Tuesday, 20 July 2010

INDAHNYA KAWAH IJEN

Berfoto di Kawah Ijen yang sangat menakjubkan

Sabtu, 26 Juni 2010. Matahari sudah agak condong ke barat ketika, saya dan teman (Ahmad) tiba di alun-alun Kota Banyuwangi. Sore itu, sekitar pukul 15.30 WIB, kami berangkat dari Banyuwangi menuju Paltuding (pos terakhir untuk mendaki ke Kawah Ijen) dengan mengendarai sepeda motor kesayangan saya, Bonito (Honda Beat). Malam hari, kami berencana menginap di Paltuding, dan dini hari kami akan mendaki Gunung Ijen agar bisa melihat Danau Kawah Ijen secara jelas tanpa tertutup kabut. Saya tidak ingin mengulang kesalahan empat tahun lalu, tidak bisa melihat hijaunya Kawah Ijen, karena saya kesiangan tiba di Puncak Kawah Ijen, sehingga kawah sudah tertutup kabut pekat dan kepulan asap belerang.

Jarak Banyuwangi - Paltuding sebenarnya hanya sekitar 30 km. Namun, jangan kira Anda bisa menempuhnya dalam waktu 30 menit atau satu jam. Jalan yang menanjak terjal dan rusak parah membuat perjalanan molor menjadi dua jam lebih. Sekitar 20 km pertama, jalan masih cukup baik. Namun, begitu Anda keluar dari desa terakhir dan memasuki perkebunan cengkih, jalan mulai rusak. Aspal mulai banyak yang terkelupas dan berubah menjadi jalanan berbatu dengan kerikil-kerikil tajam. Begitu memasuki hutan, jalan semakin menanjak dan di beberapa tempat rusak parah. Apalagi saat melewati jalan yang menikung dan menanjak terjal dengan kemiringan lebih dari 45 derajat (saya menamakannya tanjakan setan), Bonito meraung-raung keras dan mengeluarkan bau tak sedap dari knalpotnya. Artinya Bonito minta istirahat, karena mesinnya sudah terlalu panas. Kami pun terpaksa berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin Bonito. Setelah berhenti sekitar sepuluh menit, saya memacu Bonito lagi sednirian. Ahmad saya suruh berjalan kaki karena sepertinya Bonito tidak kuat membawa beban dua orang di jalanan yang menanjak terjal. Namun, baru beberapa puluh meter berjalan, Bonito minta berhenti lagi karena kecapekan mendaki jalan yang sangat terjal dan rusak. Jalan sebentar, berhenti, jalan sebentar berhenti. Begitu terus, berulang kali sampai lebih dari lima kali. Saya sampai kasihan sama Bonito. Jalur Banyuwangi - Paltuding memang bukan jalur yang tepat untuk sepeda motor matic seperti Bonito.

Bonito berhenti di "tanjakan setan"

Akhirnya, setelah melalui perjuangan berat tak kenal lelah, menjelang maghrib kami tiba di Paltuding dengan selamat. Kami sangat bersyukur, akhirnya bisa sampai di Paltuding sebelum maghrib. Soalnya, sangat berbahaya bila kami kemalaman di jalan. Dari Paltuding, puncak Kawah Ijen yang tingginya 2.386 meter di atas permukaan laut, tinggal 3 km lagi. Menurut informasi di papan petunjuk, waktu tempuh untuk mencapai Kawah Ijen adalah dua jam. Harus menyiapkan stamina prima nih, untuk mendaki Kawah Ijen besok pagi.

Menginap di Paltuding
Kami segera lapor kepada petugas dari Cagar Alam Kawah Ijen, begitu sampai di Paltuding. Karena Kawah Ijen termasuk kawasan cagar alam, setiap pengunjung yang ingin mendaki ke Puncak Kawah Ijen harus lapor dan membayar tiket masuk sebesar Rp 3.500,00. Kami segera mengutarakan maksud kami untuk menginap di Paltuding kepada Pak Conny (petugas dari Cagar Alam Kawah Ijen), agar kami mendapat sebuah kamar di penginapan. Sialnya, kamar penuh semua malam itu. Kebetulan malam itu merupakan malam Minggu, di mana pengunjung Kawah Ijen sedang banyak-banyaknya. Menurut Pak Conny, setiap malam Minggu Paltuding pasti penuh pengunjung. Apalagi di musim liburan (Juni-Agustus) seperti sekarang, bisa dipastikan semua kamar akan penuh. Memang, saat itu kami lihat banyak sekali mobil dan sepeda motor pengunjung di tempat parkir Paltuding. Ada juga sekelompok remaja yang sudah menggelar tikar dan tiduran di sebuah bangunan terbuka (tanpa dinding) di dekat sebuah toilet. Cuek banget mereka. Tidur di dekat toilet yang pastinya akan bau bila angin berhembus. Atau mungkin karena mereka tidak mendapat kamar juga seperti kami? Saya tidak menyangka kalau Paltuding akan seramai ini. Soalnya, saat saya datang ke Paltuding empat tahun lalu, sepi sekali. Tidak ada pengunjung lain selain saya dan teman.

Penginapan di Paltuding

Akhirnya Pak Conny menawarkan sebuah ruangan untuk kami menginap. Ruangan tersebut biasa digunakan sebagai tempat parkir sepeda motor. Di ruangan tersebut tidak ada ranjang ataupun kasur. Jadi kami harus tidur di lantai beralaskan karpet. Oh, my God! Alamat semalam nggak bisa tidur, nih! Pasalnya udara di Paltuding yang berada di ketinggian 1.850 meter di atas permukaan laut dinginnya minta ampun. Tidur di atas kasur saja sangat dingin. Apalagi tidur di atas lantai beralaskan karpet. Namun, mau nggak mau, kami menerima tawaran Pak Conny. Daripada kami kedinginan di luar, lebih baik tidur di lantai beralaskan karpet. Sialnya, saya tidak membawa sleeping bag. Soalnya saya tidak mengira sama sekali kalau bakalan tidak dapat kamar di Paltuding. Duh!!! Bakalan nggak bisa tidur beneran, nih.

Setelah mendapatkan ruangan, kami segera meletakkan tas kami dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka sekalian mengambil air wudlu. Brrrrr! Air di kamar mandi bener-bener dingin, mirip air di dalam kulkas. Kalau tidak untuk wudlu, mungkin saya tidak akan menyentuh air di Paltuding. Saya memang tidak tahan dingin. Kalau disuruh memilih, lebih baik kegerahan daripada harus menggigil kedinginan.

Selesai sholat maghrib, kami segera menuju ke kantin/warung untuk mencari makan. Sekarang, kalau menginap di Paltuding sudah enak. Kita tidak akan kelaparan meski tidak membawa bekal makanan karena sudah ada tiga buah kantin/warung makan sederhana di Paltuding. Padahal, empat tahun lalu, satu pun tidak ada. Malam itu, menu makan saya adalah nasi goreng dan wedang jahe. Lumayan untuk menghangatkan badan.

Selesai makan, kami menghangatkan diri di depan tungku/perapian bersama para pengunjung lain dan penambang belerang Kawah Ijen. Sambil menghangatkan diri, kami ngobrol ngalor ngidul seputar Kawah Ijen. Dari obrolan tersebut, saya mendapat beberapa informasi penting. Antara lain tentang kehidupan para buruh penambang belerang di Kawah Ijen yang cukup memprihatinkan. Kehidupan mereka tak seindah Kawah Ijen. Menurut salah satu buruh tambang belerang yang bernama Paing (nama lengkapnya Abdul Cholid Paing), belerang di Kawah Ijen dikelola oleh PT. Candi Ngrimbi yang memeiliki buruh angkut (buruh tambang) belerang sebanayk 350 orang. Para penambang belerang harus berangkat pagi-pagi sekali bahkan dini hari/tengah malam untuk menambang belerang di Kawah Ijen. Pasalnya kalau kesiangan, Kawah Ijen akan tertutup kabut pekat dan asap belerang, sehingga membuat sesak nafas. Dalam sehari, para penambang belerang hanya mampu bolak-balik satu atau dua kali. Sekali memikul belerang, rata-rata beratnya 60 - 80 kilogram. Tiap kilogram belerang hanya dihargai Rp 600,00. Berarti, dalam sehari Paing hanya mengantongi uang Rp 36.000,00 - Rp 48.000,00. Dia bisa mendapat penghasilan tambahan, bila mengantar turis (menjadi guide buat turis) ke Kawah Ijen.

