Friday, 21 December 2012

BANDAR SERI BEGAWAN YANG MENAWAN




Berpose di Masjid Omar Ali Saiffuddien

Dibandingkan tetangganya (Malaysia dan Singapura), Brunei Darussalam memang kalah populer. Maklum, selain letaknya yang kurang strategis, di bagian utara Pulau Kalimantan, Brunei Darussalam memang tak segencar Malaysia dan Singapura dalam mempromosikan potensi pariwisata negaranya. Alhasil, tak banyak turis yang berkunjung ke negeri seluas 5.765 km2 ini. Padahal, Brunei Darussalam tak kalah menarik dibanding tetangganya. Negaranya Sultan Hassanal Bolkiah ini memiliki banyak tempat menarik yang patut untuk dilirik. Bila Anda suka suasana yang sepi, tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota besar, sangat tepat berlibur ke Bandar Seri Begawan. 

Berbekal tiket promo dari salah satu maskapai berbiaya murah (budget airline), saya dan teman mengunjungi Bandar Seri Begawan di akhir bulan Oktober. Kami memulai perjalanan ke Bandar Seri Begawan dari Kuala Lumpur, karena maskapai yangkami naiki tidak memiliki rute langsung Jakarta - Bandar Seri Begawan. Sebenarnya ada penerbangan langsung Jakarta - Bandar Seri Begawan dari maskapai lain tapi harga tiketnya jauh lebih mahal. Tentu saja, kami memilih yang lebih murah meski harus “bersusah-susah” transit di Kuala Lumpur. 

Masjid Omar Ali Saifuddien
Setelah check in dan meletakkan tas di kamar hotel, saya dan teman berjalan menuju Masjid Omar Ali Saifuddien. Meski saat itu matahari tengah bersinar terik, kami tak mempedulikannya. Kubah emas Masjid Omar Ali Saifuddien yang berkilauan terkena sinar matahari seperti memanggil-manggil kami untuk segera mendekatinya. 

Masjid Omar Ali Saifuddien

Tak butuh waktu lama untuk mencapai Masjid Omar Ali Saifuddien dari hotel kami. Dengan berjalan kaki sepuluh menit, kami pun sampai. Karena saat itu, belum masuk waktu zuhur. Kami jalan-jalan dulu di sekitar Masjid Omar Ali Saifuddien, untuk memotret keindahan masjid ini. Kami juga masuk ke dalam masjid untuk melihat interior masjid yang sangat megah dan indah. Sayangnya, pengunjung dilarang memotret di dalam masjid. Jadi kami tak berlama-lama di dalam masjid. 

Dilihat dari dekat, masjid yang selesai dibangun pada tahun 1958 ini ternyata jauh lebih indah. Kubah emasnya yang berkilauan, bangunan kapal yang unik di samping masjid, dan menaranya yang berdiri menjulang setinggi 52 meter membuat saya benar-benar takjub. Arsitekturnya yang memadukan Gaya Mughal dan Italia membuat Masjid Omar Ali Saifuddien semakin menawan. 

 
 Replika Kapal/Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah di samping Masjid Omar Ali Saifuddien

Masjid Omar Ali Saifuddien dibangun oleh Omar Ali Saifuddien III (Sultan Brunei ke-28) di atas sebuah danau buatan, tak jauh dari Sungai Brunei. Masjid yang menjadi salah satu landmark Bandar Seri Begawan ini sengaja dibangun di atas danau, karena pembangunan masjid ini dibarengi dengan pembangunan sebuah bangunan kapal yang merupakan replika dari Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah dari abad ke XVI. Lokasi replika bahtera ini tepat di tengah danau di sebelah kiri masjid dan dihubungkan dengan jembatan dari batu pualam. Replika Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah tersebut dibangun dalam rangka memperingati 1.400 tahun (14 Abad) Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an untuk pertama kali). Keseluruhan pembangunannya selesai dilaksanakan tahun 1967 dan digunakan sebagai mimbar tilawah (mimbar atau podium yang digunakan oleh Qori & Qori’ah) pada perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an tingkat nasional di Brunei Darussalam. 

Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Setelah menunaikan sholat zuhur di Masjid Omar Ali Saifuddien, kami menuju Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah yang letaknya di seberang masjid. Kami hendak mencari makan siang karena perut kami sudah keroncongan minta diisi. Untunglah di depan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah, terdapat banyak kios penjual makanan yang cukup menggugah selera. Jadi, kami tak perlu kesulitan untuk mencari makanan. Nasi Katok menjadi pilihan makan siang kami saat itu. Anehnya, sebagian besar penjual makanan di depan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah berasal dari Indonesia. Bahkan, tempat saya membeli makanan, merupakan kios milik pedagang dari Tulungagung, Jawa timur. Menu makanan yang mereka jual pun sangat Indonesia, misalnya : soto, bakso dan gado-gado. Ada juga beberapa menu makanan khas Brunei seperti Nasi Katok yang saya pilih. 

