Tuesday, 11 October 2011

NAIK-NAIK KE PUNCAK GEDUNG

Foto sejenak di depan Menara Kembar Petronas


Sejak kecil saya sangat suka berada di ketinggian seperti di atas pohon, di puncak gedung tinggi atau di puncak menara. Walaupun pernah jatuh beberapa kali ketika memanjat pohon, saya tidak pernah jera. Selain bisa melihat pemandangan indah, rasanya ada sensasi tersendiri bila sudah berada di puncak gedung/bangunan tinggi. Makanya, kegemaran saya menaiki tempat-tempat tinggi tersebut terus berlanjut sampai saya dewasa. Setiap kali saya berkunjung ke suatu tempat/negara dan ada landmark/bangunan tertinggi di kota tersebut, sebisa mungkin saya berusaha menaikinya. Berikut ini beberapa menara atau bangunan tinggi yang pernah saya naiki.


A. Dalam Negeri

1. Monumen Nasional (Tugu Monas)

Monumen Nasional atau yang populer disebut Monas/Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (versi lain mengatakan 137 meter dihitung dengan tinggi ruang yang ada di bawah tanah 5 meter), yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen ini didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan Monas dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Saya naik ke pelataran puncak Monas pada tanggal 25 April 2007.


Tugu Monas


Struktur bangunan Monas terdiri dari tiga bagian, yaitu lantai dasar, pelataran cawan, dan pelataran puncak. Di lantai dasar terdapat Museum Sejarah Perjuangan Nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, yang dapat menampung sekitar 500 orang pengunjung. Pada keempat sisi ruangan masing-masing terdapat 12 jendela peraga atau diorama yang mengabdikan peristiwa sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang, dan lantai berlapis marmer dengan total keseluruhan 48 diorama. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.


Pelataran cawan Monas memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui tangga dari lantai dasar. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).


Di Pelataran Puncak Monas


Di puncak Monas terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pengunjung bisa mencapai pelataran puncak Monas yang berada pada ketinggian 115 meter dari permukaan tanah melalui elevator (lift) pada pintu sisi selatan. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak yang berukuran 11 x 11 meter ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru Kota Jakarta.


Kompleks Monas (monumen dan museum) dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum. Harga tiket menuju pelataran cawan dan museum Rp 3.500,00. Bila Anda ingin naik hingga ke pelataran puncak maka anda harus membeli tiket lagi seharga Rp 7.500,00, jadi total Rp 11.000,00.


2. Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Monumen Bajra Sandi)

Monumen Perjuangan Rakyat Bali atau yang lebih dikenal sebagai Monumen Bajra Sandhi merupakan simbol rakyat Bali untuk menghormati para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan lambang persemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi, dari zaman ke zaman. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan bangunan utama monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Monumen yang sangat megah dan indah ini terletak di pusat Kota Denpasar, tepatnya di tengah Lapangan Puputan Renon, di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali. Monumen ini dibangun pada tahun 1987 dan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003.


Monumen Perjuangan Rakyat Bali


Arsitektur Monumen Perjuangan Rakyat Bali sangat kental dengan budaya Bali dan falsafah Agama Hindu, yakni lingga dan yoni. Bangunan utama monumen melambangkan lingga, sedangkan dasar bangunan monumen melambangkan yoni. Pada bangunan utama monumen, dapat kita lihat :

- Guci Amertha, disimbolkan dengan kumba (semacam periuk) yang terlihat di bagian atas monumen.

- Ekor Naga Basuki, diwujudkan di dekat Swamba, dan kepalanya pada Kori Agung.

- Badan Bedawang Akupa, diwujudkan pada landasan monumen.

- Gunung Mendara Giri, diwujudkan dengan monumen yang menjulang tinggi.

- Kolam yang mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).


Keseluruhan area monumen berbentuk bujur sangkar, dengan menerapkan konsepsi Tri Mandala, yaitu :

- Utama Mandala adalah bangunan utama yang terletak paling tengah.

- Madya Mandala adalah pelataran yang mengitari Utama Mandala.