Jam 21.00 saya kembali ke penginapan untuk tidur. Semakin malam, suhu udara di Paltuding semakin dingin. Walau sudah memakai jaket tebal, topi kupluk, syal, kaos kaki dan kaos tangan, saya masih tetap kedinginan. Saya tidak bisa tidur sama sekali. Padahal teman saya sudah tidur nyenyak sejak tadi. Saya coba pejamkan mata, saya tetap tidak bisa tidur. Padahal, tubuh saya sangat capek, setelah seharian menempuh perjalanan panjang dengan sepeda motor dari Denpasar, Bali. Anehnya, saya tidak mengantuk sama sekali. Sebentar-sebentar saya lihat jam. Namun sepertinya jarum jam tidak bergerak. Waktu terasa sangat lambat bergerak di Paltuding.

Menuju Puncak Kawah Ijen
Jam 04.00 subuh, udara dingin semakin menusuk tulang. Semalam saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya membangunkan Ahmad agar segera bersiap-siap untuk mendaki Gunung Ijen. Kami ingin melihat matahari (sunrise) terbit di puncak Kawah Ijen yang konon katanya sangat indah.

Rupanya di luar penginapan sudah ramai. Banyak pengunjung lain yang sudah bersiap-siap untuk mendaki Gunung Ijen. Menurut Pak Conny, ada pengunjung yang mendaki Gunung Ijen jam 00.00 tengah malam. Namun, kebanyakan pengunjung mulai mendaki Gunung Ijen antara pukul 04.00 – 05.00. Mereka juga ingin melihat sunrise di dari puncak Gunung Ijen

Hari masih gelap dan udara sangat dingin. Apalagi bulan tidak menampakkan wajahnya di fajar itu. Sepertinya jaket tebal dan syal saya tidak mampu menahan dinginnya suhu udara di Paltuding. Saya dan Ahmad keluar dari penginapan sambil membawa senter. Lampu senter kami berkelebat ke kiri dan kanan menerangi jalan tanah yang cukup rata. Beberapa buruh angkut nampak pergi bersama kami. Malah beberapa sudah ada yang turun dari puncak, membawa bongkahan belerang. Ketika saya tanya jam berapa mereka naik, mereka menjawab, “Jam 24.00.“ Gila bener! Tengah malam, di saat orang lain sedang enak-enaknya tidur, mereka sudah bersusah payah mendaki Gunung Ijen demi sesuap nasi.

Jalur trekking menuju puncak Kawah Ijen

Perlahan-lahan kami berjalan naik, menyusuri jalan tanah yang cukup rata. Sambil berjalan, saya memperhatikan pal kilometer ke arah puncak yang menunjukkan jarak dengan menggunakan satuan HM (hektometer). Di awal-awal pendakian, jalan masih agak datar (belum terlalu menanjak). Namun semakin lama, jalan semakin menanjak terjal dan membuat ngos-ngosan orang yang jarang olah raga. Jalan yang gelap dan menanjak terjal membuat kami harus hati-hati mengatur langkah, agar ritme langkah teratur dan tidak cepat lelah.

Di beberapa tempat, saya melihat pikulan belerang yang ditinggalkan para penambang belerang. Mungkin akan diangkut dengan cara estafet. Saya mencoba mengangkat pikulan belerang tersebut, tetapi tidak bergerak sama sekali. Beratnya minta ampun. Pantas saja tidak beregerak. Menurut penambang belerang, belerang tersebut beratnya sekitar 60 - 80 kg.

Pondok Bunder
Jam 05.00 pagi, setelah hampir satu jam berjalan, kami sampai di Pondok Bunder (HM 20). Berarti sudah 2/3 perjalanan kami lalui. Tinggal 1 km lagi, kami akan sampai di Kawah Ijen. Pondok Bunder berada di ketinggian 2.114 meter di atas permukaan laut. Pondok Bunder sebenarnya merupakan tempat penimbangan belerang PT. Candi Ngrimbi. Dulunya, di situ terdapat bangunan berbentuk setengah lingkaran, makanya dinamakan Pondok Bunder. Konon, bangunan tersebut digunakan sebagai stasiun pengamatan cuaca.

Pondok Bunder

Kami istirahat sebentar untuk menarik nafas di Pondok Bunder. Kami bertemu rombongan pendaki lain yang telah sampai di Pondok Bunder. Mereka berlima juga sedang beristirahat di sana. Kami sempat salah jalan ketika akan melanjutkan perjalanan dari Pondok Bunder. Dari Pondok Bunder saya berjalan ke arah kanan dan diikuti para pendaki lain. Ternyata jalan yang saya ikuti menuju ke sebuah WC. Pantesan baunya minta ampun. Dari Pondok Bunder, seharusnya kami belok kiri mengikuti jalan yang menanjak bukan ke arah kanan. Maklum, berhubung masih gelap, jalan tidak begitu jelas.

Puncak Kawah Ijen
Dari Pondok Bunder, jalan semakin menyempit dan menanjak terjal. Pastinya semakin menguras tenaga. Sambil berjalan, kami memperhatikan keadaan sekitar yang semakin terang. Sepertinya matahari sudah terbit. Berarti kami tidak bisa menyaksikan sunrise dari puncak Kawah Ijen. Namun, saat itu langit tertutup awan. Jadi matahari tidak kelihatan sama sekali. Kami tidak kecewa meski tidak bisa menyaksikan sunrise.

Pal terakhir di puncak Kawah Ijen

Posisi HM 30, puncak sudah tinggal beberapa meter lagi. Setelah berjalan selama kurang lebih dua jam, satu per satu dari kami tiba di puncak Kawah Ijen. Alhamdulillah, akhirnya kami tiba di Puncak Kawah Ijen yang berada di ketinggian 2.386 meter di atas permukaan laut (Pal HM 32). Cuaca sangat menyenangkan ketika kami tiba di puncak Kawah Ijen. Awan sudah menghilang dan tidak ada kabut sama sekali, sehingga Kawah Ijen yang berwarna hijau toska pun terlihat jelas. Perpaduan danau kawah yang hijau, dinding kawah yang terjal, dan asap belerang yang terus mengepul di sudut kiri kawah sungguh sedap dipandang mata. Saya sangat beruntung bisa menyaksikan panorama Kawah Ijen yang spektakuler tanpa tertutup kabut sedikit pun.

Kawah Ijen yang berwarna hijau toska

Ternyata, banyak pengunjung lain yang tiba di puncak lebih dulu daripada kami. Di antara mereka, nampak beberapa turis asing dan fotografer yang membawa kamera SLR dengan lensa tele. Mereka seperti berlomba memotret indahnya Kawah Ijen dari berbagai sudut. Saya pun tak mau ketinggalan dengan mereka. Saya langsung mencari posisi terbaik, untuk mendapatkan foto terindah Kawah Ijen. Tak lupa saya dan Ahmad bergantian foto dengan latar belakang Kawah Ijen.

Turis di puncak Kawah Ijen

Di puncak Kawah Ijen, kami membeli souvenir belerang dari para penambang belerang. Souvenir tersebut berwarna kuning dengan bentuk yang lucu-lucu. Ada yang berbentuk kucing, ikan, kura-kura, bunga, dan pesawat. Ada juga yang berbentuk miniatur candi, boneka Mickey Mouse, dan Donald Bebek. Harga rata-rata Rp 2.500,00 - Rp 5.000,00 per buah, tergantung bentuk dan ukuran souvenir. Lumayan murah. Melihat berbagai souvenir yang lucu, Ahmad sampai kalap. Dia membeli berbagai macam bentuk souvenir dari beberapa penambang belerang.

Turun ke Danau Kawah Ijen
Setelah beberapa saat menikmati keindahan Kawah Ijen dari puncak, saya dan Ahmad bergegas turun ke Danau Kawah Ijen yang berwarna hijau toska. Saya ingin melihat sumber belerang yang berwarna kuning cerah dan mengamati aktivitas para penambang belerang dari dekat. Kami segera menyiapkan masker untuk melindungi diri dari asap belerang.

Pelan-pelan, kami turun menuju danau. Jalanan turun berupa jalan setapak yang curam di antara bebatuan dan tebing terjal. Di beberapa tempat, jalan berupa tanah berpasir. Kami harus hati-hati melangkah agar tidak tergelincir. Beberapa kali kami harus berhenti, untuk memberi jalan para penambang belerang lewat. Ada yang naik dan ada yang turun.

Beberapa turis asing ikut turun ke danau. Kebanyakan mereka dari Eropa. Ada yang dari Perancis, Spanyol, Belanda, Jerman, dan Swiss. Kawah Ijen memang sudah tersohor ke berbagai penjuru dunia. Keindahan danau kawahnya yang berwarna hijau toska dan sumber belerang yang berwarna kuning cerah, menarik perhatian para turis untuk mengunjunginya.

