Pantai Sowan
Bila Anda menuju Tuban dari arah barat (Rembang, Jawa Tengah), tempat menarik yang akan Anda jumpai pertama kali di wilayah Kabupaten Tuban adalah Pantai Sowan. Pantai ini berada di area Perhutani KPH Tuban, tak jauh dari Jalur Pantai Utara Jawa (Pantura) tepatnya di Desa Sowan, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban. Jaraknya sekitar 35 km dari pusat Kota Tuban. Selain pasir putih dan air lautnya yang biru, daya tarik Pantai Sowan adalah suasananya yang masih sangat alami dengan pepohonan yang rindang di tepi pantai. Tak heran kalau pantai ini ramai dikunjungi Warga Tuban di hari libur atau di akhir pekan. Untuk mencapai Pantai Sowan sangat mudah. Dari Jalur Pantura di Desa Sowan, Anda tinggal belok kiri (bila datang dari arah Rembang) sekitar 1 km hingga Anda tiba di Pantai Sowan. Untuk masuk ke pantai ini Anda dikenakan retribusi sebesar Rp 3.000 per orang. Biaya yang cukup murah untuk menikmati keindahan pantai berpasir putih yang jarang terdapat di Pulau Jawa.
Klenteng Kwan Sing Bio
Berjalan ke arah timur menuju kota Tuban, Anda akan melihat sebuah klenteng yang cukup unik di sebelah kanan jalan. Namanya Klenteng Kwan Sing Bio. Klenteng yang terletak di Jalan R.E. Martadinata Tuban ini, berada tak jauh dari pantai dan merupakan satu-satunya klenteng di Indonesia yang menghadap laut lepas. Konon,kabarnya keberadaan Klenteng Kwan Sing Bio yang berani menantang laut menunjukkan bahwa klenteng ini memiliki kekuatan mistik yang tinggi sehingga siapa saja yang berdoa di sana, dipercaya doanya akan terkabul. Makanya klenteng ini selalu ramai didatangi pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain posisinya yang menghadap laut, keunikan Klenteng Kwan Sing Bio adalah hiasan gerbangnya yang tidak biasa. Kalau kebanyakan klenteng gerbangnya dihiasi naga, gerbang Klenteng Kwan Sing Bio berhias kepiting raksasa. Setelah memasuki gerbang utama, baru Nampak hiasan naga. Hal ini membuat Klenteng Kwan Sing Bio menjadi satu-satunya klenteng di Indonesia yang gerbangnya memakai hiasan kepiting bukan naga. Hiasan kepiting yang menjadi ikon Kelenteng Kwan Sing Bio ternyata berkaitan dengan sejarah awal pembangunan klenteng yang diperkirakan dibangun pada abad XVIII (1928) ini. Konon, lokasi dibangunnya Kelenteng Kwan Sing Bio adalah rawa-rawa di mana terdapat banyak kepiting yang hidup dan berkembang biak di sekitarnya. Tak hanya itu, menurut mitologi Cina, kepiting juga dipercaya dapat memberi perlindungan pada klenteng dan umatnya dari pengaruh unsur-unsur jahat. Penghormatan kepada kepiting dilakukan dengan tidak menyajikan kepiting sebagai sesembahan kepada dewa di klenteng tersebut.
Kelenteng Kwan Sing Bio menganut ajaran Tri Dharma yaitu Budha, Tao dan Kong Hu Chu dengan pemujaan kepada dewa utamanya yaitu Dewa Kwan Kong. Hal ini sesuai dengan arti nama Kwan Sing Bio yang berarti kelenteng untuk memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong. Klenteng ini berdiri di atas lahan seluas lebih dari dua hektar, dan dibagi menjadi beberapa bagian. Di bagian depan terletak sebuah tempat sembahyang (altar utama), yang juga merupakan bangunan tertua. Di sebelah kiri altar utama berdiri tempat belajar Bahasa Mandarin, kantor sekretariat, dan tempat penjualan perlengkapan sembahyang. Di bagian belakang terdapat dapur dan aula (gedung serba guna) yang sekaligus menjadi tempat menginap bagi pengunjung, bersebelahan dengan taman berarsitektur Cina, plus danau kecil dan jembatan yang melintas di atasnya yang sekaligus berfungsi sebagai panggung pertunjukan acara saat peringatan ulang tahun klenteng.
Klenteng Kwan Sing Bio setiap hari ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Mereka yang datang ke kelenteng bukan hanya berasal dari kalangan Kong Hu Chu melainkan umat muslim, Kristen, dan lainnya. Tujuan wisatawan berkunjung ke Klenteng Kwan Sing Bio berbeda-beda, ada yang datang khusus untuk bersembahyang, ada yang sekedar ingin melihat-lihat, ada juga yang datang untuk mencari peruntungan dan mohon petunjuk.
