Gambaran Umum Taman Nasional Baluran
Taman Nasional Baluran luasnya sekitar 25.000 hektar, terletak di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Meski secara geografis termasuk wilayah Kabupaten Situbondo, namun Taman Nasional Baluran tetap tidak bisa dilepaskan dari Banyuwangi. Letaknya yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan cukup dekat dengan Kota Banyuwangi (sekitar 35 km), membuat taman nasional ini lebih dikenal sebagai bagian dari wilayah Banyuwangi. Apalagi jaraknya dari jantung kota Situbondo (ibu kota Kabupaten Situbondo) juga cukup jauh (sekitar 60 km). Alhasil, Taman Nasional Baluran lebih dikenal sebagai bagian dari wilayah Banyuwangi.
Taman Nasional Baluran merupakan perwakilan ekosistem hutan yang spesifik kering di Pulau Jawa, terdiri dari tipe vegetasi savana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Sekitar 40 % tipe vegetasi savana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran.
Tumbuhan yang ada di Taman Nasional Baluran sebanyak 444 jenis/spesies, tiga di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan menarik serta mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering (masih kelihatan hijau), walaupun tumbuhan lainnya sudah layu dan mengering yaitu : widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), pilang (Acacia leucophloea). Tumbuhan yang lain seperti Asam Jawa (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), manting (Syzygium polyanthum), dan kepuh (Sterculia foetida).
Terdapat 26 jenis mamalia di Taman Nasional Baluran antara lain : banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag/anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), rusa (Cervus timorensis), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Banteng merupakan maskot Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys scolopacea), merak hijau (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Savana Bekol
Setelah melaporkan kedatangan kami di visitor center Taman Nasional Baluran (di belakang pintu masuk Pos Batangan), dan membayar retribusi Rp 2.500,00 per orang serta biaya parkir sepeda motor Rp 3.000,00, bersama teman saya segera meluncur menuju Pos Bekol. Meski jaraknya hanya 12 km dari pintu masuk Batangan, perjalanan menuju Bekol memakan waktu cukup lama, karena sebagian besar jalan rusak parah. Jalan beraspal sudah terkelupas dan berubah menjadi jalanan berbatu, penuh dengan kerikil-kerikil tajam. Meleng sedikit saja, bisa fatal akibatnya. Untung saja, di sepanjang jalan kami sering bertemu berbagai satwa penghuni Taman Nasional Baluran yang berseliweran, antara lain ayam hutan dan monyet. Jadi lumayan menghibur kami.
Terdapat 26 jenis mamalia di Taman Nasional Baluran antara lain : banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag/anjing hutan (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), rusa (Cervus timorensis), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus), dan kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Banteng merupakan maskot Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk yang langka seperti layang-layang api (Hirundo rustica), tuwuk/tuwur asia (Eudynamys scolopacea), merak hijau (Pavo muticus), ayam hutan merah (Gallus gallus), kangkareng (Anthracoceros convecus), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus).
Savana Bekol
Setelah melaporkan kedatangan kami di visitor center Taman Nasional Baluran (di belakang pintu masuk Pos Batangan), dan membayar retribusi Rp 2.500,00 per orang serta biaya parkir sepeda motor Rp 3.000,00, bersama teman saya segera meluncur menuju Pos Bekol. Meski jaraknya hanya 12 km dari pintu masuk Batangan, perjalanan menuju Bekol memakan waktu cukup lama, karena sebagian besar jalan rusak parah. Jalan beraspal sudah terkelupas dan berubah menjadi jalanan berbatu, penuh dengan kerikil-kerikil tajam. Meleng sedikit saja, bisa fatal akibatnya. Untung saja, di sepanjang jalan kami sering bertemu berbagai satwa penghuni Taman Nasional Baluran yang berseliweran, antara lain ayam hutan dan monyet. Jadi lumayan menghibur kami.