Aktivitas para penambang belerang di Kawah Ijen

Mendekati sumber belerang, kami segera memakai masker. Walau cukup berbahaya, saya tetap mendekati sumber belerang tersebut karena penasaran ingin melihat aktivitas para penambang belerang. Kami harus waspada dan memperhitungkan kemungkinan arah angin bertiup di sekitar sumber belerang. Pasalnya, jika uap belerang yang tebal masuk ke hidung, sudah pasti akan kesulitan bernafas dan bisa keracunan. Ketika sedang asyik mengamati para penambang belerang yang sedang beraksi, tiba-tiba angin bertiup ke arah saya dan membawa uap belerang. Walau sudah memakai masker, bau belerang tersebut tetap menusuk hidung dan membuat sesak nafas. Buru-buru saya lari menjauh dari sumber belerang tersebut menuju pinggir danau.

Danau Kawah Ijen

Kami beristirahat di pinggir Danau Kawah Ijen, sambil terus memperhatikan aktivitas para penambang belerang. Ketika sampai di pinggir danau, saya coba menyentuh air danau. Ternyata air danau hangat. Berada di pinggir Danau Kawah Ijen, memberi sensasi tersendiri bagi saya. Ketika mendongak ke atas, nampak beberapa orang (yang terlihat sangat kecil) berdiri di puncak Kawah Ijen. Memandang ke depan, terhampar danau berwarna hijau toska yang luar biasa indahnya. Memandang ke sumber belerang, Nampak beberapa penambang belerang yang giat bekerja tanpa mempedulikan asap belerang yang terus mengepul. Sejenak kami menikmati keindahan Danau Kawah Ijen. Kami merenungi kebesaran Allah SWT yang telah menciptakan Kawah Ijen yang indah dan memberi kehidupan bagi banyak buruh penambang belerang dan keluarganya.

Naik Kembali ke Puncak Kawah Ijen
Puas bermain-main di sekitar Danau Kawah Ijen, kami segera kembali naik ke puncak kawah. Kami tidak bisa berlama-lama di dekat danau, karena sebentar lagi kabut akan turun dan asap belerang akan semakin tebal sehingga membahayakan keselamatan kami. Dengan langkah berat, kami pun mendaki menuju puncak kawah. Rasanya belum puas mengagumi keindahan Danau Kawah Ijen.

Mendaki ke puncak kawah perlu tenaga yang cukup besar, karena jalanan menanjak terjal. Namun, kami tetap menikmati perjalanan itu karena sambil mendaki saya bisa memotret Danau Kawah Ijen dari berbagai sudut/ketinggian. Panorama Danau Kawah Ijen yang hijau dengan asap belerang yang terus mengepul dan para penambang belerang yang memikul bongkahan belerang, sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Penambang belerang sedang beristirahat di Kawah Ijen

Tanpa terasa kami pun sampai di puncak Kawah Ijen. Kami beristirahat di puncak kawah, sambil menikmati bekal makanan yang kami bawa. Sejak tadi kami lupa makan dan minum karena terbuai keindahan Kawah Ijen. Padahal kami belum sarapan saat mau mendaki Gunung Ijen. Dari bibir kawah, saya menengok ke bawah, melihat jalur trek yang baru saya lewati. Danau Kawah Ijen nampak jauh di bawah saya, dan para penambang belerang pun nampak kecil-kecil bak pion catur. Saya hampir tidak percaya bahwa saya baru saja berada di tepi danau tersebut.

Sambil menikmati makanan yang kami bawa, saya mengamati Danau Kawah Ijen yang mulai diselimuti kabut dan asap belerang. Semakin lama Danau Kawah Ijen semakin tertutup kabut pekat sehingga permukaan danau yang hijau pun semakin tidak kelihatan. Perlahan-lahan kabut tersebut menjalar ke puncak kawah, memberi isyarat bahwa kami harus segera meninggalkan puncak Kawah Ijen. Selamat tinggal Kawah Ijen yang indah! Semoga kamu tetap indah dan tetap mengeluarkan belerang agar bisa menghidupi banyak orang yang menggantungkan hidupnya padamu !

Getting There
Anda dapat mencapai Kawah Ijen melalui dua alternatif rute, yaitu lewat Bondowoso atau Banyuwangi. Untuk menuju Bondowoso maupun Banyuwangi, Anda bisa membawa kendaraan pribadi maupun naik kendaraan umum (bus) dari Terminal Purabaya (Bungurasih), Surabaya. Berikut ini rute yang bisa Anda pilih untuk menuju Kawah Ijen :
• Banyuwangi
Rute ini lebih sulit dilalui karena kondisi jalan yang buruk. Bila Anda datang dari Denpasar/Bali, Anda bisa memilih rute ini. Dari Kota Banyuwangi, arahkan kendaraan Anda menuju Kawah Ijen melalui Licin (ada rambu-rambu ke Kawah Ijen). Dari Licin lanjutkan perjalanan Anda hingga tiba di Paltuding. Dari Paltuding, Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan tanah sejauh 3 km menuju Kawah Ijen. Jarak tempuh Banyuwangi - Paltuding sekitar 30 km.
• Bondowoso
Rute ini lebih mudah dilalui karena kondisi jalan yang bagus dan relatif mulus. Bila Anda datang dari Surabaya, sebaiknya Anda memilih rute ini. Dari Kota Bondowoso, arahkan kendaraan Anda menuju Wonosari, lalu ke Sempol dan akhirnya ke Paltulding. Dari Paltuding Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan tanah sejauh 2 kilometer menuju Kawah Ijen. Dari Paltuding, Anda tinggal berjalan kaki melewati jalan tanah sejauh 3 km menuju Kawah Ijen. Jarak tempuh Bondowoso - Paltuding sekitar 60 km, dengan pemandangan hutan pinus dan perkebunan kopi yang mempesona. (edyra)***

Dimuat di Majalah UMMI No.6/XXIV/Juni 2012/1433 H.

Wednesday, 14 July 2010

16 AIR TERJUN TERINDAH DI BALI

Menikmati kesegaran Air Terjun Melanting

Pernahkah Anda mengunjungi air terjun ketika berlibur ke Bali? Atau mungkin Anda tidak tahu kalau ada air terjun di Bali? Memang belum banyak turis yang tahu kalau di Bali ada air terjun. Paling banter turis hanya mengenal Air Terjun Gitgit yang letaknya tidak begitu jauh dari Kawasan Wisata Bedugul. Para turis belum banyak yang tahu keberadaan air terjun lainnya. Padahal Bali memiliki banyak air terjun cantik yang tersebar di berbagai sudut pulau. Kalau dihitung-hitung jumlahnya ada belasan. Sebagian besar air terjun tersebut berada di wilayah Bali Utara (Kabupaten Buleleng). Dengan wilayah yang berbukit-bukit dan banyak gunung, membuat Kabupaten Buleleng memiliki banyak air terjun. Namun, air terjun di Bali bukan hanya di Kabupaten Buleleng. Ada juga air terjun di wilayah kabupaten lainya. Berikut delapan air terjun terindah di Bali yang layak Anda kunjungi ketika berlibur ke Bali. Ketujuh air terjun ini letaknya tersebar di berbagai sudut Pulau Bali. Jangan lupa, siapkan stamina yang prima ketika akan mengunjungi berbagai air terjun berikut, karena Anda akan melewati medan yang cukup menantang dan harus naik turun tangga.

1. Air Terjun Tegenungan
Inilah air terjun yang letaknya paling dekat dengan Kota Denpasar dan satu-satunya air terjun yang letaknya bukan di dataran tinggi atau pegunungan. Air Terjun Tegenungan berada di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Jaraknya hanya sekitar 16 km dari Denpasar atau 30 menit berkendara. Air terjun di Sungai Tukad Petanu ini cukup unik. Meski tidak begitu tinggi (tingginya hanya sekitar empat meter), debit airnya sangat deras. Airnya juga bersih dan bening. Sangat cocok untuk mandi atau sekedar bermain-main air.

Air Terjun Tegenungan

Pemandangan alam di sekitar Air Terjun Tegenungan cukup indah, dengan pepohonan yang hijau dan asri. Di dekat air terjun telah dibangun tempat pemandian dengan beberapa pancuran yang berasal dari mata air alami. Penduduk sekitar sering mandi dan mengambil air untuk konsumsi sehari-hari di pemandian tersebut, terutama pada pagi dan sore hari. Kalau Anda mau, Anda juga bisa mandi di sana.

