Nampang sejenak di Pelabuhan Sangkapura, Bawean
Bawean memang sebuah pulau kecil yang berada di antara Pulau Jawa dan Kalimantan, tepatnya sekitar 120 km atau 80 mil dari lepas pantai Gresik. Secara administratif, Bawean memang masuk dalam wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Pulau Bawean yang luasnya 196,27 km2 dengan diameter 12 kilometer ini dibagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sangkapura di sebelah selatan dan Kecamatan Tambak di sebelah utara. Dengan kendaraan bermotor, Anda bisa mengelilingi seluruh sudut Pulau Bawean dalam waktu satu hingga dua hingga jam karena panjang jalan sekeliling pulau hanya sekitar 70 km.
Pulau Bawean yang terletak di sebelah utara Grsik, di tengah Laut Jawa
Sampai saat ini, satu-satunya cara untuk mencapai Bawean adalah dengan naik Kapal Cepat Express Bahari 8B dari Pelabuhan Gresik. Kapal cepat ini akan membawa Anda ke Pelabuhan Sangkapura, Bawean dalam waktu 3 - 4 jam. Kapal cepat ini beroperasi seminggu 3 kali, dari Gresik berangkat setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu jam 09.00, sedangkan dari Bawean berangkat setiap Rabu, Jumat dan Senin setiap jam 09.00. Sebenarnya ada pilihan lain untuk mencapai Bawean, yaitu dengan naik perahu tongkang yang biasa mengangkut barang-barang (dan orang) ke Bawean. Namun, jadwal operasional perahu ini tidak menentu sehingga tidak bisa diandalkan. Selain itu, saat ini juga sedang dibangun sebuah bandara perintis di Bawean yang diharapkan selesai tahun 2014. Bila bandara tersebut sudah jadi, kita bisa mencapai Bawean dengan pesawat dari Bandara Juanda, Surabaya.
Pelabuhan Sangkapura, Bawean
Meski letaknya terpencil dan sering luput dari perhatian publik, Bawean adalah pulau yang menarik. Pulau kecil ini memiliki beragam tempat menarik yang tersebar di berbagai penjuru pulau, mulai dari danau, air terjun, sumber air panas, pantai berpasir putih, hingga pulau-pulau kecil yang bertebaran di sekitarnya. Selain itu, Bawean juga mempunyai hewan endemik yang terkenal sampai ke mancanegara dan sering menjadi objek penelitian, yaitu Rusa Bawean (Axis kuhlii).
Penasaran dengan Bawean, saya berkunjung ke sana bersama seorang teman di pertengahan Bulan Juli. Selama dua hari, saya menjelajah Bawean dengan sepeda motor yang saya sewa dari hotel temopat saya menginap. Saya mengelilingi Bawean dari Sangkapura sampai Tambak, dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam. Berikut tempat-tempat menarik di Bawean yang sempat saya datangi dalam kunjungan dua hari di Bawean.
Pulau Selayar yang bisa dicapai dengan berjalan kaki saat laut sedang surut
Pulau Selayar
Bawean dikelilingi pulau-pulau kecil nan indah di sekelilingnya. Salah satu pulau yang harus dikunjungi ketika berlibur di Bawean adalah Pulau Selayar yang letaknya tak begitu jauh dari Pelabuhan Sangkapura. Pulau Selayar yang biasa disebut “Lelajar” oleh Warga Bawean merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang masuk ke dalam wilayah Desa Sungai Rujing, Kecamatan Sangkapura. Pantai berpasir putih, laut biru jernih, dan suasana pulau yang alami. Itulah tiga hal yang ditawarkan Pulau Selayar. Di pulau yang berbentuk seperti bukit ini, Anda bisa bermain pasir, berenang atau bermain air sepuasnya tanpa ada gangguan karena pulau ini jarang dikunjungi orang. Untuk mencapai Pulau Selayar, Anda bisa menyewa perahu nelayan dari Pelabuhan Sangkapura atau Desa Sungai Rujing (desa terdekat dengan Pulau Selayar). Bila Anda beruntung, Anda bisa berjalan kaki menuju Pulau Selayar tanpa harus bersusah-susah naik perahu, tentunya pada saat air laut sedang surut, yang biasanya terjadi di sore hari. Karena saya datang di pagi hari, saya harus naik perahu untuk mencapai Pulau Selayar.