Begitu tiba di Bekol, padang rumput yang sangat luas dan berwarna kuning kecoklatan menyambut kedatangan kami. Ini rupanya Savana Bekol yang sangat terkenal dan merupakan salah satu objek wisata alam andalan Taman Nasional Baluran. Savana Bekol merupakan hamparan savana alami satu-satunya dan terluas di Pulau Jawa. Luasnya mencapai 10.000 hektar atau sekitar 40% dari luas kawasan Taman Nasional Baluran. Savana yang kering dan luas dengan latar belakang Gunung Baluran yang tinggi menjulang (katanya mirip Gunung Kilimanjaro) menjadikan pengunjung serasa berada di Afrika. Nggak heran kalau Savana Bekol mendapat julukan “Afrikanya Indonesia.” Saya sangat betah bermain-main di Savana Bekol yang indah.
Bila Anda ingin melihat panorama Savana Bekol secara keseluruhan, Anda bisa naik ke menara pandang, yang berada di puncak sebuah bukit, di belakang Pos Bekol. Menara pandang ini berada di ketinggian 64 meter di atas permukaan laut. Dari puncak menara pandang ini, Anda dapat melihat secara keseluruhan Savana Bekol yang indah, Pantai Bama di kejauhan dan Gunung Baluran. Bila sedang beruntung, Anda juga dapat melihat atraksi berbagai jenis satwa setiap harinya, terutama pada pagi dan sore hari. Aneka macam burung dan sekelompok rusa sering melintas di Savana Bekol ini.
Gunung Baluran
Di Pos Bekol ini, Anda juga bisa menyaksikan Gunung Baluran yang berdiri gagah dan menjadi latar belakang Savana Bekol. Gunung setinggi 1.247 meter di atas permukaan laut ini sekarang sudah tidak aktif lagi. Gunung Baluran merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang menyukai petualangan. Dengan ditemani petugas taman nasional, Anda bisa mendaki Gunung Baluran. Di atas Gunung Baluran, Anda bisa menyaksikan kaldera sepanjang 600 meter dan Sumber Mata Air Kacip yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Bila Anda ingin mendaki Gunung Baluran, sebaiknya Anda datang pada Bulan April - Oktober, di mana saat itu Taman Nasional Baluran sudah memasuki musim kemarau sehingga tanah tidak licin dan pemandangan juga lebih indah.
Pantai Bama
Setelah puas bermain-main di Savana Bekol dan santai sejenak di puncak menara pandang sambil memandang kemegahan Gunung Baluran, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos Bama yang berada di pinggir Pantai Bama. Malam ini kami memang berencana menginap di penginapan yang ada di pinggir Pantai Bama. Sebagai informasi, bagi pengunjung yang ingin menginap di Taman Nasional Baluran, pihak taman nasional menyediakan penginapan (di Taman Nasional Baluran disebut pesanggrahan) di dua tempat, yaitu di Pos Bekol dan di Pos Bama. Dengan biaya Rp 75.000,00 per orang atau Rp 150.000,00 per kamar Anda bisa menginap di salah satu kamar baik di Pos Bekol atau Pos Bama. Karena di tengah hutan, penginapan di Taman Nasional Baluran ini sangat sederhana. Fasilitas di kamar hanya sebuah tempat tidur ukuran dobel dan sebuah lemari pakaian kecil, tanpa pendingin ruangan ataupun kipas angin. Jangan tanya televisi dan lemari es! Dijamin tidak ada. Namanya juga di tengah hutan. Jadi ya, jangan berharap lebih.
Di Pos Bekol ini, Anda juga bisa menyaksikan Gunung Baluran yang berdiri gagah dan menjadi latar belakang Savana Bekol. Gunung setinggi 1.247 meter di atas permukaan laut ini sekarang sudah tidak aktif lagi. Gunung Baluran merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang menyukai petualangan. Dengan ditemani petugas taman nasional, Anda bisa mendaki Gunung Baluran. Di atas Gunung Baluran, Anda bisa menyaksikan kaldera sepanjang 600 meter dan Sumber Mata Air Kacip yang tidak pernah kering sepanjang tahun. Bila Anda ingin mendaki Gunung Baluran, sebaiknya Anda datang pada Bulan April - Oktober, di mana saat itu Taman Nasional Baluran sudah memasuki musim kemarau sehingga tanah tidak licin dan pemandangan juga lebih indah.