Pemandian di dekat Air Terjun Tegenungan

Untuk mencapai Air Terjun Tegenungan, dari tempat parkir, Anda harus menuruni ratusan anak tangga dan menyusuri tepian Sungai Tukad Petanu. Pada waktu turun menuju air terjun, mungkin tidak terlalu menguras tenaga. Namun, saat harus kembali ke tempat parkir, ketahanan fisik Anda cukup diuji. Lumayan lah! Hitung-hitung jalan-jalan sambil olahraga. Anda tidak perlu khawatir, bila kehausan atau kelaparan setelah bermain-main di Air Terjun Tegenungan. Di tempat parkir, tersedia warung-warung sederhana yang menjual makanan dan minuman ringan. Anda bisa makan dan minum di warung tersebut sambil menikmati keindahan Air Terjun Tegenungan dari kejauhan.

Bagi pecinta fotografi, sebaiknya Anda datang ke Air Terjun Tegenungan pada siang atau sore hari, agar Anda bisa mendapatkan foto-foto yang bagus. Pasalnya air terjun ini menghadap ke barat. Kalau Anda datang di pagi hari, Anda akan kesulitan untuk mendapatkan foto yang bagus karena cahaya yang masuk ke kamera Anda akan kalah dengan sinar matahari pagi yang terik sehingga foto-foto Anda akan over exposed. Siang atau sore hari, saat matahari sudah agak tinggi ataupun condong ke barat adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ke Air Terjun Tegenungan.

Getting There
Dari Denpasar arahkan kendaraan Anda menuju Sukawati/Gianyar. Setelah melewati Pasar Seni Sukawati, teruskan perjalanan Anda sampai tiba di perempatan jalan dengan lampu merah dan ada penunjuk arah ke Tegenungan. Dari perempatan tersebut, Anda belok kanan sejauh 1500 meter, dan sampailah Anda di Air Terjun Tegenungan.

2. Air Terjun Dusun Kuning
Sekitar 3 km di sebelah selatan Kota Bangli, tepatnya di Desa Taman Bali, ada sebuah air terjun bernama Air Terjun Dusun Kuning. Dinamakan Air Terjun Dusun Kuning, karena lokasi air terjun ini terletak di Dusun Kuning, Desa Taman Bali, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan Sungai Tukad Melangit yang mengalir ke arah selatan. Air terjun ini benar-benar masih alami dan belum diketahui banyak orang (kecuali penduduk setempat) karena letaknya tersembunyi. Untuk mencapainya, butuh usaha dan perjuangan karena akses menuju air terjun ini sangat sulit. Dari Desa Umanyar, Anda harus berjalan melalui ladang penduduk hingga tiba di atas tebing, di tepi Sungai Melangit. Dari tebing tersebut, Anda harus berjalan turun untuk mencapai air terjun. Sayangnya, jalan turun menuju air terjun sangat sulit dan berbahaya. Anda harus menuruni tebing dengan berjalan mundur dengan berpegangan pada akar-akar pepohonan, karena tebing berdiri tegak 90 derajat. Selain itu, jalan tersebut sebagian masih tertutup rumput dan semak-semak yang rimbun. Tidak ada anak tangga ataupun pegangan tangan buatan di tebing tersebut. Hanya Anda yang bernyali besar yang sanggup melewati jalan sulit untuk mencapai air terjun ini. Sebaiknya, Anda berkunjung ke Air Terjun Dusun Kuning pada musim kemarau, di mana tebing/tanah dalam keadaan kering. Pada saat musim penghujan, tebing tersebut sangat licin dan berbahaya karena rawan longsor.

Air Terjun Dusun Kuning

Getting There
Dari Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Bangli baik lewat Sukawati/Gianyar maupun lewat Jalan By Pass Ida Bagus Mantra. Ketika tiba di Desa Taman Bali (kira-kira 3 km sebelum Kota Bangli), pelankan laju kendaraan Anda hingga melihat sebuah pertigaan, dengan jalan ke arah kanan. Beloklah ke kanan dan ikuti jalan tersebut sampai Anda tiba di sebuah pertigaan, dekat pabrik air minum “NON MIN.” dari pertigaan tersebut, beloklah ke kanan sampai ujung jalan di dekat rumah penduduk. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki, kira-kira sejauh 300 meter untuk mencapai Air Terjun Dusun Kuning.

3. Air Terjun Blemantung
Air Terjun Blemantung terletak di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Jaraknya sekitar 70 km dari Denpasar atau sekitar dua jam berkendara. Akses jalan menuju Air Terjun Blemantung cukup baik karena Desa Pujungan dilewati Jalan Raya Denpasar - Seririt - Singaraja. Perjalanan menuju air terjun ini sangat menyegarkan mata karena di sepanjang jalan (terutama setelah melewati pertigaan Desa Antosari, Tabanan), mata Anda akan dimanjakan pemandangan sawah bertingkat yang hijau dan indah. Kabupaten Tabanan memang sentra penghasil beras terbesar di Bali sehingga sawah bertingkat yang indah mudah Anda jumpai di berbagai sudut kabupaten ini.

Jalan menuju Air Terjun Blemantung

Air Terjun Blemantung letaknya tersembunyi di antara tebing-tebing yang tinggi. Dari jalan raya utama Desa Pujungan jaraknya sekitar 1500 meter. Jalan masuk menuju air terjun ini cukup unik. Sekitar 1 km, jalan berupa jalan tanah, dengan paving semen di kanan dan kiri (untuk roda mobil). Selanjutnya jalan berganti menjadi jalan tanah berbatu yang becek di musim hujan. Setelah melewati jembatan yang menanjak (miring), jalan berganti menjadi jalan setapak yang menanjak di antara perkebunan kopi penduduk. Cukup menguras tenaga memang. Namun pemandangan yang Anda dapatkan sepadan dengan perjuangan Anda. Air terjun yang jatuh dari ketinggian sekitar 50 meter akan menyambut kedatangan Anda. Air yang bening dan segar dengan kolam kecil di bawahnya sangat menggoda siapa saja untuk mandi di sana. Apalagi air terjun ini letaknya benar-benar tersembunyi di tengah perkebunan kopi yang jauh dari perkampungan penduduk. Suasana di sekitar Air Terjun Blemantung masih benar-benar alami. Tidak ada bangunan apapun di sekiitar air terjun selain pura dan gazebo yang kondisinya sudah memprihatinkan. Jadi, Anda bisa bermain-main dengan leluasa tanpa takut terganggu pengunjung lain.

Air Terjun Blemantung

Sebenarnya ada tiga buah air terjun di Air Terjun Blemantung. Air terjun pertama (yang lebih tinggi), letaknya di dekat sebuah sebuah pura, dengan ketinggian sekitar 50 meter. Air terjun kedua yang lebih kecil, letaknya di bawah air terjun pertama, dan terpisah jarak sekitar 200 meter. Untuk menuju air terjun kedua, Anda harus menyusuri sungai ke arah bawah. Namun, Anda tidak bisa melhat air terjun ini dari depan/bawah. Anda hanya bisa melihat air terjun ini dari atas karena belum ada akses jalan menuju ke sana.

Air terjun ketiga, akses jalannya agak berbeda dengan kedua air terjun tersebut. Kalau untuk menuju kedua air terjun tadi Anda harus belok kiri mengikuti jembatan miring, untuk menuju air terjun ketiga anda harus berjalan lurus (tidak melewati jembatan) beberapa meter dari jembatan tersebut. Selanjutnya Anda belok kiri, menyusuri jalan setapak di samping sebuah anak sungai (kanal) hingga tiba di Bendungan Irigasi Sabha Hulu. Air terjun ketiga berada di seberang bendungan tersebut. Sayangnya, air terjun ini tertutup pepohonan dan semak-semak yang rimbun, sehingga tidak bisa kelihatan semuanya. Bila terlihat semua, air terjun ini nggak kalah indahnya dengan air terjun pertama.

Getting There
Dari Denpasar arahkan kendaraan Anda menuju Tabanan/Gilimanuk. Ikuti saja Jalan Raya Denpasar - Gilimanuk hingga tiba di pertigaan Desa Antosari. Dari pertigaan tersebut, Anda belok kanan, dan ikuti terus jalan tersebut sampai di Desa Pujungan (sekitar 27 km dari Antosari). Begitu sampai di sebuah pertigaan di Desa Pujungan (ada penunjuk arah ke Air Terjun Blemantung di sebelah kanan jalan), beloklah ke kanan. Ikuti jalan tanah yang belum diaspal tersebut sampai kira-kira sejauh 1400 meter, hingga Anda tiba di dekat sebuah jembatan yang menanjak. Parkirlah sepeda motor Anda di sana. Dari jembatan tersebut, Anda harus berjalan kaki sejauh 400 meter, melalui jalan setapak yang menanjak di antara perkebunan kopi penduduk. Bila Anda membawa kendaraan roda empat, Anda tidak bisa membawanya sampai dekat jembatan tetapi harus memarkirnya di depan rumah penduduk dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.