Air Panas Taubat yang dibiarkan alami
Air Panas Taubat
Masih di Desa Sungai Rujing, tak jauh dari Pulau Selayar, terdapat sumber air panas alami. Namanya Air Panas Taubat. Saya agak heran mengetahui ada sumber air panas di pulau sekecil Bawean, yang tak mempunyai gunung berapi ini. Biasanya, sumber air panas berada di dekat gunung berapi. Selain itu, letaknya juga tak begitu jauh dari pantai. Sayangnya sumber air panas ini dibiarkan begitu saja oleh pemerintah daerah atau penduduk desa setempat. Tak ada kolam atau pemandian yang menampung air panas tersebut. Jadi, pengunjung tidak bisa memanfaatkan air panas tersebut untuk mandi atau berendam. Padahal, konon kabarnya air panas tersebut berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Untuk menuju Air Panas Taubat, kita harus bertanya ke penduduk setempat karena tak ada rambu-rambu atau penunjuk arah yang menunjukkan jalan ke sana.
Pantai Mayangkara yang rusak terkena abras
Pantai Mayangkara
Seperti pulau-pulau kecil lainnya, Bawean juga memiliki beberapa pantai yang cukup indah. Salah satunya adalah Pantai Mayangkara yang terletak di Desa Kepuh Teluk, Kecamatan Tambak. Pantai berpasir kecoklatan ini letaknya, sekitar 500 meter dari Jalan Raya Sangkapura - Tambak. Ciri khusus Pantai Mayangkara adalah deretan pohon kelapa yang berjajar di sepanjang pantai, sehingga membuat suasana di sana indah dan asri. Sayangnya, kondisi Pantai Mayangkara sekarang cukup mengenaskan dengan abrasi parah di sepanjang pantainya. Selain itu, akses jalan menuju pantai masih berupa jalan tanah berbatu yang becek di musim hujan. Pemerintah daerah setempat sepertinya juga acuh tak acuh dengan Pantai Mayangkara. Padahal, dulunya pantai ini sangat indah dan ramai didatangi pengunjung di akhir pekan atau di hari libur. Pantai Mayangkara mempunyai nilai historis tinggi karena pantai ini merupakan tempat mendarat pertama istri Sunan Giri yang bernama Siti Zaenab, ketika menginjakkkan kaki pertama kalinya di Pulau Bawean. Kini, Pantai Mayangkara sangat sepi dan tak terurus. Bila abrasi di Pantai Mayangkara tidak segera ditangani, saya yakin dalam hitungan hari pantai ini akan lenyap dan hilanglah salah satu objek wisata andalan Bawean.
Danau Kastoba
Meski kecil, Bawean memiliki sebuah danau yang indah, yaitu Danau Kastoba. Danau Kastoba tidak kalah menarik dengan Danau Toba yang sudah tersohor di Sumatera Utara itu. Bedanya, Danau Toba sudah dipoles, sedangkan Danau Kastoba masih alami seperti gadis yang masih perawan. Danau Kastoba terletak di Desa Peromaan, Kecamatan Tambak. Nama danau ini diambil dari nama pohon kastuba (Euphorbia pulcherrima) yang dulu banyak tumbuh di sekitar danau.