Pantai Bama
Setelah puas bermain-main di Savana Bekol dan santai sejenak di puncak menara pandang sambil memandang kemegahan Gunung Baluran, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos Bama yang berada di pinggir Pantai Bama. Malam ini kami memang berencana menginap di penginapan yang ada di pinggir Pantai Bama. Sebagai informasi, bagi pengunjung yang ingin menginap di Taman Nasional Baluran, pihak taman nasional menyediakan penginapan (di Taman Nasional Baluran disebut pesanggrahan) di dua tempat, yaitu di Pos Bekol dan di Pos Bama. Dengan biaya Rp 75.000,00 per orang atau Rp 150.000,00 per kamar Anda bisa menginap di salah satu kamar baik di Pos Bekol atau Pos Bama. Karena di tengah hutan, penginapan di Taman Nasional Baluran ini sangat sederhana. Fasilitas di kamar hanya sebuah tempat tidur ukuran dobel dan sebuah lemari pakaian kecil, tanpa pendingin ruangan ataupun kipas angin. Jangan tanya televisi dan lemari es! Dijamin tidak ada. Namanya juga di tengah hutan. Jadi ya, jangan berharap lebih.
Setelah melewati jalan berbatu (dulunya beraspal, tapi sekarang sudah rusak) sejauh 3 km, dengan bonus beberapa hewan liar yang melintas (monyet, ayam hutan, dan berbagai macam burung), akhirnya kami sampai di Pos Bama. Kami segera melapor kepada petugas taman nasional dan mengutarakan maksud kami untuk menginap di Bama. Seorang petugas dari Taman Nasional Baluran dengan ramah menyambut kedatangan kami. Setelah memberi penjelasan sekilas tentang tata tertib di Taman Nasional Baluran, petugas tersebut segera memberikan kunci kamar kepada kami, dan mengantarkan kami ke penginapan yang letaknya benar-benar di pinggir pantai (beach front/beach view).
Kami segera meletakkan tas dan barang-barang di kamar, kemudian keluar kamar dan duduk-duduk di sebuah bangku di depan penginapan, yang ada di pinggir Pantai Bama. Sayangnya pantai sedang benar-benar surut. Pantai Bama sedang kering, dengan air laut sangat jauh dari bibir pantai. Jadi nggak bisa berenang, deh. Mau nggak mau, besok baru bisa berenang.
Gagal berenang, kami segera berjalan menyusuri Pantai Bama yang landai dan berpasir putih. Pantai Bama menghadap ke timur, menjadikannya tempat yang sempurna untuk melihat matahari terbit (sunrise). Pantai Bama dikelilingi hutan bakau (mangrove) yang cukup rimbun, habitat berbagai jenis burung dan primata. Di pantai ini, Anda bisa menikmati atraksi kera abu-abu (Macaca fascicularis) yang sering datang ke pantai. Apalagi bila Anda membawa makanan atau buah-buahan. Saya jamin, monyet-monyet lucu tersebut akan langsung menghampiri Anda. Kadang-kadang, nampak juga biawak (Varanus salvator) di Pantai Bama.
Selain panorama darat yang indah, Pantai Bama juga menyimpan keindahan panorama bawah air yang memukau. Aneka terumbu karang dan ikan hias dapat ditemui di Pantai Bama. Dulunya, terumbu karang di sekitar Pantai Bama rusak parah karena pengeboman yang dilakukan oleh para nelayan yang tidak bertanggung jawab. Namun, sejak dilakukan transplantasi karang dan patroli yang rutin oleh petugas taman nasional, terumbu karang di Bama berangsur-angsur tumbuh dan ikan-ikan cantik pun mulai berdatangan. Sekarang, Anda bisa bersnorkeling lagi di Pantai Bama indah.