- Nista Mandala adalah pelataran yang paling luar, yang mengitari Madya Mandala.


Bangunan gedung monumen pada Utama Mandala terdiri dari tiga lantai, yaitu :

- Utamaning Utama Mandala adalah lantai tiga yang letaknya paling atas, berfungsi sebagai ruang peninjauan, tempat untuk menikmati keindahan suasana di sekeliling monumen. Pada saat cuaca cerah, para pengunjung bisa menikmati panorama Kota Denpasar dari tempat ini. Untuk mencapai tempat ini, para pengunjung harus mendaki anak tangga melingkar yang lumayan tinggi.

- Madyaning Utama Mandala adalah lantai dua yang berfungsi sebagai ruang diorama, tempat dipajangnya diorama perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa yang berjumlah 33 unit. Dioramanya mirip dengan yang ada di Monas, Jakarta tetapi yang di sini hanya menampilkan perjuangan rakyat Bali sejak zaman kerajaan, masuknya Agama Hindu, zaman penjajahan, perang kemerdekaan, hingga saat ini. Di bagian luar, di sekeliling ruangan ini terdapat serambi atau teras terbuka untuk menikmati suasana sekitar.

- Nistaning Utama Mandala adalah lantai dasar monumen, di mana terdapat ruang informasi, ruang administrasi, ruang pameran, ruang perpustakaan, ruang penjualan souvenir, ruang rapat, dan toilet. Di tengah-tengah ruangan terdapat kolam ikan dengan air mancur, delapan tiang agung dan juga tangga naik berbentuk tapak dara.


Monumen Perjuangan Rakyat Bali dibuka untuk umum setiap hari kecuali hari libur nasional (tanggal merah), dengan jam buka : Senin - Jumat (08.30 - 17.00 WITA), Sabtu - Minggu (09.30 - 17.00 WITA). Untuk masuk ke monumen ini, setiap pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00 untuk dewasa (lokal) dan Rp 2.000,00 untuk anak-anak (lokal). Untuk turis asing, tiket masuknya Rp 10.000,00 untuk dewasa dan Rp 5.000,00 untuk anak-anak.


3. Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) di Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah terletak di Jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Di kompleks masjid yang mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006 ini sebuah menara bernama Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower). Menara ini memiliki ketinggian 99 meter yang melambangkan 99 Nama Allah. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 kilometer ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Menara ini dibuka setiap hari dari pukul 08.00 - 21.00 WIB. Pengunjung bisa mencapai puncak menara melalui lift dengan membayar Rp 3.000,00 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.00 - 17.30 WIB. Apabila pengunjung datang pada antara pukul 17.30 - 21.00 WIB tarif tersebut meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Di puncak menara, pengunjung bisa menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas. Bagi pengunjung yang ingin melihat pemandangan dengan teropong, bisa menggunakan teropong yang terdapat di puncak menara dengan mengeluarkan biaya Rp 500,00 per menit.


Di puncak Menara BTS Provider Telepon Seluler


4. Menara Base Transceiver System (BTS) Provider Telepon Seluler

Melihat sebuah Tower BTS Provider Telepon Seluler tak jauh dari rumah, saya tertarik untuk menaikinya. Apalagi saat itu, tower tersebut belum 100% jadi dan belum dipagari sekelilingnya. Jadilah, saya nekad memanjat tower setinggi 75 meter tersebut. Parahnya, saya memanjat tower tersebut di bulan puasa, sore hari lagi. Kenekadan saya tersebut tak lain karena saya terprovokasi oleh kakak cewek saya yang sudah lebih dulu memanjat tower tersebut beberapa hari sebelumnya. Selain itu, saya juga penasaran ingin melihat pemandangan indah di sekitar kampung halaman saya dari ketinggian. Ternyata, usaha saya tak sia-sia. Pemandangan dari puncak tower memang sangat indah. Saya bisa melihat Gunung Muria di sebelah barat, perbukitan yang hijau, jalan yang berkelok-kelok, dan rumah-rumah penduduk yang terlihat kecil-kecil seperti maket. Sialnya, saat itu saya tidak membawa kamera kesayangan saya karena sedang low bat. Alhasil, esok harinya, pagi-pagi sekali setelah Sholat Subuh, saya kembali memanjat tower tersebut untuk mengabadikan panorama indah di sekitarnya.


