Monday, 4 June 2012

CANBERRA, IBU KOTA AUSTRALIA YANG TENANG DAN DAMAI




Meski menyandang status sebagai Ibu Kota Negara Australia, Canberra kalah populer dibandingkan dengan dua kota tetangganya, Sydney dan Melbourne. Maklum, Canberra termasuk kota baru, yang baru didirikan pada tahun 1913. Jadi, tahun ini baru berusia 99 tahun. Canberra memang sengaja dibangun sebagai ibu kota Australia, dan menjadi jalan keluar atas persaingan Sydney dan Melbourne yang ingin menjadi ibu kota negara. Nama Canberra diambil dari Bahasa Aborigin (penduduku asli Australia) yang artinya meeting place (tempat pertemuan). Walau kota baru, bukan berarti Canberra tidak menarik. Kota yang letaknya di antara Sydney dan Melbourne ini juga memiliki sejumlah tempat wisata patut dilirik. Mulai dari danau buatan, taman-taman yang indah, kantor-kantor pemerintahan hingga berbagai museum yang sebagian besar tak memungut biaya masuk alias gratis. Selain itu, suasana Canberra juga begitu bersih, tenang, dan serba teratur, tak ada kemacetan lalu lintas seperti layaknya ibu kota negara. Jadi, tak ada salahnya mampir ke Canberra bila sedang berlibur ke Australia. 

Parliament House
Di pagi yang cerah, di awal musim gugur 2012, saya melangkahkan kaki menuju salah satu gedung (landmark) paling terkenal di Canberra, yaitu Parliament House. Dari hotel tempat saya menginap, saya berjalan kaki sekitar 30 menit untuk mencapai tempat ini. Sebenarnya, saya bisa naik bus untuk mencapai Parliament House. Namun, saya memilih berjalan kaki karena hari masih pagi dan cuaca juga sangat bersahabat, di mana langit biru cerah dan udara tidak begitu dingin. Selain itu, saya juga ingin melihat suasana kota Canberra di pagi hari yang ternyata cukup sepi seperti kata kebanyakan orang. 


Untuk ukuran ibu kota, Canberra memang sangat sepi. Jalan-jalan cukup lengang, tak banyak lalu lalang kendaraan. Bahkan, di salah satu jalan raya utama yang saya lewati (Commonwealth Avenue) kendaraan juga tidak banyak. Tak ada kemacetan lalu lintas seperti layaknya di ibu kota Negara lainnya. Mau menyebrang jalan pun sangat mudah, tak perlu menunggu lama atau pun khawatir bakal tertabrak mobil saking sepinya jalan. Asyiknya lagi, trotoar jalan juga lebar-lebar dengan pohon-pohon rindang yang berjajar di sepanjang jalan. Benar-benar nyaman berjalan kaki di Canberra. Apalagi saat itu Canberra sedang mengalami musim gugur (musim favorit saya), di mana daun-daun mulai menguning dan berguguran. Acara jalan kaki terasa makin nikmat dan menyenangkan. 


Parliament House terletak di pusat kota Canberra. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas 32 hektar di puncak Bukit Capital (Capital Hill), Canberra. Tak heran kalau Parliament House menjadi salah satu landmark paling menonjol di Canberra dan ramai dikunjungi turis dari berbagai negara. Awalnya saya sedikit heran, bagaimana mungkin gedung parlemen bisa menjadi objek wisata. Setahu saya, yang namanya gedung parlemen adalah tempat formal dan tertutup untuk umum seperti Gedung DPR/MPR di Indonesia. Namun, beda dengan Parliament House di Canberra. Meski namanya gedung parlemen, suasana di Parliament House sangat menyenangkan, jauh dari kesan kaku dan formal. Gedung rakyat ini terbuka untuk umum setiap hari, sepanjang tahun (kecuali tanggal 25 Desember), dari pukul 09.00 - 17.00. Asyiknya lagi, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun untuk memasuki Parliament House. Anda hanya perlu melewati serangkaian prosedur keamanan berupa screening metal detector dan X-Ray di pintu masuk gedung ini. Setelah itu, Anda bebas berkeliling Parliament House

Parliament House mulai dibangun pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1988. Gedung ini didesain oleh Arsitek Italia, Romaldo Giurgola dari Mitchell/Giurgola Architects. Parliament House dibuka secara resmi oleh Ratu Elizabeth II pada tanggal 9 Mei 1988. Sepintas, bentuk bangunan Parliament House terlihat biasa saja. Hanya sebuah gedung yang sangat luas dan tak seberapa tinggi dengan ribuan ruang di dalamnya. Konon kabarnya ada lebih dari 4000 ruang di dalam Parliament House. Namun, bila diperhatikan dengan seksama dari kejauhan, Gedung Parliament House berbentuk seperti boomerang, (senjata tradisional Suku Aborigin) yang diletakkan di tanah lapang. 