Trekking dan Bird Watching
Bagi Anda yang tidak suka melakukan aktivitas di laut, Anda tidak usah khawatir. Anda masih bisa melakukan aktivitas menarik lainya di sekitar Pantai Bama. Di antaranya adalah trekking dan bird watching (pengamatan burung). Dari Pos Bama, terdapat beberapa jalur trekking dengan jarak dan panorama yang beragam, sesuai kemampuan dan keinginan Anda. Setidaknya ada dua jalur trekking dari Pos Bama, yaitu Jalur Bama - Kalitopo - Cemara dan Jalur Bama - Manting.
Trekking dan Bird Watching
Bagi Anda yang tidak suka melakukan aktivitas di laut, Anda tidak usah khawatir. Anda masih bisa melakukan aktivitas menarik lainya di sekitar Pantai Bama. Di antaranya adalah trekking dan bird watching (pengamatan burung). Dari Pos Bama, terdapat beberapa jalur trekking dengan jarak dan panorama yang beragam, sesuai kemampuan dan keinginan Anda. Setidaknya ada dua jalur trekking dari Pos Bama, yaitu Jalur Bama - Kalitopo - Cemara dan Jalur Bama - Manting.
Jalur trekking Bama - Kalitopo jaraknya sekitar 700 meter. Kalitopo merupakan sebuah kubangan air yang biasa menjadi tempat minum berbagai satwa liar seperti kijang, rusa, banteng, kerbau liar, dan babi hutan. Namun, berbagai satwa tersebut tidak selalu ada di Kalitopo. Apalagi di musim penghujan, di mana banyak kubangan air, di berbagai sudut Taman Nasional Baluran membuat hewan-hewan malas dating ke Kalitopo. Jika Anda sedang beruntung, mungkin Anda bisa melihat salah satu satwa tersebut. Pihak Taman Nasional Baluran sudah membuat jalur trekking yang cukup bagus menuju Kalitopo. Jalur trekking ini berupa jalan tanah yang dilapisi pasir putih di atasnya sehingga sangat nyaman untuk berjalan. Apalagi jalur ini berada di antara pepohonan rindang, yang akan melindungi Anda dari teriknya matahari.
Jika Anda masih mempunyai energi lebih, dari Kalitopo Anda bisa melanjutkan trekking ke Tanjung Cemara, yang jaraknya hanya sekitar 1 km. Anda akan berjalan menyusuri pantai untuk menuju Tanjung Cemara. Sesampainya di Pantai Tanjung Cemara, Anda bisa berenang ataupun duduk-duduk saja di pinggir pantai menikmati panorama pantai indah ditemani semilir angin.
Jalur trekking yang kedua adalah Bama - Manting yang panjangnya sekitar 700 meter. Berbeda dengan Jalur trekking Bama - Kalitopo, jalur trekking ini berupa jalan tanah tanpa lapisan pasir. Namun, jalur ini juga cukup rindang, karena dipayungi berbagai pepohonan tinggi. Jalur ini merupakan jalur yang tepat bagi penggemar aktivitas bird watching, karena di sepanjang jalur ini sangat banyak burung. Menurut petugas taman nasional, setidaknya terdapat 155 jenis burung di Taman Nasional Baluran, di antanya adalah burung yang sudah langka, yaitu : merak hijau (Pavo muticus), walet ekor jarum (Hirundapus caudutus), layang-layang api (Hirundo rustica), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus). Jadi, jangan lupa untuk membawa teropong (binokuler) agar bisa mengamati burung dengan leluasa.
Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi untuk menyaksikan panorama matahari terbit di Pantai Bama yang konon sangat indah. Sehabis menunaikan sholat Subuh, kami segera ke pantai untuk menunggu sunrise. Sayangnya saat itu cuaca sedang mendung, jadi kami tidak bisa melihat sunrise. Matahari baru memancarkan sinarnya, ketika posisinya sudah cukup tinggi di atas horizon. Gagal deh, misi melihat sunrise di Pantai Bama.
Karena tidak bisa melihat sunrise dan air laut juga masih cukup dingin untuk berenang, kami memilih untuk trekking ke Kalitopo dan Tanjung Cemara pagi itu. Di sepanjang jalan, kami bertemu dengan berbagai macam satwa liar penghuni Taman Nasional Baluran, di antaranya adalah monyet dan ayam hutan (Gallus gallus). Sayangnya kami tidak membawa teropong, sehingga tidak bisa mengamati dengan jelas tingkah lucu berbagai burung tersebut.
Kembali dari trekking, kami segera berenang di Pantai Bama yang saat itu sudah pasang. Pantai Bama pagi itu sangat sepi, tanpa ada pengunjung lain selain kami berdua. Kami pun bebas bisa berenang dan bermain-main di pantai. Air laut yang bening dan suasana pantai yang sepi membuat kami betah berlama-lama di Pantai Bama.
Atraksi Rusa dan Kupu-kupu
Puas berenang di Pantai Bama, kami segera mandi dan berkemas-kemas. Jam 10.00 pagi, kami harus check out dari penginapan, karena akan ada rombongan tamu yang dating dan menginap di Pesanggrahan Bama ini. Memang di musim liburan Pantai Bama banyak dikunjungi turis. Bila Anda ingin menginap di Taman Nasional Baluran, baik di Bekol ataupun Bama, sebaiknya Anda melakukan reservasi terlebih dahulu, beberapa hari sebelum kedatangan agar Anda bisa mendapatkan kamar.
Setelah mengembalikan kunci kamar kepada petugas taman nasional dan membayar biaya penginapan Rp 150.000,00, kami segera meninggalkan Pantai Bama. Namun, baru beberapa ratus meter kami berkendara, kami berhenti sejenak karena melihat sekelompok rusa yang sedang mencari makan di antara semak-semak dan pepohonan yang rimbun. Tanpa membuang waktu, saya pun langsung mengeluarkan kamera dan mengabadikan momen langka tersebut. Saya berjalan mengendap-endap agar bisa lebih dekat dengan rusa tersebut, untuk memotret mereka. Sayangnya rusa adalah binatang pemalu dan sensitif. Mendengar suara gaduh ataupun terkena sorot cahaya (lampu flash) mereka akan lari. Meski saya berjalan pelan dan mengendap-endap agar tidak mengeluarakan suara, mereka buru-buru lari begitu melihat kedatangan saya. Semakin saya dekati, mereka semakin menjauh bahkan lari menyeberang jalan menuju semak yang lebih rimbun. Untung saya masih bisa mendapatkan beberapa foto mereka walau dari kejauhan.
Jika Anda masih mempunyai energi lebih, dari Kalitopo Anda bisa melanjutkan trekking ke Tanjung Cemara, yang jaraknya hanya sekitar 1 km. Anda akan berjalan menyusuri pantai untuk menuju Tanjung Cemara. Sesampainya di Pantai Tanjung Cemara, Anda bisa berenang ataupun duduk-duduk saja di pinggir pantai menikmati panorama pantai indah ditemani semilir angin.
Jalur trekking yang kedua adalah Bama - Manting yang panjangnya sekitar 700 meter. Berbeda dengan Jalur trekking Bama - Kalitopo, jalur trekking ini berupa jalan tanah tanpa lapisan pasir. Namun, jalur ini juga cukup rindang, karena dipayungi berbagai pepohonan tinggi. Jalur ini merupakan jalur yang tepat bagi penggemar aktivitas bird watching, karena di sepanjang jalur ini sangat banyak burung. Menurut petugas taman nasional, setidaknya terdapat 155 jenis burung di Taman Nasional Baluran, di antanya adalah burung yang sudah langka, yaitu : merak hijau (Pavo muticus), walet ekor jarum (Hirundapus caudutus), layang-layang api (Hirundo rustica), rangkong (Buceros rhinoceros), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus). Jadi, jangan lupa untuk membawa teropong (binokuler) agar bisa mengamati burung dengan leluasa.
Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi untuk menyaksikan panorama matahari terbit di Pantai Bama yang konon sangat indah. Sehabis menunaikan sholat Subuh, kami segera ke pantai untuk menunggu sunrise. Sayangnya saat itu cuaca sedang mendung, jadi kami tidak bisa melihat sunrise. Matahari baru memancarkan sinarnya, ketika posisinya sudah cukup tinggi di atas horizon. Gagal deh, misi melihat sunrise di Pantai Bama.
Karena tidak bisa melihat sunrise dan air laut juga masih cukup dingin untuk berenang, kami memilih untuk trekking ke Kalitopo dan Tanjung Cemara pagi itu. Di sepanjang jalan, kami bertemu dengan berbagai macam satwa liar penghuni Taman Nasional Baluran, di antaranya adalah monyet dan ayam hutan (Gallus gallus). Sayangnya kami tidak membawa teropong, sehingga tidak bisa mengamati dengan jelas tingkah lucu berbagai burung tersebut.
Kembali dari trekking, kami segera berenang di Pantai Bama yang saat itu sudah pasang. Pantai Bama pagi itu sangat sepi, tanpa ada pengunjung lain selain kami berdua. Kami pun bebas bisa berenang dan bermain-main di pantai. Air laut yang bening dan suasana pantai yang sepi membuat kami betah berlama-lama di Pantai Bama.
Atraksi Rusa dan Kupu-kupu
Puas berenang di Pantai Bama, kami segera mandi dan berkemas-kemas. Jam 10.00 pagi, kami harus check out dari penginapan, karena akan ada rombongan tamu yang dating dan menginap di Pesanggrahan Bama ini. Memang di musim liburan Pantai Bama banyak dikunjungi turis. Bila Anda ingin menginap di Taman Nasional Baluran, baik di Bekol ataupun Bama, sebaiknya Anda melakukan reservasi terlebih dahulu, beberapa hari sebelum kedatangan agar Anda bisa mendapatkan kamar.
Setelah mengembalikan kunci kamar kepada petugas taman nasional dan membayar biaya penginapan Rp 150.000,00, kami segera meninggalkan Pantai Bama. Namun, baru beberapa ratus meter kami berkendara, kami berhenti sejenak karena melihat sekelompok rusa yang sedang mencari makan di antara semak-semak dan pepohonan yang rimbun. Tanpa membuang waktu, saya pun langsung mengeluarkan kamera dan mengabadikan momen langka tersebut. Saya berjalan mengendap-endap agar bisa lebih dekat dengan rusa tersebut, untuk memotret mereka. Sayangnya rusa adalah binatang pemalu dan sensitif. Mendengar suara gaduh ataupun terkena sorot cahaya (lampu flash) mereka akan lari. Meski saya berjalan pelan dan mengendap-endap agar tidak mengeluarakan suara, mereka buru-buru lari begitu melihat kedatangan saya. Semakin saya dekati, mereka semakin menjauh bahkan lari menyeberang jalan menuju semak yang lebih rimbun. Untung saya masih bisa mendapatkan beberapa foto mereka walau dari kejauhan.