4. Air Terjun Nungnung
Air Terjun Nungnung terletak di Desa Nungnung, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Jaraknya sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar atau sekitar 90 menit berkendara. Perjalanan menuju air terjun ini sangat menyenangkan karena jalannya cukup bagus dengan rambu-rambu yang jelas. Anda akan melewati banyak areal persawahan dan perkebunan yang hijau menyejukkan mata. Mendekati Desa Nungnung, pemandangan semakin indah dan hijau. Udara pun semakin sejuk karena Desa Nungnung berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.

Air Terjun Nungnung

Air Terjun Nungnung cukup tinggi dengan debit air yang cukup besar. Untuk mencapai air terjun Anda harus berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga yang sangat curam di beberapa tempat. Sebelumnya, jangan lupa untuk membeli tiket masuk sebesar Rp 3.000,00 per orang. Anda harus ekstra hati-hati saat menuruni anak tangga yang curam dan licin tersebut, karena sebagian besar anak tangganya tidak dilengkapi dengan pegangan tangan (handrail). Meleng sedikit saja bisa fatal akibatnya. Jarak air terjun dari tempat parkir juga lumayan jauh sehingga cukup menguras tenaga. Namun, Anda tak perlu khawatir karena di beberapa tempat sudah dibangun gazebo (bale bengong), untuk beristirahat bila Anda sudah lelah berjalan. Untuk kaum perempuan, saya sarankan untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi kalau berkunjung ke Air Terjun Nungnung. Pasalnya Anda harus berjalan menuruni ratusan anak tangga yang curam dan licin.

Setelah menuruni ratusan anak tangga yang curam dan menyeberangi jembatan kecil, Anda akan sampai di Air Terjun Nungnung. Dari kejauhan, sudah terdengar suara gemuruh air terjun tersebut. Awalnya, nampak air terjun kecil di pinggir sungai. Kemudian, tidak jauh dari air terjun kecil tersebut, nampaklah Air Terjun Nungnung yang tinggi dengan debit air yang cukup besar. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 50 meter dari permukaan tanah. Debit air cukup besar dan arus airnya juga lumayan kencang. Apalagi bila Anda datang pada saat musim penghujan. Debit air akan semakin besar. Air Terjun Nungnung dikelilingi pepohonan yang hijau dan asri. Udaranya juga sejuk dan bebas polusi, sehingga siapapun akan betah berlama-lama di sana.

Getting There
Dari Kota Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Sangeh/Petang melalui Jalan Ahmad Yani. Air Terjun Nungnung memang satu arah dengan Hutan Pala Sangeh yang terkenal itu. Dari Hutan Pala Sangeh, lanjutkan perjalanan Anda ke arah Petang/Pelaga hingga tiba di Desa Nungnung. Setelah melihat papan penunjuk arah ke Air Terjun Nungnung di sebelah kiri jalan (kalau Anda datang dari arah Denpasar), beloklah ke kanan sejauh 600 meter, hingga tiba ke tempat parkir. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki menuju air terjun.

5 - 6. Air Terjun Munduk & Air Terjun Melanting
Air Terjun Munduk terletak di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 70 km dari Denpasar atau 20 km dari Kawasan Wisata Bedugul. Desa Munduk terletak di ketinggian antara 800 - 900 m di atas permukaan laut sehingga udaranya sangat sejuk dan sangat cocok untuk daerah pertanian terutama tanaman kopi dan cengkeh.

Air Terjun Munduk

Ada dua buah air terjun di Air Terjun Munduk ini, yaitu Air Terjun Munduk dan Air Terjun Melanting. Namun, orang biasa menyebut keduanya Air Terjun Munduk. Air Terjun Munduk (Munduk Natural Waterfall), yang akan Anda jumpai pertama bila Anda datang dari arah Denpasar/Bedugul. Air terjun ini letaknya sekitar 1 km dari Restoran Ngiring Ngawedang. Air terjun setinggi 15 meter ini berada di antara perkebunan kopi penduduk. Dari tempat parkir, Anda harus berjalan sejauh 246 meter untuk mencapai air terjun ini. Jangan lupa untuk membayar tiket masuk Rp 3.000,00 di dekat tempat parkir. Selanjutnya, Anda tinggal jalan kaki menyusuri jalan setapak di antara perkebunan kopi penduduk hingga tiba di depan air terjun. Di samping air terjun ini terdapat sebuah restoran sederhana, bila Anda haus ataupun lapar. Deburan air dan kicauan burung yang banyak terdapat di sekitar air terjun menciptakan suasana tenang dan damai, membuat kita betah bermain air di Air Terjun Munduk ini.

Air Terjun Melanting

Air terjun kedua, yaitu Air Terjun Melanting lebih tinggi daripada Air Terjun Munduk. Letaknya sekitar 1 km dari air terjun pertama (Air Terjun Munduk). Dari Air Terjun Munduk lanjutkan perjalanan berkendara Anda ke arah utara (Seririt) sekitar 1 km hingga Anda tiba di sebuah tikungan dengan penunjuk arah ke air terjun di sebelah kanan jalan. Parkirlah kendaraan Anda di tempat parkir di sebelah kiri jalan. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki sejauh 500 meter hingga sampai di depan air terjun. Bila Anda membawa sepeda motor, Anda masih bisa membawa sepeda motor Anda hingga mendekati air terjun. Anda bisa memarkir motor Anda di dekat pos masuk. Anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00 (dewasa) dan Rp 2.000,00 (anak-anak) di pos masuk di dekat air terjun.

Getting There
Dari Kota Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Bedugul/Singaraja. Setelah melewati Kawasan Wisata Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju arah Gitgit/Singaraja sampai di sebuah pertigaan dengan tikungan tajam ke arah kiri (Munduk/Seririt). Beloklah ke kiri, dan ikuti jalan tersebut sampai melewati Restoran Ngiring Ngawedang di Desa Munduk. Air Terjun Munduk letaknya sekitar 1 km dari restoran tersebut. Sedangkan Air Terjun Melanting letaknya sekitar 1 km dari Air Terjun Munduk atau 2 km dari Restoran Ngiring Ngawedang.

7. Air Terjun Lemukih
Saya menemukan Air Terjun Lemukih secara tidak sengaja. Sebenarnya tujuan utama saya dan teman adalah mengunjungi Air Terjun Sekumpul di Desa Sekumpul (tetangga Desa Lemukih). Namun, pada saat kami sampai di sebuah tikungan, dekat sebuah jembatan di Desa Lemukih, kami melihat air terjun di kejauhan. Karena takut kebablasan atau salah jalan, kami bertanya arah jalan menuju Air Terjun Sekumpul kepada seorang ibu yang sedang menggendong kayu bakar di pinggir jalan. Ternyata air terjun yang ada di dekat tikungan jalan tersebut bukan Air Terjun Sekumpul, melainkan Air Terjun Lemukih. Menurut ibu tersebut, Air Terjun Sekumpul masih cukup jauh. Jadi, kami harus melanjutkan perjalanan lagi untuk mencapai Air Terjun Sekumpul. Namun, kami tidak langsung menuju Air Terjun Sekumpul. Kami tidak mungkin menyia-nyiakan begitu saja Air Terjun Lemukih yang sudah berada di depan mata. Tanpa membuang waktu, saya langsung memarkir sepeda motor di pinggir jalan dan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di dekat sungai menuju Air Terjun Lemukih.

Air Terjun Lemukih

Air Terjun Lemukih sangat unik karena terdiri dari tiga buah air terjun tidak seperti kebanyakan air terjun lainnya yang hanya ada satu. Air terjun yang terletak paling kanan adalah yang paling tinggi, dengan ketinggian sekitar empat meter. Air terjun yang paling tinggi ini, ditemani dua air terjun kecil di samping kirinya. Jadi, walaupun tidak begitu tinggi air terjun yang terletak di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng ini, cukup cantik karena terdiri dari tiga buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Asyiknya lagi, Anda tidak perlu bersusah payah naik turun tangga untuk menuju air terjun ini. Anda tinggal berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh 200 meter, karena air terjun ini berada tidak jauh dari Jalan Desa Lemukih.

Air Terjun Lemukih masih benar-benar alami. Tidak ada rambu-rambu ataupun penunjuk arah menuju air terjun ini. Anda harus bertanya kepada penduduk setempat untuk menemukan air terjun ini. Memang belum banyak yang tahu keberadaan air terjun ini. Pada saat kami tiba di sana, tidak ada pengunjung lain selain kami berdua sehingga kami bisa bermain-main dan foto-foto dengan leluasa. Kalau Anda ingin mandi ataupun berenang-renang pun sah-sah saja. Di bawah air terjun yang paling tinggi, terdapat sebuah kolam yang cukup luas sehingga bisa digunakan untuk berenang-renang.

