukuran kecil maupun besar. Pura-pura di Bali memiliki
beragam fungsi, mulai dari tempat ibadah sampai lokasi wisata spiritual/religi
bagi para wisatawan yang bertandang ke Pulau Dewata. Dari ribuan pura yang ada
di Bali, saya memilih 8 pura yang bisa dikategorikan pura terindah. Pura-pura
ini memiliki keunikan/kekhasan masing-masing, baik dari sisi arsitektur, ukuran
maupun bentuk/model bangunan pura. Selain itu, lokasi sebagian pura ini juga
tak biasa. Ada yang di puncak bukit, di tengah danau, di atas pulau karang,
maupun di tebing yang curam. Berikut 8
pura terindah di Bali yang layak untuk dikunjungi.
1. Pura Besakih
Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Pura ini merupakan
pura tertinggi di Bali karena berada di lereng Gunung Agung (gunung tertinggi
di Bali), yang berada pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Komplek
Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18
Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian inilah,
tempat pertama diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama
Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat
kegiatan dari seluruh pura yang ada di Bali. Di antara semua pura yang termasuk
dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak
jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura
Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana
dari sifat Tuhan Tri Murti
, yaitu Dewa Brahma
, Dewa Wisnu,
dan Dewa Siwa
yang merupakan
perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura
Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia
(World Heritage Sites) UNESCO sejak tahun
1995.
2. Pura Beji
Pura Beji terletak di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tepatnya, sekitar 8 km di sebelah timur Kota Singaraja. Lokasi dan ukuran pura ini tergolong biasa saja karena berada di pinggir jalan tak juah dari pemukiman penduduk. Yang membuatnya istimewa adalah ukiran yang menghiasi hampir seluruh bagian pura. Mulai dari gerbang utama, gerbang kedua (tengah) hingga bagian utama pura, semua sarat ukiran khas Buleleng yang berbentuk tumbuhan merambat dan bunga-bungaan. Hampir tak ada bagian pura ini yang luput dari ukiran sehingga membuatnya sedap dipandang mata.
3. Pura Goa
Gajah
Pura Goa Gajah
berada tak
jauh dari Ubud, tepatnya di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar.
Keunikan pura ini adalah letaknya yang berada di dalam goa sehingga dinamakan Pura
Goa Gajah. Kata Goa Gajah berasal dari kata Lwa Gajah, sebuah kata yang muncul
pada Kitab Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Goa ini
dibangun pada abad XI, pada saat Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten berkuasa. Dulunya,
goa ini dijadikan tempat bertapa/bersemedi
yang dibuktikan dengan adanya ceruk-ceruk di
dalam goa.
Goa Gajah ini
berbentuk huruf T dengan lorong utama yang menjorok ke utara sepanjang 9
meter. Di ujung lorong yang menjorok ke utara ini, kita akan bertemu
"pertigaan" ke kanan/timur dan ke kiri/barat, yang panjangnya sekitar
15 meter dengan lebar dan tinggi sekitar 3 meter. Di ujung barat terdapat Arca
Ganesha dan ujung timur terdapat tiga Lingga. Selain arca-arca tersebut, ada
banyak peninggalan bersejarah di Kompleks Pura Goa Gajah, antara lain kolam
pertirtaan/pemandian dengan tujuh patung widyadara-widyadari yang sedang
memegang air suci dan
Lembah Tukad Pangkung di mana terdapat
relief stupa bercabang tiga, relief payung bersusun 13, dan arca Budha.
4. Pura
Gunung Kawi
Butuh sedikit perjuangan untuk mencapai Pura Gunung
Kawi. Dari tempat parkir, kita harus menuruni ratusan anak tangga karena pura ini
berada di lembah yang dalam, di tepi Sungai Tukad Pakerisan. Pura Gunung Kawi
terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Pura ini
dibangun oleh Raja Udayana dan diselesaikan oleh Raja Anak
Wungsu. Nama Gunung Kawi sendiri belum diketahui dengan pasti asal
mulanya. Namun, secara etimologi dikatakan berasal dari kata gunung dan kawi,
yang berarti gunung/pegunungan dan pahatan. Maksudnya ialah pahatan yang
terdapat di pegunungan.Keunikan Pura Gunung Kawi adalah bentuk bangunannya yang
berupa candi-candi yang dipahat di dinding tebing yang curam. Ada dua kelompok
candi di kompleks Pura Gunung Kawi yang dipisahkan oleh aliran Sungai Tukad Pakerisan. Candi pertama terletak di sebelah barat
sungai, menghadap ke timur, yang berjumlah empat buah. Sedangkan candi kedua
terletak di sebelah timur sungai, menghadap ke barat, yang berjumlah lima buah.