Gua Akbar
Biasanya gua berada di daerah terpencil, baik di tengah hutan, di lereng gunung atau di tepi pantai. Namun, berbeda dengan gua kebanggaan Warga Tuban ini. Gua yang diberi nama Gua Akbar ini terletak di tengah Kota Tuban, tepatnya di bawah Pasar Tuban. Ramainya aktivitas jual beli di pasar, sangat kontras dengan suasana sunyi dan hening di dalam Gua Akbar.
Nama Akbar konon berasal dari nama sebuah pohon yang tumbuh di depan gua, yakni Pohon Akbar. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa nama Akbar tersebut diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tuban yang merupakan akronim dari Aman, Kreatif, Bersih, Asri dan Rapi yang tak lain adalah slogan dari Kabupaten Tuban itu sendiri.
Gua Akbar memiliki nilai religius. Diceritakan bahwa Sunan Bonang melihat gua ini saat diajak oleh Sunan Kalijogo yang saat itu masih bernama Raden Mas Sahid. Beberapa tempat di Gua Akbar dipercaya sebagai tempat Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang pernah bertapa. Seperti ceruk yang diberi nama Pasepen Koro Sinandhi, yaitu tempat pintu yang dirahasiakan. Ceruk ini sangat kecil pintunya. Untuk masuk ke dalamnya, orang dewasa harus merangkak atau sekurangnya membungkuk. Oleh masyarakat sekitar dipercaya prosesi membungkuk ini memiliki makna filosofis yang tinggi, yakni pengunjung diingatkan bahwa di depan mata Allah semua harus merendahkan diri.
Pada sisi lain dari dalam gua terdapat sebuah ruangan yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk melakukan ibadah sholat. Bagian ini memiliki lantai dasar gua yang telah dilapis keramik warna putih dan hitam sebagai penanda barisan sholat. Beberapa pengunjung tampak meluangkan waktu untuk sholat sejenak di tempat ini.
Sebuah ruangan yang cukup luas terdapat pula di dalam gua ini diberi nama Paseban Wali yang dipercaya dulunya digunakan oleh para walisongo untuk berkumpul dan menyampaikan ajaran agama Islam. Suatu hal yang harus ditelaah lebih lanjut, mengingat Wali Songo hidup tidak persis pada zaman yang sama. Namun demikian, Paseban Para Wali itu memang mirip ruang pertemuan. Adanya lubang-lubang di langit-langit goa hingga cahaya matahari masuk dalam bentuk jalur cahaya yang jelas. Stalaktit dan stalagmit juga seakan menjadi hiasan ruangan. Itu ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di bagian depan ruang, seakan menjadi podium bagi pembicara.
Air Terjun Nglirip
Mungkin tidak banyak yang tahu kalau Tuban memiliki sebuah air terjun yang indah, namanya Air Terjun Nglirip. Air terjun ini letaknya memang di luar kota Tuban, tepatnya di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Jaraknya sekitar 35 km dari Kota Tuban atau sekitar 45 menit berkendara karena jalan menuju Air Terjun Nglirip berkelok-kelok dan naik turun.
Air Terjun Nglirip merupakan air terjun alami yang berada di bawah Bendungan Nglirip. Daya tarik Air Terjun Nglirip adalah air yang mengucur dari ketinggian sekitar 30 meter dengan kolam yang berwarna hijau toska di bawahnya. Melihat kolam hijau toska tersebut, siapa pun pasti ingin terjun dan bermain air di sana. Selain itu, jembatan yang membentang di atas air terjun dan suasana alam sekitar yang masih alami juga menambah nilai plus Air Terjun Nglirip.
Selain keindahan alamnya, keistimewaan Air Terjun Nglirip dibanding air terjun lainnya adalah Anda tidak perlu bersusah-susah naik turun tangga untuk bisa melihatnya. Dengan berjalan kaki beberapa meter dari jalan raya, Anda sudah bisa menikmati keindahan Air Terjun Nglirip. Tempat pertama yang Anda jumpai tentunya adalah Bendungan Nglirip. Dari bendungan ini, Anda bisa melihat Air Terjun Nglirip di bawah Anda. Bila Anda ingin melihat air terjun dari dekat atau bermain air di sekitar air terjun, Anda bisa turun ke sungai melewati jalan setapak yang telah disediakan. Itupun tidak akan menguras energi, karena jaraknya tak begitu jauh dari jalan raya. (edyra)***
No comments:
Post a Comment