Getting There
Untuk mencapai Air Terjun Lemukih, dari Denpasar arahkan kendaraan Anda menuju Bedugul/Singaraja. Kedua air terjun ini letaknya searah. Air Terjun Lemukih jaraknya sekitar 72 km dari Denpasar, Setelah melewati Kawasan Wisata Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju arah Gitgit/Singaraja sampai di sebuah pertigaan (sekitar 10 km dari Bedugul). Dari pertigaan, beloklah ke kanan dan ikuti jalan tersebut sampai sejauh 12 km. Jalan menuju Air Terjun Lemukih berkelok-kelok naik turun dengan pemandangan bukit dan jurang di kanan kiri jalan. Aspal jalan sudah banyak yang terkelupas. Bahkan, di beberapa tempat aspal sudah hilang sama sekali sehingga jalan berubah menjadi jalan tanah berbatu. Di sepanjang jalan menuju air terjun ini, Anda akan menjumpai banyak pertigaan yang tidak ada rambu-rambunya. Anda harus banyak bertanya ke penduduk setempat agar tidak nyasar. Bila Anda menjumpai sebuah tikungan dengan jembatan kecil di depannya dan ada tulisan Desa lemukih, Anda sudah sampai di Air Terjun Lemukih. Air terjun ini letaknya tidak jauh dari jalan Desa Lemukih. Dari jalan, Air Terjun Lemukih sudah kelihatan, Anda tinggal berjalan kaki sejauh 200 meter.

8. Air Terjun Sekumpul
Air Terjun Sekumpul disebut-sebut sebagai air terjun terindah di Bali. Letaknya cukup dekat dari Air Terjun Lemukih, kira-kira hanya berjarak 2 km. Maklum, Desa Sekumpul dan Desa Lemukih memang bertetangga. Untuk melihat Air Terjun Sekumpul dari dekat, memang butuh sedikit usaha dan perjuangan. Dari tempat parkir, Anda harus berjalan kaki lumayan jauh, menyusuri jalan yang tanah, menuruni ratusan anak tangga, dan menyeberangi sungai. Bila Anda mengendarai sepeda motor, Anda masih bisa menaikinya dari tempat parkir (di dekat loket penjualan tiket), sampai di ujung jalan paving. Setelah jalan paving habis, jalan berganti menjadi jalan tanah yang sempit (jalan setapak). Tidak berapa lama menyusuri jalan setapak, sampailah Anda di sebuah bale bengong (gazebo) dengan pemandangan Air Terjun Sekumpul yang luar biasa memikat. Dari bale bengong tersebut, terlihat Air Terjun Sekumpul yang sangat cantik di kejauhan. Yang membuat air terjun ini berbeda dari air terjun kebanyakan, Air Terjun Sekumpul bukan hanya terdiri dari satu atau dua air terjun. Setidaknya ada tujuh air terjun yang letaknya terpisah-pisah dan berjauhan, yang bisa Anda lihat dari bale bengong tersebut. Tujuh air terjun tersebut tersebar di tebing-tebing yang tinggi dan dikelilingi pepohonan hijau yang menyejukkan mata. Ketujuh air terjun tersebut memiliki bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda. Benar-benar menakjubkan. Nggak salah memang, kalau Air Terjun Sekumpul dinobatkan sebagai air terjun terindah di Bali.

Air Terjun Sekumpul dilihat dari kejauhan

Dari tujuh air terjun yang ada di Air Terjun Sekumpul, hanya dua air terjun yang bisa Anda datangi lebih dekat. Uniknya, dua air terjun yang letaknya berdampingan tersebut memiliki ketinggian dan debit air berbeda. Dua air terjun ini berasal dari dua sumber mata air yang berbeda. Air terjun di sebelah kiri bersumber dari mata air sedangkan air terjun di sebelah kanan (yang lebih tinggi) bersumber dari sungai. Di musim hujan, air terjun di sebelah kiri tetap bening sedangkan air terjun di sebelah kanan akan berwarna coklat keruh.


Air Terjun Sekumpul

Untuk mendekati Air Terjun Sekumpul, Anda harus menuruni ratusan anak tangga yang curam di beberapa tempat dan menyeberangi sungai. Sebaiknya Anda memakai celana pendek dan sandal (sepatu tanpa hak) yang nyaman ketika mengunjungi Air Terjun Sekumpul karena Anda harus menyeberangi sungai yang lumayan dalam (sepaha orang dewasa) untuk sampai di depan air terjun. Memang perlu sedikit usaha untuk mencapai air terjun yang indah ini. Namun, perjuangan saya terbayar lunas begitu sampai di dekat air terjun setinggi 80 meter tersebut. Suara deburan air yang jatuh dan percikan air yang bercipratan menciptakan suasana yang syahdu dan menenangkan hati. Pepohonan yang rindang di sekitar air terjun membuat suasana semakin sejuk dan asri. Siapa pun pasti akan jatuh hati pada Air Terjun Sekumpul.

Getting There
Sebaiknya Anda mengunjungi Air Terjun Sekumpul setelah mengunjungi Air Terjun Lemukih, karena Air Terjun Sekumpul jaraknya hanya sekitar 2 km dari Air Terjun Lemukih. Dari Air Terjun Lemukih lanjutkan perjalanan Anda menuju Desa Sekumpul. Setelah melihat penunjuk arah ke Air Terjun (Waterfall) di sebelah kanan jalan (bukan Welcome to Sekumpul Waterfall), beloklah ke kiri sejauh 1 km dan sampailah di tempat parkir Air Terjun Sekumpul. Selanjutnya, Anda tinggal berjalan kaki untuk mencapai air terjun.

9 - 11. Air Terjun Kembar Gitgit (Air Terjun Campuhan), Air Terjun Mekalongan, dan Air Terjun Bertingkat
Inilah air terjun yang paling terkenal di Bali. Letak Air Terjun Kembar Gitgit yang strategis di pinggir Jalan Raya Denpasar - Bedugul - Singaraja dan infrastruktur yang cukup baik membuat air terjun ini sering dikunjungi turis dan membuat namanya terkenal sampai ke mancanegara. Kalau Anda bertanya kepada Orang Bali tentang Air Terjun Kembar Gitgit, sebagian besar pasti tahu. Berbeda dengan air terjun lainnya yang belum banyak dikenal turis.

Air Terjun Kembar Gitgit terletak di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 16 km dari Kawasan Wisata Bedugul atau 66 km dari Denpasar. Dari Air Terjun Sekumpul jaraknya sekitar 20 km. Tidak seperti kebanyakan air terjun yang biasanya berada di tengah hutan atau di tebing yang curam, Air Terjun Kembar Gitgit berada di antara perkampungan penduduk dan kebun cengkih. Untuk bisa melihat Air Terjun Gitgit dari dekat, Anda harus membayar tiket masuk Rp 3.000,00 per orang. Selanjutnya, Anda harus naik turun tangga untuk mencapai air terjun. Karena Air Terjun Gitgit sudah sangat tersohor, jalan dan anak tangga di Air Terjun Gitgit ini terawat dengan baik sehingga memudahkan para turis untuk mengunjunginya.

Air Terjun Kembar Gitgit terdiri dari beberapa air terjun dengan bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat buah air terjun di sekitar Air Terjun Kembar Gitgit. Air terjun pertama adalah Air Terjun Campuhan/Air Terjun Kembar Gitgit (Twin Waterfall). Campuhan dalam Bahasa Bali artinya percampuran atau pertemuan. Maksudnya pertemuan dua air terjun. Air terjun ini jaraknya sekitar 500 meter dari tempat parkir. Anda harus menyusuri jalan setapak dan menuruni anak tangga untuk menuju air terjun kembar. Di pinggir jalan yang Anda lalui menuju air terjun, terdapat beberapa toko souvenir yang menjual berbagai souvenir khas Bali. Di sepanjang jalan, Anda juga menjumpai banyak anak kecil yang menjajakan souvenir berupa kalung manik-manik aneka warna kepada para turis. Kehadiran anak-anak penjual souvenir tersebut cukup mengganggu para turis karena mereka menjajakan dagangan kepada para turis dengan sedikit memaksa. Sebaiknya Anda tegas terhadap mereka. Kalau Anda tertarik untuk membeli souvenir dari mereka langsung tawar saja. Kalau Anda tidak ingin membeli, ya bilang saja tidak, agar mereka tidak terus mengejar Anda.