Setelah rusa-rusa lucu tersebut menghilang di balik semak-semak, kami segera melanjutkan perjalanan keluar dari Taman Nasional Baluran. Sayangnya baru sekitar 1 km berkendara, kami hampir terjatuh gara-gara motor kami terjebak jalanan berlumpur. Motor kami sllp dan tidak mau jalan. Rupanya roda motor kami terjebak ke dalam lumpur yang dalam dan terbalut tanah basah yang licin. Kami pun harus membersihkan roda motor agar bisa jalan lagi. Sekuat tenaga, kami mendorong motor agar bisa keluar dari jalan tanah berlumpur. Sayangnya di sekitar kami tidak ada pohon yang rindang untuk berlindung dari teriknya matahari Taman Nasional Baluran. Dengan terpaksa, kami pun membersihkan roda motor di tengah suasana panas yang terik. Benar-benar menguras tenaga.
Untungnya motor kami bisa jalan kembali setelah rodanya terbebas dari balutan tanah. Kami segera menggeber motor untuk keluar Taman Nasional Baluran. Lagi-lagi perjalanan kami harus terhenti. Namun, kali ini bukan karena bencana. Kami berhenti karena melihat ratusan bahkan ribuan kupu-kupu cantik di tengah jalan. Mereka bergerombol dan beterbangan di tengah jalan, di antara Pos Bekol dan pintu masuk Batangan. Asyiknya lagi, mereka tidak takut dengan kehadiran manusai. Mereka tetap beterbangan di sekitar tempat itu saja, tidak terbang menjauh dari kami. Tentu saja saya segera berfoto bersama kupu-kupu cantik tersebut. Luar biasa! Baru kali ini saya menyaksikan kupu-kupu yang sangat banyak. Lebih-lebih di habitat aslinya, di alam terbuka. Di taman kupu-kupu saja, saya tidak bisa melihat kupu-kupu sebanyak ini.
Untungnya motor kami bisa jalan kembali setelah rodanya terbebas dari balutan tanah. Kami segera menggeber motor untuk keluar Taman Nasional Baluran. Lagi-lagi perjalanan kami harus terhenti. Namun, kali ini bukan karena bencana. Kami berhenti karena melihat ratusan bahkan ribuan kupu-kupu cantik di tengah jalan. Mereka bergerombol dan beterbangan di tengah jalan, di antara Pos Bekol dan pintu masuk Batangan. Asyiknya lagi, mereka tidak takut dengan kehadiran manusai. Mereka tetap beterbangan di sekitar tempat itu saja, tidak terbang menjauh dari kami. Tentu saja saya segera berfoto bersama kupu-kupu cantik tersebut. Luar biasa! Baru kali ini saya menyaksikan kupu-kupu yang sangat banyak. Lebih-lebih di habitat aslinya, di alam terbuka. Di taman kupu-kupu saja, saya tidak bisa melihat kupu-kupu sebanyak ini.
Ribuan kupu-kupu cantik di Taman Nasional Baluran seakan-akan mengucapkan selamat jalan bagi kami, karena kami akan segera meninggalkan Taman Nasional Baluran yang indah. Rasanya belum puas dua hari menjelajahi Taman Nasional Baluranm, salah satu taman nasional terindah di Indonesia. Namun, saya senang bisa menyaksikan sepenggal Afrika di Taman Nasional Baluran. Mungkin, suatu hari nanti saya kan kembali ke sana. Jadi, kapan Anda akan mengunjungi Taman Nasional Baluran? Sensasi Afrika menunggu Anda di sana.
Getting There
Untuk mengunjungi Taman Nasional Baluran Anda bisa membawa kendaraan pribadi ataupun naik kendaraan umum (bus). Bila Anda membawa kendaraan pribadi, dari Surabaya arahkan kendaraan Anda menuju Banyuwangi. Pintu masuk Taman Nasional Baluran (Batangan) berada di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 255 km dari Surabaya atau sekitar 5 jam berkendara.
Bila Anda naik kendaraan umum (bus), Anda bisa naik bus jurusan Banyuwangi/Denpasar dari Terminal Purabaya (Bungurasih), Surabaya, dan turun di depan pintu masuk Taman Nasional Baluran (Batangan).