Banyak hal yang bisa Anda lihat di Parliament House, mulai dari berbagai ruangan yang ada di sana, sejarah Parlemen Australia hingga lukisan foto Perdana Menteri dan Senator Australia dari yang pertama sampai sekarang. Bahkan, Anda bisa naik ke atap gedung (roof top) di mana terdapat lapangan rumput yang luas dan tiang bendera Australia yang berdiri gagah. Selain itu, Anda juga bisa melihat aktivitas sidang para anggota senat/parlemen secara langsung, bila saat itu sedang ada sidang. Dan yang paling menyenangkan, Anda diperbolehkan berfoto dan memotret di dalam gedung kecuali sejumlah ruang tertentu yang memang tertutup untuk umum. 


Old Parliament House
Puas mengelilingi Parliament House, saya berjalan ke arah selatan hingga tiba di Old Parliament House. Gedung yang didesain oleh John Smith Murdoch ini dulunya merupakan Gedung Parlemen Australia dari tahun 1927 – 1988, sebelum dipindahkan ke New Parliament House yang sekarang. Kini Old Parliament House dimanfaatkan sebagai Museum of Australian Democracy. Museum ini menceritakan sejarah demokrasi di Australia. Untuk memasuki museum ini, pengunjung harus membayar AUD 2 (sekitar Rp 19.400,00). Karena kurang tertarik dengan masalah politik dan demokrasi, saya tidak masuk ke museum ini. Saya hanya memotret Gedung Old Parliament House yang arsitekturnya cukup unik, dengan bentuk gedung yang memanjang. 

Old Parliament House Garden
Di kanan kiri Old Parliament House terdapat taman yang indah, yaitu Old Parliament House Garden. Dulunya kedua taman ini hanya terbuka untuk para anggota senat, parlemen, dan staf Old Parliament House. Namun, sejak tahun 1989, taman ini terbuka untuk umum dan gratis. Kedua taman tersebut diberi nama House of Representatives Garden (di sebelah timur/kiri Old Parliament House) dan Senate Garden (di sebelah barat/kanan Old Parliament House). 


Bagi penggemar mawar, Anda benar-benar dimanjakan saat berada di Old Parliament House Garden. Pasalnya tanaman utama di kedua taman tersebut adalah aneka macam mawar dari berbagai penjuru dunia. Kabarnya, sampai saat ini setidaknya ada 515 spesies mawar di Old Parliament House Garden. House of Representatives Garden terdiri dari Ladies Rose Garden (Hybrid Tea dan Floribunda Roses) dan Macarthur Rose Garden (China, Tea dan Noisette Roses). Sedangkan Senate Garden terdiri dari Broinowski Rose Garden (Shrub Roses) dan Rex Hazlewood Rose Garden (Asian and European Roses, termasuk Australian Roses). 

Saya beruntung masih bisa melihat aneka jenis mawar di Old Parliament House Garden. Meski saya datang di musim gugur, mawar-mawar di sana masih bermekaran dengan indah, belum banyak yang berguguran. Untuk lebih menikmati keindahan mawar di Old Parliament House Garden, saya pun mencari tempat duduk yang nyaman dan membuka bekal makan siang yang saya bawa. Sungguh menyenangkan menikmati makan siang dikelilingi ratusan bunga mawar warna-warni yang sangat menyegarkan mata. 

Captain James Cook Memorial Water Jet 
Ada satu atraksi menarik yang pantang dilewatkan ketika berkunjung ke Canberra, yaitu Captain James Cook Memorial Water Jet. Tentunya, saya tak mau ketinggalan menyaksikan atraksi menarik tersebut. Apalagi letaknya juga sangat strategis di Danau Burley Griffin (danau buatan di Canberra), tepat di sebelah jalan raya utama Canberra (Commonwealth Avenue). Saya pun segera meluncur ke sana. 


Sebenarnya Captain James Cook Memorial Water Jet merupakan air mancur biasa. Yang membuatnya istimewa dan ditunggu-tunggu para turis tentunyah karena air mancur ini tidak dinyalakan sepanjang hari tetapi hanya dinyalakan pada pukul 14.00 – 16.00. Selain itu, pancaran airnya yang cukup tinggi juga membuatnya semakin menarik. Captain James Cook Memorial Water Jet dibuat untuk memperingati dua abad penemuan Pantai Timur Australia oleh Kapten James Cook. Air mancur ini diresmikan oleh Ratu Elizabeth II pada tahun 1970. Saat dinyalakan secara maksimal, air mancur ini bisa mencapai ketinggian sekitar 147 meter. Di dekat air mancur ini terdapat sebuah bola dunia yang menggambarkan rute perjalanan Kapten James Cook dalam menemukan Australia. 