Air Terjun Kembar Gitgit

Air Terjun Kembar Gitgit sesuai dengan namanya, terdiri dari dua buah air terjun yang berdampingan yang bentuknya kembar sehingga terlihat indah. Kedua air terjun ini tidak begitu tinggi namun arusnya cukup deras. Di bawah air terjun terdapat kolam kecil dengan air yang sangat bening dan dingin. Air terjun ini terlindung di tebing yang sempit sehingga suasana di sekitar air terjun agak gelap. Pepohonan hijau yang ada di sekitar air terjun membuat suasana semakin sejuk dan asri.

Selanjutnya, Anda bisa menuju air terjun kedua yang letaknya cukup dekat dari Air Terjun Kembar Gitgit. Namanya Air Terjun Mekalongan. Air terjun ini merupakan kelanjutan dari Air Terjun Kembar Gitgit. Sumber airnya berasal dari aliran sungai Air Terjun Kembar Gitgit sehingga debit airnya menjadi lebih besar dan arusnya lebih deras. Air Terjun Mekalongan sedikit lebih tinggi daripada Air Terjun Kembar Gitgit.

Air Terjun Mekalongan

Air terjun ketiga yang ada di Gitgit adalah Air Terjun Bertingkat. Letaknya cukup jauh dari kedua air terjun tadi. Jalan menuju Air Terjun Bertingkat cukup membingungkan karena tidak ada penunjuk arahnya. Anda harus melewati perkampungan penduduk dan perkebunan cengkih dengan jalan setapak yang berbelok-belok naik turun.

Air Terjun Bertingkat tidak begitu tinggi namun cukup indah. Seperti namanya, air terjun ini memang bertingkat dua. Airnya sangat bersih dan bening. Di bawah Air Terjun Bertingkat ada air terjun lagi. Letaknya di bawah jembatan dan tertutup pepohonan. Namun, Anda tidak bisa melihat air terjun ini dari depan/bawah. Anda hanya bisa melihat air terjun ini dari atas jembatan.

Air Terjun Bertingkat Gitgit

Getting There
Untuk mencapai Air Terjun Kembar Gitgit (Air Terjun Campuhan) lebih mudah karena letaknya berada di pinggir Jalan Raya Denpasar - Bedugul - Singaraja. Anda tinggal mengarahkan kendaraan anda menuju Bedugul/Singaraja. Air Terjun Kembar Gitgit jaraknya sekitar 16 km dari Kawasan Wisata Bedugul. Setelah melewati Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju Gitgit/Singaraja. Setelah memasuki Desa Gitgit, pelankan laju kendaraan Anda sampai Anda melihat penunjuk arah Air Terjun Kembar Gitgit di sebelah kiri jalan dan Anda pun tiba di Air Terjun Gitgit.

12. Air Terjun Carat
Air Terjun Carat terletak di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Singaraja. Jaraknya sekitar 85 km dari Denpasar atau 34 km dari Kintamani. Kalau dari Singaraja jaraknya sekitar 25 km. Diberi nama Carat karena konon air terjun ini mirip caratan atau kendi (tempat air minum seperti cerek yang dari tanah liat). Mirip dari mananya, ya? Menurut saya nggak ada mirip-miripnya dengan kendi, tuh.

Saya menemukan Air Terjun Carat secara tidak sengaja, ketika sedang dalam perjalanan dari Kintamani menuju Singaraja via Kubutambahan. Ketika memasuki Desa Tamblang, saya melihat penunjuk arah ke Air Terjun Carat di sebelah kiri jalan. Saya pun tertarik untuk singgah sebentar ke air terjun yang menurut penunjuk arah tadi, jaraknya hanya 600 meteri. Tidak mungkin saya melewatkan begitu saja, air terjun yang sudah “di depan mata.” Siapa tahu air terjun ini lebih indah atau lebih tinggi daripada berbagai air terjun yang pernah saya kunjungi di Bali selama ini.

Untuk mencapai air terjun ini perlu usaha dan tenaga. Dari jalan raya, Anda harus melewati jembatan kecil yang terbuat dari anyaman bambu di atas aliran sungai kecil. Setelah itu, Anda akan melewati jalan setapak di antara perkebunan penduduk yang banyak ditumbuhi cengkeh dan kopi. Semakin mendekati air terjun, jalanan semakin menurun curam dan berliku, dengan tebing-tebing terjal di sebelah kiri Anda. Di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun, banyak terdapat pipa-pipa air yang menyalurkan air bersih, untuk penduduk di sekitar air terjun.

Air Terjun Carat Kecil

Di Air Terjun Carat terdapat dua buah air terjun, saya menamainya air terjun besar (tinggi) dan air terjun kecil. Anda hanya bisa mencapai air terjun kecil, yang tingginya sekitar empat meter. Anda bisa menatap keindahan air terjun ini dari dekat, bahkan bisa bermain-main atau mandi di sana. Kalau air terjun yang tinggi, Anda hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Sebenarnya air terjun yang tinggi berada di bawah air terjun kecil, jadi Anda hanya bisa melihat air terjun ini dari atas bukan dari bawah/depan. Air terjun yang tinggi berada di tebing yang sangat terjal dan dalam. Bila Anda ingin memotretnya, Anda harus berjalan mengikuti arah pipa-pipa hingga tiba di sebuah tempat, di bawah tebing batu yang sangat tinggi dan terjal mirip dinding. Air Terjun Carat yang tinggi benar-benar tinggi, mungkin merupakan air terjun tertinggi di Bali. Menurut saya, tingginya nggak kurang dari 100 meter. Sayangnya, kita tidak bisa mendekati air terjun ini.

Air Terjun Carat Besar/Tinggi

Menurut masyarakat sekitar, Air Terjun Carat sedikit angker. Demi keselamatan, sebaiknya Anda tidak berkata-kata kasar atau merusak apapun di sekitarnya. Anda juga harus selalu hati-hati dan waspada karena jalan menuju air terjun ini (terutama air terjun yang tinggi) berupa jalan setapak berbatu-batu di tebing-tebing yang curam. Air terjun Carat masih benar-benar alami, belum mendapat sentuhan pariwisata sama sekali. Tidak ada bangunan apapun di sekitar air terjun. Anda juga tidak perlu membayar tiket masuk/retribusi untuk mengunjungi air terjun ini.

Getting There
Dari Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Gianyar/Kintamani. Setelah sampai Kintamani, lanjutkan perjalanan Anda ke arah Singaraja (melalui Kubutambahan) hingga Anda tiba di Desa Tamblang dan melihat papan penunjuk arah ke Air Terjun Carat di sebelah kanan jalan. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki sejauh 600 meter menuju air terjun. Dari Kintamani, Air Terjun Carat jaraknya sekitar 34 km.

13. Air Terjun Jembong
Nama air terjun ini memang terdengar kurang indah dan mungkin belum pernah Anda dengar sebelumnya. Ya, Air Terjun Jembong memang belum diketahui banyak orang. Namun, jangan under estimate dulu! Tidak seperti namanya, air terjun yang terletak di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng ini, sangat indah dan merupakan salah satu air terjun terindah di Bali. Bagi saya, Air Terjun Jembong adalah air terjun terindah kedua di Bali setelah Air Terjun Sekumpul.

Air Terjun Jembong yang unik dan indah

Berbeda dengan kebanyakan air terjun lainnya di Bali yang berada di tebing tinggi yang berdiri tegak, Air Terjun Jembong berada di dataran/tanah yang miring, dengan kemiringan lebih dari 75 derajat. Jadi kesannya tidak menyeramkan. Air terjun ini berada di antara perkebunan coklat/kakao (Theobroma Cacao) yang rimbun dan asri. Untuk mencapai Air Terjun Jembong, Anda tidak perlu bersusah payah naik turun anak tangga, tetapi hanya perlu sedikit mendaki jalan setapak berbatu di antara pohon coklat di pinggir sungai kecil.

Pohon Coklat (Kakao) yang banyak terdapat di sekitar Air Terjun Jembong

Di bawah Air Terjun Jembong terdapat sebuah kolam yang sangat jernih dengan kedalaman sekitar satu meter. Anda bisa mandi dan bermain air sepuasnya di kolam tersebut. Air kolam yang dingin dan bening, sangat menggoda siapa pun untuk mandi di sana. Saya pun tidak melewatkan kesempatan untuk mandi di kolam tersebut. Bersama warga setempat, saya menikmati kesegaran Air Terjun Jembong. Rasanya sangat menyenangkan bisa mandi dan bermain air di bawah air terjun yang sangat indah dan masih alami, tanpa terganggu kehadiran pengunjung lainnya.

