Bagi yang sering melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, pasti sudah akrab dengan yg namanya penundaan penerbangan (delayed) atau bahkan pembatalan penerbangan (cancelled). Apalagi yg sering melakukan penerbangan ke pulau-pulau terpencil dan wilayah Indonesia Timur. Cancelled atau delayed (walaupun sangat menyebalkan) pasti menjadi hal yang biasa. Maklum, kondisi alam di pulau-pulau terpencil dan Indonesia Timur memang serba tak menentu dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas.
Penundaan atau pembatalan penerbangan terjadi karena berbagai faktor. Di antaranya adalah alasan operasional, cuaca buruk (hujan, badai, kabut asap), kecelakaan pesawat, dan ada pejabat yg mau terbang atu mendarat (biasanya presiden dan wakil presiden). Kalau alasan cuaca buruk, masih bisa ditolerir karena hal ini terjadi di luar kendali manusia. Jadi kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Lagian, siapa juga yang mau ambil risiko terbang dalam cuaca buruk? Adanya kecelakaan pesawat (misalnya pesawat tergelincir di landas pacu) juga masih bisa ditolerir. Yang paling menyebalkan alasan kunjungan pejabat dan alasan operasional. Saat kedatangan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush di Bali, Bandara Internasional Ngurah Rai ditutup hampir sehari penuh. Bayangkan kalau kita akan terbang pada hari/tanggal tersebut, dan ada keperluan mendesak? Pastinya sangat jengkel kan, gagal terbang. Alasan operasional juga sangat menyebalkan. Dan ini alasan yang paling jamak dan sering terjadi di dunia penerbangan Indonesia. Terutama bila kita naik pesawat dalam kategori budget airline (maskapai berbiaya rendah). Siap-siap deh mengalami delayed. Alasan operasional mencakup beberapa hal, misalnya kerusakan pesawat, bagasi penumpang belum beres, pesawat dari rute sebelumnya belum datang, dan lain-lain.
Setelah beberapa tahun menggunakan jasa pesawat terbang, baik di dalam maupun di luar negeri, pastinya saya pernah mengalami penundaan dan pembatalan penerbangan. Dari sekian kali delayed yang pernah saya alami, yang paling parah terjadi saat saya akan terbang dari Denpasar ke Kuala Lumpur dengan menggunakan pesawat Air Asia. Saya mengalami penundaan penerbangan sampai hampir tujuh jam karena cuaca buruk di Kuala Lumpur (katanya terjadi hujan badai). Alhasil, saya pun terpaksa menginap di mushola Bandara Ngurah Rai karena tidak mendapat kompensasi penginapan. Selain itu, saya juga males pulang ke Denpasar karena penerbangan berikutnya pagi-pagi banget (jam 05.00 pagi), dan saya nggak mau ambil risiko ketinggalan pesawat. Beberapa kali naik Air Asia, saya tidak pernah mengalami penundaan yang demikian parah. Air Asia termasuk budget airline yang cukup bagus. Pesawat ini jarang delayed, kalaupun delayed hanya beberapa menit atau paling banter 1 jam. Kalaupun ada perubahan jadwal yang cukup signifikan (maju atau mundur beberapa jam), biasanya Air Asia mengabarkan via ponsel atau email beberapa hari sebelumnya. Jadi, saya cukup puas dengan pelayanan Air Asia yang profesional. Saya tidak perlu buru-buru ngejar pesawat atau kelamaan nunggu di bandara karena pesawat delay cukup lama. Namun, ternyata saya mengalami juga delayed lebih dari 5 jam.
Untuk pembatalan penerbangan (cancelled), seumur-umur saya baru mengalami sekali saja dan semoga tidak akan pernah terulang lagi. Pembatalan penerbangan ini terjadi baru-baru ini (tanggal 27 Juni 2013), ketika saya akan melakukan perjalanan dari Lombok ke Bali dengan pesawat Trans Nusa. Sebelumnya, saya belum pernah naik maskapai ini. Saya terpaksa membeli tiket pesawat Trans Nusa karena pesawat lainnya penuh semua. Jadwal keberangkatan pesawat semula adalah pukul 15.40 WITA dan saya pun datang ke Bandara Internasional Lombok tepat waktu. Begitu tiba di bandara, saya segera mengantri di kounter check in Trans Nusa yang saat itu sangat sepi, hanya ada satu orang di depan saya yang sedang ngantri. Tiba giliran saya, dan saya pun menyerahkan tiket saya ke petugas check in.Alangkah terkejutnya saya, ketika petugas tersebut dengan santainya bilang, “Kayanya penerbangan Bapak di-cancel, deh. Coba Bapak langsung ke counter tiket Trans Nusa.” Siapa yang nggak dongkol diperlakukan seperti itu. Mending kalau ada pemberitahuan sebelumnya, baik via telepon, SMS atau email. Ini tidak ada pemberitahuan sama sekali. Benar-benar tidak profesional.
Saya segera menuju kounter tiket Trans Nusa untuk menanyakan nasib tiket saya dan penyebab pembatalan penerbangan. Apa pun yang terjadi, saya harus pulang ke Bali hari itu juga karena ada pekerjaan yang harus saya selesaikan.