4. Mercusuar Pulau Bawean, Jawa Timur

Sejak kecil saya punya “impian” yang mungkin bagi sebagian orang dianggap aneh, yaitu berada di puncak mercusuar. Saya membayangkan betapa asyiknya menyaksikan panorama pantai yang indah lengkap dengan perahu nelayan yang bertebaran dari atas ketinggian. Impian saya memanjat mercusuar baru terwujud ketika saya sedang berkunjung ke Pulau Bawean pada tanggal 11 Mei 2008. Mungkin Anda bertanya-tanya, “Di manakah letak Pulau Bawean?” Pulau Bawean adalah pulau kecil yang terletak di tengah Laut Jawa, di antara Pulau Jawa dan Kalimantan. Jaraknya sekitar 120 km dari lepas pantai Gresik, Jawa Timur. Secara administratif, Pulau Bawean memang termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Untuk mencapainya, kita harus naik kapal cepat dari Pelabuhan Gresik menuju Sangkapura dengan waktu tempuh sekitar empat jam.


Ketika jalan-jalan di Sangkapura (Kota terbesar di Pulau Bawean), secara kebetulan saya melihat sebuah mercusuar yang tak seberapa tingginya, berdiri menjulang di tepi pantai. Otomatis, impian lama saya untuk menaiki mercuasuar pun mencuat lagi. Sayangnya sore itu, ada banyak orang sedang bermain bola voli di sebuah lapangan tak jauh dari mercusuar tersebut. Mau tak mau, saya pun menunda keinginan untuk menaiki mercusuar tersebut. Saya tak mau jadi tontonan orang apalagi sampai dimarahi orang gara-gara menaiki mercusuar tersebut.


Panorama Kota Sangkapura dilihat dari puncak Mercusuar Bawean


Keesokan harinya, pagi-pagi sekali (jam 05.15) saya berjalan kaki dari hotel tempat saya menginap menuju mercusuar tersebut. Dari hotel ke mercusuar butuh waktu sekitar 15 menit berjalan kaki. Seperti dugaan saya, tidak ada orang sama sekali di sekitar mercusuar pagi itu. Setelah celingak-celinguk memastikan bahwa memang tak ada orang di sekitar mercusuar, saya pun langsung menaiki mercusuar dengan semangat. Dan saya benar-benar puas ketika berada di puncak mercusuar. Panorama Kota Sangkapura terlihat sangat indah dari puncak mercusuar. Terlihat Pulau Selayar di sebelah timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Pelabuhan Sangkapura di sebelah barat, dan perbukitan hijau di sebelah utara. Meski angin bertiup cukup kencang, saya tak mempedulikannya. Saya segera memotret panorama menawan tersebut. Tak lupa saya bernarsis ria dengan modal tripod dan self-timer. Saya bahagia sekali impian saya menaiki mercusuar (meski tidak terlalu tinggi) sudah tercapai.


Mercusuar Bukit Badung


5. Mercusuar Bukit Badung, Bali

Mercusuar kedua yang berhasil saya naiki adalah Mercusuar Bukit Badung yang berada di ujung selatan Pulau Bali, tepatnya di Desa Timbis, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Mercusuar ini berada tak jauh dari Pantai Green Bowl yang indah itu. Saya tak tahu pasti berapa tingginya Mercusuar Bukit Badung. Soalnya tidak ada keterangan berapa tinggi mercusuar tersebut. Menurut perkiraan saya sih, lebih dari 50 meter. Yang pasti, saya cukup ngos-ngosan ketika menaikinya. Saya nekad menaiki Mercusuar Bukit Badung meski pintu pagar yang mengelilinginya terkunci. Saya nekad memasukinya, dengan meloncat pagar. Sayangnya, saya tidak bisa mencapai puncak mercusuar. Pasalnya, tangga terakhir menuju puncak, sudah berkarat dan banyak yang patah pegangan (hand rail)-nya. Ketika saya coba menaikinya, anak tangga tersebut bergoyang-goyang sekan mau lepas. Saya pun mengurungkan niat mencapai puncak mercusuar. Toh, saya sudah bisa melihat pemandangan indah dari tempat tersebut. Saya benar-benar heran, kok bisa ya, mercusuar yang letaknya dekat dengan tempat wisata terkenal dan pemukiman penduduk, kondisinya tak terawat seperti ini. Padahal Mercusuar Bukit Badung kan cukup penting karena letaknya meghadap ke Samudera Hindia, sehingga memandu kapal-kapal yang datang dari arah selatan (Australia).


