Vihara Ratanavana Arama didirikan oleh Bhante Sudhammo di lahan seluas 6 hektar, di Desa Sendangcoyo, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Dari jalan raya utama (Jalur Pantura), di Kota Lasem, kita harus masuk sejauh 4 km untuk menuju vihara ini. Awalnya luas lahan vihara hanya 1 hektar. Namun, berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar. Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada pernah bersemedi di tempat itu.
Vihara Ratanavana Arama sangat menarik dan berbeda dengan vihara-vihara lainnya di Indonesia karena di vihara ini terdapat rangkaian Patung Sang Budha (Sidhartha Gautama), mulai dari saat kelahiran sampai menjadi Budha hingga wafat, yang terbagi menjadi lima situs patung. Untuk melihat berbagai bentuk Patung Sidharta Gautama, dari halaman utama vihara, kita harus mendaki sejumlah anak tangga karena patung-patung tersebut dibangun di atas tanah yang konturnya miring. Sebelum melihat Patung Sang Budha, jangan lupa untuk lapor dan mengisi buku tamu di sekretariat. Kita tidak perlu bayar untuk mengunjungi Vihara Ratanavana Arama, tetapi pengelola vihara akan menerima dengan senang hati bila kita memberikan donasi seikhlasnya.
Situs Pertama
Setelah mendaki beberapa anak tangga, kita akan sampai di situs pertama. Di situs ini terdapat taman yang asri, di mana terdapat Patung Sidharta Gautama lahir, Dewi Mahamaya (Ibunda Sidharta Gautama), gajah putih, ular naga raksasa sepanjang 25 meter, dan tujuh bunga teratai. Semua patung tersebut berwarna emas.
Situs Kedua
Sedikit naik dari situs pertama, kita akan tiba di situs kedua. Di situs ini terdapat Patung Sidharta Gautama setinggi tiga meter sedang duduk bersemedi di bawah pohon beringin. Badannya terlihat kurus kering (tulang rusuknya terlihat menonjol) dengan kedua tangannya diletakkan di depan perut. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama yang bersemedi selama enam tahun di Hutan Uruvela, India.
Situs ketiga
Selanjutnya di situs ketiga, terdapat Patung Sidharta Gautama berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan diangkat setingga dada, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta Gautama telah menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu : Sati (perhatian), Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan), Samadhi (pemusatan pikiran), dan Upekkha (keseimbangan batin). Di samping patung terdapat tembok yang bertuliskan beberapa ajaran utama Sidharta Gautama. Pahatan tulisan tersebut berbunyi “Jalan utama berunsur delapan : (1) Pengertian benar, (2) Pikiran benar, (3) Ucapan benar, (4) Perbuatan benar, (5) Mata pencaharian benar, (6)Daya upaya benar,(7) Perhatian benar, dan (8) Konsentrasi benar.”
Situs Keempat
Di situs berikutnya, terdapat Patung Sidharta Gautama duduk bersila di atas bunga teratai sedang menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya. Di situs ini juga terdapat patung seekor rusa. Situs ini menggambarkan Sidharta Gautama yang telah menjadi Budha Gautama. Untuk pertama kalinya, Sang Budha menyampaikan ajarannya kepada lima muridnya di Taman Rusa Isipatana, India.
Situs Kelima
Semakin ke atas, kita akan sampai di situs kelima, di mana terdapat Patung Budha Tidur. Patung sepanjang 14 meter tersebut berada di sebuah bangunan terbuka dengan atap yang mulai rusak. Sang Budha tidur dengan posisi tidur miring ke kanan dan tangan kanannya dilipat di depan wajahnya. Patung ini menggambarkan Sang Budha Gautama meninggal dunia dengan sempurna.
Miniatur Candi Borobudur (Candi Sudhammo Mahathera)
Selain kelima situs di atas, ada satu situs lainnya yang menjadi daya tarik Vihara Ratanavana Arama, yaitu Miniatur Candi Borobudur yang bernama Candi Sudhammo Mahathera. Situs ini letaknya agak terpisah dari kompleks vihara dan rangkaian Patung Budha Gautama, kira-kira 200 meter di sebelah utara kompleks vihara. Miniatur Candi Borobudur ini dinamakan Candi Sudhammo Mahathera karena di dalam bangunan candi ini terdapat makam Bhante Sudhammo, sang pendiri vihara. Konon, semasa hidupnya Bhante Sudhamo pernah bercita-cita membangun Miniatur Candi Borobudur, maka setelah meninggal dunia beliau dimakamkan di dalam miniatur bangunan tersebut.
Candi Sudhammo Mahathera dikelilingi pagar yang terbuat dari batu dengan relief berupa gambar Bhante Sudhammo. Di candi ini terdapat 49 buah stupa yang terdiri atas tiga lapis/susun, dengan perincian sebagai berikut : lapisan pertama (paling bawah) terdiri dari 24 stupa, lapisan kedua (tengah) terdiri dari 16 stupa, lapisan ketiga (atas) terdiri dari 8 stupa, dan di puncak terdapat sebuah stupa yang paling besar. Jadi sepintas, bangunan Candi Sudhammo Mahathera sangat mirip dengan Candi Borobudur. (edyra)***
Sumber : Koran Tempo, 28 Oktober 2007.
Informasi yang bagus. lengkapi dengan
ReplyDeleteaneka media pembelajaran kreatif untuk SMB
Isi artikelnya sangat bagus, tetapi sayang ada kesalahan penulisan.. harusnya di artikel ini ditulis "Buddha", bukan "Budha" karena Buddha dan Budha memiliki arti yang berbeda. Thanks
ReplyDeleteThanks atas koreksinya! Harap maklum kalau ada salah tulis karena saya bukan pemeluk Agama Buddha.
ReplyDeleteInformasi bagus, jika mau masuk vihara tersebut harus izin dulu ya, tidak terbuka untuk umum kan?
ReplyDelete