 
 Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah

Setelah perut kenyang, saya segera masuk ke dalam gedung Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah untuk “ngadem” dan window shopping. Meski namanya “yayasan” dan bentuk bangunannya sederhana (bila dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta), Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan kompleks pusat perbelanjaan (shopping mall complex) tertua di Bandar Seri Begawan yang menjadi kebanggaan Warga Brunei. Di mal ini, terdapat supermarket, departemen store, food court, dan berbagai macam toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Ada juga toko/kios yang menjual beragam souvenir Brunei Darussalam, mulai dari kaos, topi, magnet kulkas, gantungan kunci dan lainnya. Saya sempat membeli beberapa kartu pos Brunei Darussalam sedangkan teman saya membeli sebuah kaos Brunei Darussalam. Tak heran kalau tempat ini menjadi salah satu pusat gaul anak muda Bandar Seri Begawan dan para turis yang berkunjung ke Bandar Seri Begawan. 

Bandar Seri Begawan Waterfront 
Puas keliling Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah, kami berjalan ke arah selatan, menuju tepian Sungai Brunei yang disebut Bandar Seri Begawan Waterfront (Warga Bandar Seri Begawan biasa menyebutnya Bandar Waterfront). Tempat ini baru saja direnovasi pemerintah Brunei Darussalam dan menghabiskan dana sampai 5,6 juta Dolar Brunei. Bandar Seri Begawan Waterfront sebenarnya adalah area di tepi Sungai Brunei yang di-paving menjadi trotoar yang cukup luas dengan beberapa restoran yang menjual pemandangan (view) Kampung Ayer kampung terapung di tengah Sungai Brunei). Di beberapa tempat terdapat payung pantai dan tempat duduk yang bisa dimanfaatkanpengunjung untuk menikmati keindahan Sungai Brunei dan Kampung Ayer di kejauhan. Ada juga dermaga speed boat untuk menyeberang ke Kampung Ayer. Saat paling tepat menyusuri Brunei Darussalam Waterfront adalah senja hari, di mana Anda bisa menikmati keindahan Kampung Ayer yang tampak lebih semarak dengan kerlap-kerlip lampu di kejauhan. 

 
 Mercu Dirgahayu 60 di tepi Sungai Brunei

Ada sebuah monumen unik yang menarik perhatian kami, di Bandar Seri Begawan Waterfront. Monumen itu berbentuk tugu seperti angka tujuh dan bola emas. Namanya Mercu Dirgahayu 60. Monumen ini merupakan monumen/tugu persembahan rakyat Brunei Darussalam kepada Sultan Haji Hassanal Bolkiah di hari ulang tahunnya yang ke-60. Karena rasa cintanya yang begitu besar kepada Sang Raja, mereka dengan sukarela menghadiahkan monumen unik ini kepada beliau. Tak pelak lagi, hehadiran Mercu Dirgahayu 60 tersebut semakin memperindah kawsan Bandar Seri Begawan Waterfront. 

The Royal Regalia Building (Bangunan Alat Kebesaran Diraja) 
Walau negara kecil, Brunei Darussalam juga memiliki sejumlah museum yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah The Royal Regalia Building (Bangunan Alat Kebesaran Diraja). Museum ini terletak di Jalan Sultan, tak begitu jauh dari Masjid Omar Ali Saifuddien. Royal Regalia Building mudah dikenali, berkat kubahnya yang besar mirip kubah masjid. Dari kejauhan saja, Anda sudah bisa melihat kubah tersebut. 

 
The Royal Regalia Building

Ketika kami sampai di depan Royal Regalia Building, ada serombongan turis yang baru keluar dari museum tersebut. Kami pun segera masuk ke dalam musem. Untuk masuk ke Royal Regalia Building, kami harus meninggalkan sepatu/sandal dan menggantinya dengan sandal (mirip sandal hotel) yang sudah disediakan pihak museum. Asyiknya, kami tidak perlu bayar sepeser pun untuk masuk ke museum ini. Kami hanya diminta menitipkan tas, kamera dan ponsel kita di locker yang telah disediakan. Sayangnya, kami dilarang memotret di dalam museum kecuali di bagian lobi (hall) depan museum di lantai dasar.

Kereta Kerajaan Brunei yang disebut Osongan Diraja

Kami pun tak melewatkan foto-foto di lobi depan museum, di mana terdapat Osongan Diraja (Royal Chariot). Osongan Diraja merupakan kereta kerajaan yang digunakan oleh Sultan Hassanal Bolkiah pada saat Perarakan Diraja mengelilingi Bandar Brunei setelah upacara penobatan di tahun 1968. Pengunjung diperbolehkan memotret ataupun berfoto di dekat kereta berwarna cokelat dan dihiasi ornamen keemasan tersebut. 