Kompleks candi sebelah timur dilengkapi dengan kolam pemandian serta pancuran air. Sementara
di kompleks candi sebelah
barat terdapat semacam “ruang pertapaan” yang dipahat di dalam tebing yang kokoh. Ruangan ini dilengkapi dengan pelataran, ruangan-ruangan
kecil (seperti kamar) dengan jendela dan lubang sirkulasi udara di bagian atapnya yang berfungsi untuk masuknya
sinar matahari. Ruangan-ruangan ini konon digunakan sebagai tempat meditasi atau tempat pertemuan para pendeta atau tokoh-tokoh
kerajaan lainnya.
5. Pura
Lempuyang
Pura Lempuyang berada di puncak Bukit
Bisbis (Gunung Lempuyang) di Desa Purahayu, Kecamatan Abang, Kabupaten
Karangasem. Jaraknya sekitar 16 km dari pusat Kota Amlapura. Keistimewaan pura ini adalah bentuk bangunannya yang sangat unik
dengan ribuan anak tangga dan letaknya yang berada di puncak bukit dengan
panorama indah di sekitarnya. Untuk mencapai Pura Lempuyang,
kita harus membawa kendaraan yang tangguh karena jalan menuju pura menanjak
terjal. Selain itu, kita juga harus ekstra hati-hati karena jalan tersebut
sempit dan berkelok-kelok. Dan yang paling penting, kondisi tubuh harus prima/fit
ketika mengunjungi Pura Lempuyang, karena kita akan
mendaki ribuan anak tangga untuk mencapai pura.
6. Pura
Taman Ayun
Taman Ayun artinya taman yang
indah. Sesuai dengan nama yang disandangnya, Pura Taman Ayun memang indah. Kompleks
pura yang terdiri dari sepuluh buah pura dengan ketinggian yang berbeda-beda (dari
dua tingkat sampai dengan sebelas tingkat) ini sering menghiasi kartu pos dan
souvenir-souvenir khas Bali lainnya. Pura ini terletak di Desa Mengwi,
Kecamatan Mengwi, Kabupaten Tabanan, Bali. Letaknya sekitar 20 km barat laut
Denpasar atau sekitar 30 menit berkendara. Pura Taman Ayun dibangun oleh Raja
Pertama Kerajaan Mengwi ,Tjokorda Sakti Blambangan, pada abad XVII (tahun
1634), dengan mendatangkan arsitek langsung dari Cina. Kompleks Pura Taman Ayun
sangat luas dan terdiri dari empat lapisan. Lapisan paling luar adalah kolam
yang mengelilingi kompleks pura. Lapisan kedua adalah taman yang asri dengan
berbagai macam tanaman dan rumput yang hijau. Lapisan berikutnya yang dibatasi
dengan pagar (lapisan ketiga dan keempat) merupakan bangunan utama di Kompleks
Pura Taman Ayun, yaitu sepuluh buah pura yang dikelilingi kolam teratai yang
indah. Bangunan pura yang berbentuk “meru”
(atap yang bertingkat-tingkat) dengan ketinggian yang berbeda-beda, berdiri
dengan anggun tepat di tengah-tengah kompleks Pura Taman Ayun.
7. Pura
Tanah Lot
Pura yang bertengger di atas pulau/batu karang di
tengah laut ini merupakan salah satu pura paling terkenal di Bali yang telah
lama menjadi ikon wisata Bali. Foto pura ini telah menghiasi berbagai kartu
pos, majalah dan brosur wisata sehingga membuatnya terkenal ke berbagai penjuru
dunia. Jadi, tak perlu uraian panjang lebar untuk menjelaskan keindahan pura
ini.
8. Pura Ulun
Danu Beratan
Pura Ulun Danu Beratan berada di tengah Danau
Beratan, di Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pura ini
juga menjadi salah satu ikon wisata Bali yang paling menonjol selain Pura Tanah
Lot. Berbagai kartu pos, majalah dan brosur wisata telah memajang pura cantik
ini. Bila Anda belum pernah melihat Pura Ulun Danu Beratan, Anda bisa
melihatnya di halaman belakang uang pecahan lima puluh ribu rupiah. (edyra)***