Wednesday, 20 August 2014

KEBERUNTUNGAN DI KARIMUNJAWA

Santai di Dermaga Karimunjawa


Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu tempat liburan favorit saya di Indonesia. Keindahan pantai, pulau-pulau kecil, dan alam bawah lautnya benar-benar membuat saya jatuh cinta dengan kepulauan ini. Apalagi letaknya juga cukup dekat dari kota kelahiran saya (Pati). Jadi semakin menambah alasan bagi saya untuk mencintai Karimunjawa. Selain berbagai alasan tersebut, masih ada satu alasan lagi yang menjadi magnet bagi saya untuk datang lagi dan lagi ke Karimunjawa. Tak lain adalah Karimunjawa membawa keberuntungan bagi saya. Dua kali mengunjungi Karimunjawa, saya mendapat berbagai keberuntungan yang tidak saya temui di tempat lain. Berikut cerita lebgkapnya.

Menginap Gratis di Hotel
Ketika pertama kali mengunjungi Karimunjawa pada tahun 2007, suasana masih cukup sepi, jauh dari hingar bingar turis. Jangankan turis asing, turis lokal saja masih jarang yang berkunjung ke sana. Hotel belum banyak, homestay pun masih bisa dihitung dengan jari. Saat berangkat ke Karimunjawa pun, saya hanya mengantongi lima nama hotel di sana, yakni Karimunjawa Inn, Nirwana Lodge, Dewa Daru Resort, Blue Laguna, dan Wisma Wisata Karimunjawa. Beruntunglah saat di atas fery, dalam perjalanan dari Jepara ke Karimunjawa saya bertemu dengan seorang bapak dari Yogyakarta (sebut saja Pak Yogya karena saya lupa namanya) yang adiknya memiliki sebuah homestay dan hotel di Karimunjawa. Homestay tersebut sudah beroperasi beberapa tahun tapi hotelnya belum dibuka untuk umum karena baru selesai dibangun. Setelah ngobrol panjang lebar, bapak tersebut menawarkan kepada saya untuk menginap di homestay milik adiknya. Tentu saja saya menerima tawarannya dengan senang hati.

Escape Beach Resort, Karimunjawa

Sayangnya homestay yang ditawarkan Pak Yogya sedang tutup ketika saya dan teman jalan (keponakan) sampai di sana. Menurut penjaganya, homestay sedang direnovasi. Kecewa tak mendapat hotel, kami langsung menuju hotel milik adik Pak Yogya yang berada di pinggir pantai, tak jauh dari pelabuhan. Saat tiba di hotel tersebut, saya bertemu dengan Pak Yogya dan adiknya yang bernama Sri, si pemilik hotel. Saya memberi tahu Pak Yogya bahwa homestay yang ditawarkan sedang tutup. Mengetahui kami belum mendapatkan hotel, Pak Yogya menawari kami untuk menginap di Hotel Escape Beach Resort milik anaknya tapi fasilitas hotel belum begitu lengkap karena baru jadi. Rencananya, besok siang akan diadakan upacara peresmian pembukaan hotel. Saya pun menerima tawaran Pak Yoga dengan gembira (karena memang itu yang kami harapkan). Apalagi kondisi hotel yang katanya baru jadi itu sangat bagus, kamarnya bersih dengan fasilitas AC dan kamar mandi di dalam. Dan yang paling menyenangkan, posisi kamar menghadap ke laut biru. Saya yakin biaya menginap di hotel ini di atas Rp 200.000,00 per malam.

Setelah dua hari menginap di Escape Beach Resort, tibalah waktunya untuk check out dan membayar biaya hotel. Saya pun menemui Pak Yogya untuk pamitan dan membayar biaya hotel. Di luar dugaan saya, Pak Yogya tidak mau menerima uang saya. Walaupun saya paksa, dia tetap tidak mau. Alasannya, hotel tersebut milik adiknya dan saat kedatangan saya, kondisi hotel belum siap 100% karena memang belum dibuka untuk umum. Saya pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Yogya dan Mbak Sri serta berdoa semoga Tuhan membalas kebaikan hati mereka. Saya benar-benar tak menyangka bisa menginap di hotel bagus dan baru dengan gratis. Apalagi saya juga mendapat makan siang dan snack gratis saat peresmian pembukaan hotel. Benar-benar rezeki dan keberuntungan yang diberikan oleh Tuhan pada saya.

Menginap Gratis di Rumah Penduduk
Pada saat kunjungan ke-2 saya ke Karimunjawa, Juli 2014, suasana di Karimunjawa sudah banyak berubah. Hotel semakin banyak dan homestay menjamur di mana-mana. Karena Karimunjawa sudah ngetop sebagai salah satu destinasi wisata bahari di Indonesia, turis yang datang ke Karimunjawa juga semakin bejibun, baik turis domestik maupun turis asing. Apalagi waktu kunjungan saya bertepatan dengan libur panjang setelah lebaran. Turis benar-benar memadati Karimunjawa. Sejak di Pelabuhan Jepara sudah terlihat membludaknya turis yang akan mengunjungi Karimunjawa. Sebagai imbasnya, semua hotel dan homestay yang ada di pusat kota Karimunjawa penuh, baik yang letaknya strategis di pinggir pantai atau di pinggir jalan utama maupun yang letaknya nyempil di gang-gang kecil. Malam pertama di Karimunjawa, saya dan teman (Doel) memilih menginap di sebuah homestay di daerah Batu Lawang, Pulau Kemujan. Karena letaknya jauh dari pusat kota, homestay tersebut kosong melompong, hanya kami berdua tamunya.