Cockington Green Gardens 
Ketika matahari mulai condong ke barat, saya bergegas menuju Cockington Green Gardens, taman yang berisi miniatur sejumlah bangunan terkenal dari berbagai negara di dunia. Dari pusat kota Canberra, saya harus naik bus dua kali untuk menuju taman ini karena letaknya yang berada di luar kota Canberra, yaitu di Gold Creek Village, Nicholls, Canberra. Pertama, saya naik bus jurusan Belconen kemudian dari Terminal Belconen, naik bus jurusan Nicholls dan turun tepat di samping Cockington Green Gardens


Berkunjung ke Cockington Green Gardens di sore hari, ternyata pilihan yang tepat. Suasana taman benar-benar lengang. Tak ada satu pun turis lain yang berkunjung ke Cockington Green Gardens saat itu kecuali saya. Jadi saya bisa bebas berkeliling taman miniatur tersebut dan memotretnya tanpa ada gangguan. Saya seperti menjadi raksasa ketika berada di Cockington Green Gardens. Semua bangunan tampak imut-imut dan menggemaskan. 

Cockington Green Gardens adalah taman milik pribadi (bukan milik pemerintah) yang dibangun oleh Doug dan Brenda Sarah. Taman ini sudah dikelola oleh empat generasi turun-temurun selama 30 tahun. Cockington Green Gardens dibuka untuk umum pada tahun 1979 dan sudah meraih berbagai penghargaan wisata Australia. Taman ini buka setiap hari (kecuali Hari Natal), dari pukul 09.30 sampai dengan pukul 17.00 dengan waktu masuk terakhir pukul 16.15. Tiket masuknya memang cukup mahal, AUD 18,5 (sekitar Rp 179.450,00) untuk dewasa, AUD 10,5 (sekitar 101.850,00) untuk anak-anak umur 4 – 16 tahun, dan gratis untuk anak-anak di bawah 4 tahun. 


Cockington Green Gardens dibagi menjadi dua area, yaitu Area Inggris dan Area Australia serta international. Area Inggris berisi berbagai miniatur bangunan khas Inggris termasuk stadion sepak bola (lengkap dengan penontonnya) dan Stonehenge. Nah, di Area Australia dan Internasional yang menarik. Di sana terdapat berbagai miniatur bangunan terkenal dari 31 negara di dunia (termasuk Australia). Mulai dari Gereja St. Andrews (Ukraina), Petra (Jordania), hingga Lahore Gate (India). Tak ketinggalan candi kebanggaan Indonesia, Candi Borobudur. Malah letaknya persis di depan gerbang Area internasional, sehingga setiap turis yang berkunjung ke Cockington Green Gardens pasti akan melihatnya. Sebagai Warga Negara Indonesia, saya bangga sekali melihat miniatur Candi Borobudur berada di antara miniatur berbagai bangunan terkenal dunia lainnya di Cockington Green Gardens


Australian War Memorial 
Keesokan harinya, sebelum meninggalkan Canberra untuk kembali ke Sydney, saya menyempatkan diri untuk mampir ke Australian War Memorial. Museum perang ini letaknya tak begitu jauh dari hotel tempat saya menginap. Hanya perlu jalan kaki sekitar 15 menit. Apalagi museum ini tak menarik biaya sepeser pun dari pengunjungnya, jadi semakin menambah semangat saya untuk menyambangi museum ini. Australian War Memorial dibangun untuk menghormati para pahlawan dan pejuang Australia yang gugur dalam perang. Di museum ini, Anda bisa belajar tentang sejarah perang dunia, baik Perang Dunia I maupun Perang Dunia II dan keterlibatan Australia dalam perang tersebut. Sejumlah benda yang berhubungan dengan perang juga dipamerkan di museum ini. Mulai dari meriam, tank hingga pesawat tempur. Diorama Perang Dunia I juga dipamerkan dengan menarik di museum ini. Selain itu, Anda juga melihat pemandangan indah dari halaman depan Australian War Memorial, berupa jalan panjang (ANZAC Parade) yang membentang dengan pepohonan rindang di kanan kirinya dan Parliament House di kejauhan. (edyra)***

*Dimuat di Majalah CHIC Edisi 118, 27 Juni 2012.

3 comments:

  1. kunjungan gan .,.
    Menjaga kepercayaan orang lain lebih penting daripada membangunnya.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    ReplyDelete
  2. Indah skali boss Australia gak Jakarta

    ReplyDelete