Sudah bisa ditebak, suasana di kounter tiket Trans Nusa ramainya minta ampun. Puluhan calon penumpang yang bernasib seperti saya, menanyakan kelanjutan tiketnya. Parahnya, ternyata bukan hanya penerbangan ke Bali yang dibatalkan. Penerbangan ke Sumbawa juga bernasib sama. Padahal calon penumpangnya sudah check in dan membayar airport tax. Benar-benar maskapai yang tidak profesional. Nggak lagi-lagi deh, naik maskapai ini.
Manajemen Trans Nusa meminta maaf kepada calon penumpang dan memberi penjelasan bahwa penerbangan ke Bali dibatalkan karena pesawat yang akan datang dari Bali (dan terbang kembali ke Bali) mengalami kerusakan mesin. Trans Nusa mengembalikan secara utuh uang tiket penumpang ditambah uang kompensasi sebesar Rp 150.000,00. Banyak calon penumpang (termasuk saya) yang tidak mau menerima kebijakan tersebut, karena pasti susah dan mahal mencari tiket pesawat dari maskapai lain untuk penerbangan hari itu juga. Apalagi saya juga tahu, rute Lombok - Denpasar maskapai lainnya untuk hari itu sudah penuh semua. Saya pun menolak pengembalian uang dan kompensasi tersebut. Saya tetap meminta Trans Nusa mencarikan tiket Lombok - Denpasar untuk hari itu, jam berapa pun. Mereka berusaha mencarikan tiket untuk saya tetapi tidak berani menjanjikan pasti bakal dapat tiket karena maskapai lainnya sudah penuh semua. Saya pun pasrah, sambil berdoa dalam hati semoga mendapat tiket ke Bali untuk hari itu.
Sekitar jam 16.30, saya kembali ke Kantor Trans Nusa untuk menanyakan ”kabar” penerbangan ke Bali. Mereka memberikan kabar gembira, bahwa pesawat yang dari Bali akan berangkat sehingga penerbangan ke Bali akan berangkat jam 17.30. Saya pun diminta untuk segera check in di kounter check in.
Selesai check in, saya segera membayar airport tax dan masuk ke ruang tunggu. Baru saja masuk ke ruang tunggu, saya mendengar pengumuman lewat pengeras suara yang memberitahukan bahwa pesawat Trans Nusa jurusan Denpasar dibatalkan karena alasan operasional. Saya benar-benar jengkel dan kecewa dengan pelayanan Trans Nusa. Saya kembali ke Kantor Trans Nusa dan meminta pertanggungjawaban mereka. Saya tetap minta dicarikan tiket ke Bali untuk hari itu, jam berapa pun berangkatnya.
Petugas Trans Nusa segera mencarikan tiket jurusan Denpasar untuk saya ke Wings Air. Untunglah ternyata, masih ada tiket ke Denpasar untuk hari itu, tapi waktu keberangkatannya jam 21.10 dengan Wings Air. Keberangkatan di jam lainnya penuh semua. Apa boleh buat. Mau nggak mau saya harus menerima tiket tersebut, agar bisa sampai di Bali malam ini juga. Petugas Trans Nusa pun segera mengurus administrasi tiket tersebut.
Karena waktu keberangkatan masih lama (3 jam lebih), saya pun mencari tempat duduk sambil baca majalah. Sekitar jam 18.00, saya check in kemudian naik ke lantai 2. Sebelum masuk ke ruang tunggu, saya jalan-jalan dulu sambil motret-motret terminal Bandara Internasional Lombok. Pasalnya, saya baru sekali menginjakkan kaki di bandara yang tergolong baru ini. Kalau di Bandara Lombok yang lama (Seleparang) sih, sudah puluhan kali karena saya pernah tinggal di Mataram selama tiga tahun.
Sayangnya, tidak banyak yang bisa dilihat (dan dilakukan) di Bandara Internasional Lombok. Bandaranya tidak terlalau besar (hanya terdapat empat pintu keberangkatan) dan tidak ada tempat menarik. Alhasil, setelah menunaikan sholat maghrib, saya pun mencari tempat duduk yang ada colokan listrik di dekatnya untuk menge-charge ponsel. Sekiitar 15 menit sebelum jam keberangkatan, saya masuk ke ruang tunggu dan tak lama kemudian terdengar panggilan untuk naik pesawat (boarding). Alhamdulillah, pesawat Wings Air berangkat tepat waktu malam itu, dan saya pun bisa kembali ke Bali.
Itulah cerita delayed dan cancelled paling "dramatis" yang pernah saya alami. Semoga ke depannya, dua hal menyebalkan ini tidak akan terulang lagi. Kalau delayed beberapa menit saja sih, nggak masalah. Yang penting tidak sampai satu jam. (edyra)***
Pesawat saya ke Ende dari Kupang telah delayed dan kemudian lewat tengahari di cancelled. Lantas saya membeli tiket ke Denpasar, setelah check in flight ini juga cancelled. Saya dan penumpang lain meminta Garuda menyediakan hotel dan makan malam kerana sudah lewat sore. Disebabkan saya pernah membaca blog ini sebelum travel ke Kupang jadi saya tidak terkejut dengan situasi ini.
ReplyDeleteYa, begitulah kondisi penerbangan di pulau2 kecil seperti NTT. Namun, sekarang udah lebih baik, sejak Garuda dan Wings Air masuk.
ReplyDelete