Bila Anda datang dari Bali, Anda harus menyeberang dulu via ferry dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Dari Ketapang, Anda tinggal melanjutkan perjalanan ke arah Surabaya. Pintu masuk Taman Nasional Baluran di Batangan, jaraknya sekitar 27 km dari Ketapang atau sekitar 30 menit berkendara.
Tips Berkunjung ke Taman Nasional Baluran
Fax. : (0333) 463 864
E-mail : balurannationalpark@gmail.com
*Dimuat di Majalah GARUDA (Inflight Magazine) Edisi Agustus 2010.
Getting There
Untuk mengunjungi Taman Nasional Baluran Anda bisa membawa kendaraan pribadi ataupun naik kendaraan umum (bus). Bila Anda membawa kendaraan pribadi, dari Surabaya arahkan kendaraan Anda menuju Banyuwangi. Pintu masuk Taman Nasional Baluran (Batangan) berada di Desa Wonorejo, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 255 km dari Surabaya atau sekitar 5 jam berkendara.
Bila Anda naik kendaraan umum (bus), Anda bisa naik bus jurusan Banyuwangi/Denpasar dari Terminal Purabaya (Bungurasih), Surabaya, dan turun di depan pintu masuk Taman Nasional Baluran (Batangan).
Bila Anda datang dari Bali, Anda harus menyeberang dulu via ferry dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Dari Ketapang, Anda tinggal melanjutkan perjalanan ke arah Surabaya. Pintu masuk Taman Nasional Baluran di Batangan, jaraknya sekitar 27 km dari Ketapang atau sekitar 30 menit berkendara.
Tips Berkunjung ke Taman Nasional Baluran
- Anda bisa mengunjungi Taman Nasional Baluran kapanpun Anda mau, tetapi waktu terbaik untuk berkunjung ke Taman Nasional Baluran adalah pada saat musim kemarau (April - Oktober). Di musim kemarau, pemandangan di Taman Nasional Baluran sangat indah, di mana pohon-pohon mulai meranggas dan Savana Bekol berubah warna menjadi kuning kecoklatan, persis savana di Afrika.
- Bila Anda ingin mendaki Gunung Baluran, sebaiknya Anda juga datang pada Bulan April - Oktober. Untuk mendaki Gunung Baluran, sebaiknya Anda ditemani pemandu (ranger) dari Taman Nasional Baluran.
- Bila Anda ingin menginap di Taman Nasional Baluran, baik di Bekol ataupun di Bama, sebaiknya Anda melakukan reservasi kamar terlebih dahulu agar Anda kebagian kamar. Pada musim liburan (Juni-Juli), Taman Nasional Baluran biasanya ramai didatangi turis, baik turis lokal maupun turis asing. Anda bisa menghubungi petugas Taman Nasional Baluran melalui telepon, faximile atau email berikut ini :
Fax. : (0333) 463 864
E-mail : balurannationalpark@gmail.com
- Jangan lupa membawa lotion anti nyamuk (mosquito repellent), karena Anda akan berada di tengah hutan yang banyak nyamuk, terutama di Pos Bekol.
- Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Di Taman Nasional Baluran tersedia kantin/kafetaria sederhana tetapi kantin ini hanya buka bila sedang banyak pengunjung.
- Bila Anda penggemar aktivitas bird watching (pengamatan burung), jangan lupa untuk membawa teropong (binokuler) agar Anda bisa mengamati burung dengan leluasa.
- Listrik di Taman Nasional Baluran hanya dinyalakan pada pukul 18.00 - 22.00. Jadi jangan lupa untuk mengisi ulang (charge) baterai ponsel dan kamera Anda pada jam-jam tersebut.
- Sinyal telepon seluler hanya tersedia di Pintu Masuk Taman Nasional Baluran (Batangan) dan Pos Bekol. Di Pos Bama tidak ada sinyal telepon seluler apapun. (edyra)**
*Dimuat di Majalah GARUDA (Inflight Magazine) Edisi Agustus 2010.
Thanks udah mampir ke blogku.
ReplyDelete