Nah, di malam kedua kami berencana mencari hotel/homestay di pusat kota. Bisa ditebak, saya dan teman yang tidak melakukan pemesanan/reservasi di muka, tidak kebagian kamar hotel. Namun, kami tetap santai. Karena kami berencana menginap di rumah Bu Is (pemilik sepeda motor yang kami sewa). Kalau tidak diizinkan, kami berencana tidur di masjid. Namun saya yakin, beliau yang baik hati pasti akan mengizinkan. Ternyata dugaan kami tak meleset. Mengetahui kami tidak mendapat hotel, beliau mengizinkan kami menginap di rumahnya asalkan kami bersedia tidur di ruang tamu karena tidak ada kamar lagi di rumahnya. Kebetulan, saat itu beliau juga sedang kedatangan seorang saudaranya dari Bangsri, Jepara yang membawa tiga orang teman. Mereka diberikan tempat tidur di ruangan toko Bu Is. Jadilah malam itu rumah Bu Is penuh dengan orang asing, termasuk kami. Keesokan harinya kami berniat untuk pulang tapi tidak jadi karena tidak ada fery yang berangkat ke Jepara. Hari berikutnya fery baru berangkat. Jadilah kami menginap dua malam di rumah Bu Is. Seperti dugaan kami, beliau tidak menarik biaya sepeser pun kepada kami saat kami berpamitan untuk pulang. Bahkan, beliau mengantarkan kami ke pelabuhan dengan sepeda motornya saat kepulangan kami. Tak berhenti sampai di situ, Bu Is kembali lagi ke pelabuhan untuk mengantarkan barang saya yang tertinggal di rumahnya tanpa kami minta. Bu Is memang orang yang berhati mulia. Semoga Tuhan membalas semua kebaikannya.

Makan Malam Gratis di Rumah Penduduk
Masih berkaitan dengan kunjungan ke-2 ke Karimunjawa, pada bulan Juli - Agustus 2014, saya dan teman sengaja mencari hotel/homestay di daerah Batu Lawang, Pulau Kemujan. Alasan utama kami adalah untuk menghemat biaya tur keliling pulau keesokan harinya. Pasalnya biaya tur laut dari pusat kota Karimunjawa cukup mahal, sekitar Rp 600.000,00. Selain itu, kami juga mencari tempat yang sepi, jauh dari keramaian turis. Sayangnya di daerah Batu Lawang yang notabene jauh dari pusat kota Karimunjawa, masih jarang warung makan. Di daerah tersebut, hanya ada dua warung makan, itu pun masih tutup semua karena saat itu masih dalam suasana Idul Fitri. Alhasil, kami kelimpungan mencari makan. Setelah putar-putar daerah Batu Lawang dan tak menemukan satu pun warung makan yang buka, kami nekad mampir ke sebuah toko kelontong yang berada tak jauh dari Bandara Dewadaru. Kami berniat membeli Pop Mie tapi nggak ada. Kemudian kami meminta dibuatin mie instant rebus kepada pemilik toko yang bernama Ibu Mundalikah (panggilanya Bu Lika). Bu Lika tak langsung menyanggupi permintaan kami. Beliau menyuruh kami menunggu sebentar dengan alasan akan mengecek dapur terlebih dahulu. Setelah kembali dari dapur, ternyata Bu Lika tidak bersedia memasakkan mie instant untuk kami. Sebagai gantinya, beliau menawarkan makan malam dengan lauk seadanya untuk kami. Karena sudah kelaparan dan tak ada pilihan lain, kami menerima tawaran Bu Lika dengan senang hati. Kami pun makan dengan lahap di rumah Bu Lika. Selesai makan, kami ngobrol ngalor-ngidul dengan Bu Lika. Saat berpamitan, kami pun berniat membayar biaya makan kepada Bu Lika. Namun, Bu Lika dengan tegas menolak uang kami. Kami pun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bu Lika. Dalam perjalanan pulang, kami ketawa-ketawa keheranan. Kok bisa ya, kami “minta makan” di rumah orang yang baru kami kenal?

Ditolong Penduduk Saat Kehabisan Bensin
Doel, teman jalan saya, mempunyai satu kebiasaan (lebih tepatnya kecerobohan) yang menyebalkan yakni lupa mengisi bensin sampai kehabisan di tengah jalan. Beberapa kali jalan bareng dia, saya sudah mengalami kehabisan bensin di tengah jalan. Sialnya, tragedi kehabisan bensin ini terjadi juga di Karimunjawa tepatnya saat kami hendak kembali ke pusat kota Karimunjawa sepulang jalan-jalan dari Pulau Kemujan. Memang saat kehabisan bensin, kami berada tak jauh dari perkampungan penduduk, tapi di dekatnya tak ada penjual bensin eceran. Ketika sedang kebingungan mencari penjual bensin, kami melihat seorang gadis sedang main ponsel di atas sepeda motornya tak jauh dari tempat kami berada. Si Doel pun mendatangi gadis tersebut dan meminta tolong agar mengantarnya mencari penjual bensin. Ternyata gadis itu tak menolak. Dia bersedia mengantar Si Doel mencari penjual bensin dan membawanya ke tempat kami kehabisan bensin. Alhasil, kami tak perlu susah-susah mendorong sepeda motor untuk mencari penjual bensin. Ternyata, pertolongan Tuhan ada di mana-mana.

Itulah beberapa keberuntungan yang kami alami selama berwisata ke Karimunjawa. Selain keindahan alamnya, keramahan dan ketulusan hati warga Karimunjawa membuat kami benar-benar jatuh cinta dengan Karimunjawa dan selalu ingin kembali ke sana. (edyra)***

1 comment:

  1. Ternyata mas edi sudah beberapa kali ke karimun jawa
    Kalau ingin kesana lagi, bisa kunjungi http://karimunjawamenjanganresort.com
    Tersedia berbagai macam paket menginap :)

    ReplyDelete