Mercusuar Gili Selang


6. Mercusuar Gili Selang, Bali

Saya melihat Mercusuar Gili Selang secara tak sengaja. Sepulang jalan-jalan dari Pantai Amed, saya tidak berbalik arah menuju Tulamben melainkan berjalan ke arah timur sampai ujung paling timur Pulau Bali. Untungnya, saya melihat sebuah mercusuar yang menjulang tinggi tak jauh dari pulau mungil Gili Selang. Ternyata mercusuar yang terletak di ujung timur (benar-benar di ujung paling timur) Pulau Bali tersebut bernama Mercusuar Gili Selang. Melihat pintu pagar mercusuar yang terbuka, saya tertarik utuk menaiki mercusuar tersebut. Sebelum naik, saya meminta izin dulu kepada ibu-ibu yang rumahnya tak jauh dari mercusuar tersebut dan ternyata diizinkan. Dengan semangat 45 saya pun menaiki Mercusuar Gili Selang. Sialnya, angin bertiup cukup kencang saat itu. Mungkin, karena letaknya di ujung pulau dan bangunan mercusuar juga lumayan tinggi. Untungnya, pengorbanan saya terbayar lunas ketika sampai di puncak mercusuar. Panorama Bali Timur yang menawan menghapuskan segala rasa letih dan deg-degan saya. Dan seperti biasa, ritual potret-memotret pun langsung saya lakukan dari puncak Mercusuar Gili Selang.


B. Luar Negeri

1. Menara Kembar Petronas (Petronas Twin Towers), Kuala Lumpur, Malaysia

Ketika jalan-jalan ke Kuala Lumpur pada tanggal 15 Juli 2008, tempat pertama yang saya kunjungi adalah Menara Kembar Petronas (Petronas Twin Towers). Maklum sebagai penyuka bangunan-bangunan tinggi, landmark Negeri Jiran, Malaysia ini, sudah lama menyita perhatian saya. Pasalnya, menara ini pernah menyandang gelar sebagai gedung tertinggi di dunia pada masanya (dan masih menjadi gedung kembar tertinggi di dunia hingga saat ini). Rasanya gedung setinggi 452 m dengan 88 lantai ini, sayang untuk dilewatkan. Ada yang bilang, “Belum ke Malaysia kalau belum mengunjungi Menara Kembar Petronas.” Syukur-syukur bisa naik sampai ke skybridge (Orang Malaysia menyebut Jejantas Udara)-nya. Saya pun sampai harus dua kali berkunjung ke Menara Kembar Petronas untuk bisa naik ke skybridge-nya. Hari pertama, saya harus kecewa karena tidak bisa naik ke skybridge tersebut karena kesiangan. Dulu, tiket gratis untuk naik ke skybridge hanya tersedia sampai pukul 09.00 Waktu Malaysia (sama dengan WITA). Sekarang sih tersedia sepanjang hari, tapi sudah tidak gratis lagi. Alhasil, keesokan harinya saya pun rela datang lebih pagi untuk antri tiket masuk ke skybridge Menara Kembar Petronas.


Menara Kembar Petronas


Skybridge Visit, begitulah istilah untuk kunjungan ke skybridge Menara Kembar Petronas. Fungsi utama dari double-decked skybridge ini sebagai penghubung antara kedua menara serta untuk jalur evakuasi bila terjadi kondisi darurat. Seperti kebanyakan gedung pencakar langit lainnya, gedung ini pun mampu ‘bergoyang’ bila diterpa angin, jembatan yang terhubung di antara kedua jembatan mampu bergeser secara fleksibel dengan batas maksimal tertentu.