Danau Kastoba yang tenang dan indah
Diperlukan stamina prima untuk bisa mencapai Danau Kastoba, karena kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang mendaki sekitar 1,5 km dari Desa Peromaan. Jalan setapak di dalam hutan yang masih lebat itu sangat terjal dengan bebatuan dan pepohonan rindang di kanan kirinya. Namun, perjuangan mencapai Danau Kastoba akan terbayar lunas begitu kita sampai di tepi danau. Panorama di sekitar Danau Kastoba sangat indah, dengan pepohonan hijau nan lebat di sekeliling danau. Air danau yang jernih bebas dari sampah dan pencemaran, membuat siapa pun yang datang ingin menceburkan diri ke dalamnya. Air di Danau Kastoba tidak pernah habis meski di musim kemarau. Berdasarkan penelitian dari perguruan tinggi ITS Surabaya, kedalaman Danau Kastoba di tengah mencapai 40 meter. Menurut kepercayaan warga setempat, mandi di jernihnya air Danau Kastoba bisa membuat kita tetap awet muda. Saya tak tahu kebenaran mitos tersebut. Sayangnya, pengunjung yang datang ke Danau Kastoba hanya bisa menikmati keindahan danau dari sisi sebelah tenggara danau karena danau yang memiliki keliling sekitar 2 km itu masih lebat dengan pepohonan dan rumput di sekelilingnya. Jadi, pengunjung tidak bisa mengelilingi danau.
Jembatan Gili Barat yang menghubungkan Pulau Gili Barat dengan Pulau Bawean
Pulau Gili Barat
Ada satu lagi pulau di dekat Bawean yang bisa dikunjungi tanpa harus naik perahu/sampan, yaitu Pulau Gili Barat. Pulau imut ini terletak di Desa Dekatagung, Kecamatan Sangkapura. Sebenarnya Gili Barat adalah pulau kecil biasa. Yang membuatnya menarik dan membuat orang penasaran adalah jembatan yang menghubungkan Gili Barat dengan daratan utama Pulau Bawean. Jembatan sepanjang 1 km tersebut, terbuat dari tumpukan batu karang dan anyaman bambu. Uniknya lagi, jembatan hasil swadaya masyarakat tersebut sangat sempit dan hanya ditujukan untuk pejalan kaki. Sepeda motor (walaupun milik Warga Gili Barat) tidak diperbolehkan melewati jembatan ini karena dikhawatirkan dapat merusak jembatan. Jadi, siapa saja yang akan berkunjung ke Gili Barat harus memarkir kendaraannya di dekat jembatan, di Desa Dekatagung, Pulau Bawean.
Penangkaran Rusa Bawean
Seperti kita ketahui, Bawean memiliki hewan endemik yang tak dijumpai di belahan dunia mana pun, yaitu Rusa Bawean (Axis kuhlii).Hewan ini memiliki ciri tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa Bawean mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain tubuhnya yang mungil, ciri khas lainnya adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Tubuh yang mungil ini menjadikan Rusa Bawean lincah dan menjadi pelari yang ulung.
Rusa Bawean di Penangkaran Rusa Bawean, di Desa Pudakit Barat
Di Bawean terdapat Penangkaran Rusa Bawean yang dikelola oleh masyarakat setempat. Penangkaran rusa ini terletak di Desa Pudakit Barat, Kecamatan Sangkapura. Jaraknya sekitar 6 km dari Pelabuhan Sangkapura. Lokasi ini sering dikunjungi para turis dari berbagai negara baik untuk sekadar berwisata maupun untuk melakukan penelitian. Dengan membayar tiket masuk Rp 3.000,00, kita bisa melihat Rusa Bawean bahkan bercengkerama dengannya. Sayangnya, tak ada penunjuk arah untuk menuju tempat ini. Jadi, mau tak mau kita harus bertanya kepada penduduk setempat agar bisa sampai di lokasi Penangkaran Rusa Bawean tersebut.
Sebenarnya masih banyak tempat-tempat menarik di Bawean yang layak dikunjungi. Mulai dari Pantai Sukaoneng, Tanjung Gaang, Pulau Gili Timur, Pulau Noko hingga sejumlah air terjun menawan. Sayangnya, karena keterbatasan waktu saya belum sempat menyambangi tempat-tempat tersebut. Mungkin, suatu hari nanti, bila saya diberi kesempatan untuk menengok Bawean lagi, saya akan mengunjungi tempat-tempat tersebut. (edyra)***