Berada di dalam Royal Regalia Building membuat saya terkagum-kagum. Suasana museum sangat bersih, ruangannya ber-AC, dan seluruh lantainya dilapisi karpet tebal. Penataan barang (display) di dalam museum juga sangat menarik, jauh dari kesan membosankan seperti kebanyakan museum di Indonesia. Di beberapa tempat, tampak kamera CCTV untuk menjaga keamanan museum. 

 Meriam di Royal Regalia Building

Royal Regalia Building dibuka sejak tanggal 30 September 1992. Museum ini dibangun untuk memperingati pengangkatan Sultan Hasanal Bolkiah menjadi Sultan di Brunei Darussalam. Di dalam museum ini, dipamerkan benda-benda kebesaran dan replika perhiasan Kerajaan Brunei Darussalam yang diwarisi sejak turun-temurun. Selain itu, ada juga koleksi souvenir yang diterima Kerajaan Brunei Darussalam dari kepala negara dan pejabat negara lain, termasuk dari Indonesia. Yang paling menarik adalah satu ruangan yang mirip dengan miniatur Istana Nurul Iman yang sebenarnya. 

Kampung Ayer 
Banyak yang bilang, kunjungan ke Bandar Seri Begawan belum lengkap tanpa singgah di Kampung Ayer. Karena itu, sore hari, saya dan teman mengagendakan kunjungan ke kampung air yang menjadi salah satu ikon wisata Brunei Darussalam ini. Sangat mudah untuk mencapai Kampung Ayer. Anda bisa naik speed boat yang banyak terdapat di Bandar Seri Begawan Waterfront dengan biaya yang sangat murah, cukup 1 Dolar Brunei saja (2 Dolar Brunei pulang pergi). 

 Speed boat untuk berkeliling Kampung Ayer

Saya rada-rada takut ketika naik speed boat menuju Kampung Ayer. Pasalnya, nahkoda menjalankan perahu dengan sangat kencang. Perahu seperti meloncat-loncat di atas Sungai Brunei. Kalau saya tak berpegangan, bisa-bisa saya terlempar ke dalam sungai. Apalagi saat perahu memasuki wilayah Kampung Ayer. Jalur sungai menjadi lebih sempit dan bercabang-cabang, membuat saya semakin ngeri perahu bakal bertabrakan dengan perahu lainnya yang datang dari arah lawan. 

Untunglah tak sampai sepuluh menit, kami sampai di Kampung Ayer. Kami memilih berhenti di Dermaga (Jetty) Kampung Sungai Kebun, dekat sebuah masjid. Kami ingin menunaikan sholat ashar dulu sebelum menjelajah Kampung Ayer. Sebenarnya, kita bisa berhenti di dermaga mana saja di Kampung Ayer. Karena kami belum tahu banyak tentang Kampung Ayer dan kami juga belum sholat Ashar, kami memilih berhenti di dermaga dekat masjid. 

 
   Kampung Ayer

Masjid Al Muhtadee Billah tempat kami sholat, berada di daratan, di pinggiran Kampung Ayer. Seperti kebanyakan masjid di Brunei, Masjid Al Muhtadee Billah juga ber-AC dan dilapisi karpet tebal sampai dua lapis. Tak jauh dari masjid, terdapat tempat parkir yang penuh mobil-mobil mewah. Meski rumah-rumah di Kampung Ayer tampak sederhana, Warga Kampung Ayer juga kaya-kaya dan makmur-makmur seperti Warga Brunei lainnya. Setiap rumah di Brunei mempunyai mobil, bahkan kebanyakan memiliki mobil lebih dari satu. 

Sekolah di Kampung Ayer

Kampung Ayer merupakan kampung terapung di tengah Sungai Brunei. Menurut sejarah, kampung ini sudah ada sejak lama 1.300 tahun yang lalu. Penduduk kampung ini berjumlah sekitar 39.000 orang sehingga termasuk salah satu kampung terapung terbesar di dunia. Semua rumah dan gedung di Kampung Ayer dibangun di atas air (Sungai Brunei), sehingga sering dijuluki “Venezia dari Timur.” Kampung ini sudah dilengkapi fasilitas umum yang memadai seperti masjid, sekolah, dan rumah sakit. Antar rumah di Kampung Ayer sudah dihubungkan dengan jalan dan jembatan kayu sehingga mempermudah pergerakan penduduk. Bila penduduk ingin pergi ke dusun (mukim) lainnya, alat transportasinya adalah perahu. 