Berfoto bersama grup tur Skybridge Visit di Skybridge Petronas Twin Towers


Untuk mengunjungi Menara Kembar Petronas saya sarankan untuk datang pagi-pagi, loket dibuka mulai pukul 08.30 dengan jumlah tiket yang terbatas. Biaya tur adalah RM 10 untuk sampai di skybridge. Bila ingin sampai lantai tertinggi tersedia paket tur seharga RM 40. Tur diawali dengan pemutaran film pendek berdurasi 7 menit tentang apa itu Petronas, kontribusi Petronas terhadap negara serta pembangunan menara itu sendiri. Tur akan dibagi menjadi dua grup dengan tanda kartu pengenal berwarna hijau, biru, kuning, merah atau hitam yang dibagikan/ dipinjamkan sebelum masuk ke bioskop mini. Setelah itu, pengunjung akan dibawa ke skybridge,di lantai 41, dengan lift berkecapatan tinggi dalam waktu kurang lebih 41 detik (kecepatan lift 6 m/detik). Sebelum naik ke lantai 41 di mana double-decked skybridge berada, pengunjung akan melewati mesin security check seperti di bandara. Di dalam skybridge sepanjang 58,4 m ini, pengunjung akan diberi kesempatan selama 15 menit untuk berfoto dan menikmati pemandangan di sekitar menara. Kemudian, tour guide akan memanggil pengunjung berdasarkan warna tanda pengenal bila waktu telah habis. Skybridge Visit pun selesai.



Bila pengunjung ingin membeli souvenir Menara Kembar Petronas, pengunjung bisa belanja di Galeri Petronas yang berada di dekat pintu keluar. Di galeri tersebut terdapat informasi seputar Menara Kembar Petronas dan berbagai pernak-pernik (souvenir) lucu Menara Kembar Petronas. Belum puas belanja di Galeri Petronas? Anda bisa belanja di Suria KLCC (shopping mall) yang berada di bawah Menara Kembar Petronas.


2. Menara Kuala Lumpur (Kuala Lumpur Tower)

Menara Kuala Lumpur yang lebih sering disebut dengan Kuala Lumpur Tower (KL Tower) memang kalah tenar dibandingkan dengan ‘adiknya’ Menara Kembar Petronas. Namun, sebelum ada Petronas Twin Towers, KL Tower sempat menjadi primadona Kuala Lumpur. Meski kalah pamor, tetap saja KL Tower menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata Malaysia. Saya pun tertarik mengunjungi KL Tower selepas kunjungan dari Petronas Twin Towers.


Menara Kuala Lumpur


Terletak tak begitu jauh dari Petronas Twin Towers (namun cukup jauh kalau jalan kaki), di KL Tower pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Kuala Lumpur dari ketinggian 421 meter di lantai pengamatan observation deck dengan harga tiket masuk untuk dewasa seharga RM 38. Harap Anda perhatikan, bahwa KL Tower buka dari jam 09.00 pagi sampai jam 09.00 malam. Di observation deck, pengunjung bisa menikmati keindahan panorama Kuala Lumpur. Petronas Twin Towers juga terlihat jelas dari sini. Selain itu, ada toko souvenir yang menjual berbagai pernak-pernik KL Tower di observation deck. Oh ya, di KL Tower juga terdapat restoran berputar dengan pemandangan panorama 360o Kota Kuala Lumpur. Untuk menikmatinya, kita harus pesan tempat dulu. Selain observation deck, menara yang dijadikan menara telekomunikasi itu mempunyai beberapa tempat menarik seperti F1 Simulator Zone, Animal Zone, dan lain-lain. (edyra)***

2 comments:

  1. Pingin juga naik-naik ke Puncak Gedung seperti Mas..... ada yang sudah pernah saya naikin, tapi banyak yang belum..... :)

    ReplyDelete
  2. Saya paling senang melihat pemandangan suatu tempat/kota dari ketinggian.

    ReplyDelete