Pertigaan Desa Ambengan. Air Terjun Jembong, letaknya sekitar 4 km dari pertigaan ini.

Getting There
Air Terjun Jembong terletak di Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 15 km dari Kawasan Wisata Bedugul atau 65 km dari Denpasar. Dari Air Terjun Gitgit jaraknya hanya sekitar 8 km. Dari Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Bedugul/Singaraja. Setelah melewati Kawasan Wisata Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju arah Gitgit/Singaraja. Sekitar 4 km setelah Air Terjun Gitgit, Anda akan melihat pertigaan dengan tikungan tajam ke arah kiri. Beloklah ke kiri dan ikuti jalan tersebut sampai sejauh 4 km, dan Anda akan sampai di Air Terjun Jembong. Anda bisa mengunjungi Air Terjun Jembong setelah mengunjungi Air Terjun Gitgit karena letaknya hanya sekitar 8 km dari Air Terjun Gitgit.

14. Air Terjun Aling-Aling
Air Terjun Aling-Aling letaknya sangat dekat dengan Kota Singaraja, ibu kota Kabupaten Buleleng. Jaraknya hanya sekitar 11 km dari Singaraja atau sekitar 80 km dari Denpasar. Untuk mencapai air terjun ini, Anda harus berjalan kaki menyusuri pematang sawah dan naik turun tangga sejauh 400 meter. Ketika berjalan kaki menuju Air Terjun Aling-Aling, Anda akan bertemu dua air terjun kecil di sebuah sungai kecil dekat sawah. Anda bisa berhenti sejenak untuk main air di sungai tersebut. Selanjutnya, Anda harus menuruni ratusan anak tangga hingga tiba di pinggir sungai dan mendaki anak tangga lagi hingga tiba di depan air terjun. Cukup melelahkan memang. Namun, Anda akan mendapat imbalan yang sepadan. Air terjun cantik setinggi 35 meter menanti Anda.

Air Terjun Aling-Aling

Selain cantik, Air Terjun Aling-Aling juga cukup unik. Air terjun ini jatuh dari tebing yang curam dan dikelilingi tebing-tebing tinggi dengan pepohonan yang hijau. Dari puncak tebing, air mengucur deras dan pecah jadi dua, membentuk dua air terjun dengan debit air yang berbeda. Air terjun sebelah kanan lebih besar dan lebih deras daripada yang sebelah kiri. Di bawah Air Terjun Aling-Aling terdapat cekungan atau kolam yang cukup dalam. Dari kolam tersebut, air mengalir menjadi sungai yang cukup besar. Anda bisa mandi dan bermain air sepuasnya di bawah air terjun. Namun, Anda harus hati-hati saat mandi atau bermain air karena batu-batu di sekitar air terjun sangat licin.

Getting There
Air Terjun Aling-Aling terletak di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jaraknya sekitar 11 km dari Kota Singaraja atau 80 km dari Denpasar. Dari Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Bedugul/Singaraja. Menjelang masuk Kota Singaraja, Anda akan menjumpai sebuah pertigaan dengan rambu-rambu ke kiri menunjukkan arah ke terminal. Beloklah ke kiri dan ikuti terus jalan tersebut sampai tiba di pertigaan depan Balai Desa Sambangan. Beloklah ke kiri hingga Anda tiba di tempat parkir Air Terjun Aling-Aling. Selanjutnya Anda tinggal berjalan kaki sejauh 400 meter menuju air terjun.


15. Air Terjun Yeh Mempeh
Bila Anda sedang berkunjung ke Singaraja atau Kintamani, Anda bisa mampir (lebih tepatnya melanjutkan perjalanan) ke air terjun ini. Air Terjun Yeh Mempeh terletak di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Air terjun ini letaknya memang cukup jauh baik dari Denpasar atau Singaraja. Dari Singaraja, jaraknya sekitar 38 km, dari Kintamani jaraknya sekitar 40 km, dan dari Denpasar jaraknya sekitar 95 km. Letaknya yang agak terpencil dan jauh dari mana-mana membuat Air Terjun Yeh Mempeh jarang dikunjungi turis. Namun, Anda jangan takut dulu melihat jarak yang jauh. Pasalnya, jalan menuju air terjun ini cukup bagus dan mulus. Jadi, walaupun jauh perjalanan tetap menyenangkan.


Seorang pengunjung sedang menikmati keindahan Air Terjun Yeh Mempeh

Air Terjun Yeh Mempeh tingginya sekitar 30 meter, dengan air yang jernih dan segar. Panorama di sekitar air terjun sangat indah dengan udara yang sejuk karena dikelilingi perbukitan yang hijau. Mandi di bawah guyuran Air Terjun Yeh Mempeh merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan karena bisa menghilangkan rasa lelah Anda setelah menempuh perjalanan panjang mencapai air terjun ini. Kalau Anda tidak ingin mandi atau berbasah-basah, Anda juga bisa duduk-duduk saja di atas bebatuan di sekitar air terjun, menikmati pemandangan indah dan udara yang segar bebas polusi.

Getting There
Untuk mencapai Air Terjun Yeh Mempeh dari Denpasar, rute paling dekat adalah lewat Kintamani. Dari Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Ubud/Kintamani. Dari Kintamani, lanjutkan perjalanan ke Singaraja hingga tiba di sebuah pertigaan (arah kanan ke Kubutambahan dan Singaraja, arah kiri ke Bondalem/Madenan dan Amlapura). Beloklah ke kiri dari pertigaan tersebut, hingga tiba di pertigaan/Jalan Raya Singaraja - Amlapura. Beloklah ke kanan hingga tiba di pertigaan Desa Les, dan beloklah kanan lagi hingga tiba di tempat parkir Air Terjun Yeh Mempeh. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki sejauh 500 meter menuju air terjun.

Kalau Anda datang dari arah Singaraja, arahkan kendaraan Anda ke timur menuju Pantai Tulamben/Amlapura hingga tiba di pertigaan Desa Les. Beloklah ke kanan hingga tiba di tempat parkir Air Terjun Yeh Mempeh. Selanjutnya Anda tinggal jalan kaki menuju air terjun.

16. Air Terjun Juwuk Manis
Air Terjun Juwuk Manis terletak di Dusun Juwuk Manis, Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Jaraknya sekitar 75 km dari Denpasar. Dibutuhkan usaha dan tenaga ekstra untuk menjangkau air terjun ini. Dari Denpasar menuju Desa Pangyangan sih, jalannya sangat bagus, karena merupakan jalan negara (jalan lintas Bali) yang sudah di-hotmix. Namun, dari Desa Pangyangan menuju Dusun Juwuk Manis jalan berubah menjadi sempit dan berkelok-kelok mendaki bukit yang terjal. Di beberapa tempat aspal jalan sudah banyak yang terkelupas. Namun, itu belum seberapa. Perjuangan terberat untuk mencapai air terjun ini adalah perjalanan dari tempat parkir di samping Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Juwuk Manis menuju air terjun yang jaraknya sekitar 1 km. Anda harus berjalan kaki menunyusuri yang menurun curam, di antara tanaman kopi dan cengkih milik penduduk. Jalan setapak itu sangat curam, dan tidak jelas arahnya karena tertutup semak-semak dan rerumputan. saking tidak jelasnya jalan setapak itu, bahkan saya sempat tersesat dan hampir putus asa. Untunglah akhirnya kami berhasil mencapai Air Terjun Juwuk Manis dengan selamat.

Air Terjun Juwuk Manis

Air Terjun Juwuk Manis hanyalah air terjun kecil, tingginya hanya sekitar empat meter. Namun, airnya sangat jernih dan segar. Uniknya, Air Terjun Juwuk Manis terdiri dari dua air terjun kecil yang berdampingan. Di bawah air terjun terdapat kolam kecil yang bisa digunakan untuk mandi ataupun bermain air. Tentunya nikmat sekali mandi di bawah guyuran air terjun, setelah melewati perjuangan panjang dengan bercucuran keringat untuk mencapai air terjun ini.

Getting There
Untuk mencapai Air Terjun Juwuk Manis dari Denpasar
arahkan perjalanan Anda menuju Negara/Gilimanuk. Setelah sampai di perempatan Desa Pangyangan (di samping Balai Desa Pangyangan, sekitar 67 km dari Denpasar), beloklah ke kanan dan ikuti jalan tersebut sampai tiba di tempat parkir Air Terjun Juwuk Manis, di dekat LPD Juwuk Manis. Selanjutnya Anda harus berjalan kaki mennyusuri jalan setapak sejauh 1 km hingga tiba di Air Terjun Juwuk Manis. (edyra)***


*Dimuat di Majalah LIBURAN Edisi Desember 2010.