Sholat Idul Adha di Masjid Jami Omar Ali Saefuddien
Hari kedua di Bandar Seri Begawan, kami awali dengan Sholat Idul Adha di Masjid Jami Omar Ali Saefuddien. Kami sengaja liburan di Brunei saat Idul Adha karena ingin melihat suasana Idul Adha di negara yang termasuk negara terkaya di dunia ini. Sholat Idul Adha di Bandar Seri Begawan dimulai pukul 07.30 Waktu Brunei (sama dengan WITA). Berbeda dengan Sholat Idul Adha di Indonesia, di mana selesai sholat, langsung dilanjutkan dengan khotbah, Sholat Idul Adha di Brunei langsung dilanjutkan dengan doa kemudian baru khotbah. Tak heran kalau banyak jemaah yang kabur setelah sholat terutama jemaah perempuan. 

Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah 
Selesai Sholat Idul Adha, kami segera meluncur ke Masjid Jame’ Asr Hassanal Bolkiah yang berada di Kampung Kiulap, Bandar Seri Begawan. Untuk mencapai masjid ini, kami naik bus Nomor 01 dari terminal bus yang berada di Jalan Cator, dengan biaya cukup 1 Dolar Brunei. Tarif bus di area Bandar Seri Begawan, jauh dekat hanya 1 Dolar Brunei. Uniknya, bus kota di Bandar Seri Begawan bukan bus melainkan kendaraan tua mirip Isuzu Elf (kalau nggak salah, Mitsubishi Rosa) berwarna ungu yang semuanya ber-AC. Ajaibnya, semua sopir dan kondektur bus bukan Warga Negara Brunei melainkan pekerja pendatang dari berbagai negara tetangga. Sebagian besar berasal dari Indonesia (Jawa), Filipina, India dan Bangladesh. Beberapa kali naik bus, saya bertemu kondektur perempuan yang semuanya berasal dari Jawa. 

 
 Bus Kota di Bandar Seri Begawan dengan kondektur perempuan

Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah merupakan masjid terbesar dan termegah di Brunei. Masjid ini dibangun untuk memperingati tahun ke-25 masa kepemimpinan Sultan. Masjid dua lantai ini memiliki 29 kubah yang terbuat dari emas murni 24 karat dan 4 menara yang masing-masing tingginya 57,6 meter. Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah dibangun di areal seluas 2 hektar dan dikelilingi taman, kolam serta air mancur yang indah sehingga menyejukkan mata. Terdapat lima pintu masuk ke lingkungan masjid, selain dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara. 

 Kolam dengan air mancur di halaman Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah

Memasuki kawasan Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah, suasana sudah terasa sejuk berkat pepohonan hijau dan kolam dengan gemericik air mancurnya. Suasana Bandar Seri Begawan yang panas berubah menjadi sejuk di kawasan masjid ini. Saya dan teman semakin terpana ketika masuk ke dalam bangunan utama Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah. Interior masjid begitu mewah dengan detil bangunan yang indah. Ruangannya ber-AC dengan suhu yang dingin, dan lantainya berkarpet tebal. Tiang dan lantai masjid terbuat dari marmer yang berwarna putih. Masjid ini benar-benar menunjukkan bahwa Brunei Darussalam memang negara kaya. Sayangnya, lagi-lagi kami tak boleh memotret di dalam masjid. Namun, karena saat itu tak ada pengunjung lain selain kami berdua, saya mencuri-curi memotret di dalam masjid. 

 Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah
 
Kunjungan ke Masjid Jame’ Asr Hassanal Bolkiah menutup liburan kami di Bandar Seri Begawan. Saya begitu terkesan dengan ibu kota Brunei Darussalam ini. Meski statusnya ibu kota negara, kotanya begitu sepi, bersih dan tenang. Lalu lintasnya sangat teratur, tak ada kemacetan. Kota yang cocok untuk berlibur bagi yang suka ketenangan dan kedamaian. (edyra)*** 

1 comment:

  1. AYOO SERBUU GAN MUMPUNG GRATIS DAN MURAH
    ADU BANTENG, Sabung Ayam, Sportbook, Poker, CEME, CAPSA, DOMINO, Casino
    Modal 20 rb, hasilkan jutaan rupiah
    Bonus 10% All Games Bolavada || Bonus Cashback 10% All Games Bolavada, Kecuali Poker ||
    FREEBET AND FREECHIP 2017 FOR ALL NEW MEMBER !!! Registrasi Sekarang dan Rasakan Sensasi nya!!!

    ONLY ON : BOLAVADA(dot)com
    BBM : D89CC515
    https://goo.gl/3G0lA8
    https://goo.gl/kbkvXv
    https://goo.gl/JB5DSD

    sabung ayam
    agen terpercaya
    bandar judi

    ReplyDelete