Tuesday, 7 January 2014

MENELUSURI JEJAK R. A. KARTINI DI REMBANG



Rembang adalah salah satu kota di pesisir utara Jawa Tengah yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Pahlawan Pejuang Emansipasi Wanita, Raden Ajeng Kartini. Tak heran bila kota ini sangat kental dengan nama Kartini, mulai dari Sekolah Kartini, Balai Kartini hingga Pantai Kartini. Untuk lebih mengenal sosok R. A. Kartini, mari kita jalan-jalan ke Rembang. Banyak hal menarik yang bisa kita lihat di kota bersejarah ini, mulai dari yang berhubungan dengan R. A. Kartini seperti museum dan makamnya, sampai panorama alam yang indah seperti pantai berpasir putih dan pulau kecil tak berpenghuni. 

Tambak Garam Kaliori
Bila kita datang ke Rembang dari arah barat (Pati, Semarang, Jakarta), wilayah Kabupaten Rembang yang pertama kali kita masuki adalah Kaliori karena kota kecamatan ini terletak di ujung barat Kabupaten Rembang. Ada yang menarik di daerah Kaliori. Tak lain adalah tambak garam yang cukup luas. Seperti kita ketahui, Rembang merupakan salah satu daerah penghasil garam di Indonesia. Di Kaliori inilah tambak-tambak garam tersebut berada. Di Kecamatan Kaliori terdapat tambak garam yang cukup luas, dengan total area tambak mencapai 771,44 hektar. Letaknya di pinggir Jalur Pantura, sehingga bisa kita lihat dengan mudah. Kita bisa menyaksikan hamparan tambak garam yang luas, puluhan kincir angin, dan aktivitas para petani garam bila kita datang di musim kemarau. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya hamparan garam berwarna putih yang menyilaukan mata. Jangan lupa membawa kaca mata hitam agar bisa menyaksikan panorama indah tersebut tanpa harus memicingkan mata karena silau. Namun, perlu diingat, tambak garam hanya bisa kita saksikan di musim kemarau karena di musim hujan tambak garam berubah menjadi tambak bandeng dan udang.

Pantai Dampo Awang (Pantai Kartini)
Memasuki Kota Rembang, kita bisa singgah sejenak di Pantai Dampo Awang. Dulunya, pantai ini bernama Pantai Kartini. Namun, sekarang namanya diubah menjadi Pantai Dampo Awang untuk membedakannya dengan Pantai Kartini yang ada di Jepara. Nama Dampo Awang diambil dari jangkar besar yang konon berasal kapal saudagar Cina yang bernama Dampo Awang (Laksamana Cheng Ho). Walaupun begitu, sampai saat ini Warga Rembang dan sekitarnya masyarakat tetap menyebutnya Pantai Kartini karena sudah terbiasa dengan nama ini dan sekaligus untuk menghormati pahlawan kebanggan mereka, R. A. Kartini.
 

Pantai Dampo Awang berada di pinggir Jalur Pantura, tepatnya di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang. Sangat mudah mencapai pantai ini karena letaknya yang tak jauh dari pusat kota, hanya sekitar 500 meter di sebelah barat alun-alun Kota Rembang. Konon, Pantai Dampo Awang merupakan pantai favorit R. A. Kartini untuk menghabiskan liburan bersama suaminya. Dinamakan Pantai Saat ini Pantai Dampo Awang dilengkapi dengan perahu wisata, kolam renang, kolam buaya, panggung hiburan, taman bermain anak-anak dan beberapa gazebo (bale-bale) yang menjorok ke tengah laut. Ada juga kios cendera mata dan sarana permainan air banana boat. Penjual makanan dan minuman ringan juga mudah kita jumpai di sana.

Ada tradisi unik yang dilakukan Warga Rembang di Pantai Dampo Awang, yaitu Lomban (Syawalan). Setiap tahun, tepatnya  pada hari ke-5 setelah Hari Raya Idul Fitri, dilakukan acara Lomban di pantai ini. Lomban merupakan upacara sedekah laut yang dilakukan oleh para nelayan di Rembang sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan melindungi mereka dari segala mara bahaya saat melaut dan telah memberi hasil tangkapan ikan yang banyak. Selasin itu, mereka juga berdoa agar diberi keselamatan setahun ke depan untuk meminta hasil tangkapan ikan yang lebih banyak. Acara ini dimeriahkan dengan pesta rakyat, pentas seni dan semacam pasar kaget yang menjual berbagai makanan dan kerajinan tangan khas Rembang. Sejak pagi hingga malam, suasana Pantai Dampo Awang sangat meriah oleh kehadiran para pedagang maupun pengunjung yang ingin menyaksikan acara Lomban. Jalan raya di depan Pantai Dampo Awang, yang merupakan jalur pantura yang sibuk, biasanya macet total, sehingga arus kendaraan dari dank menuju Kota Rembangjuga dialihkan.

Pulau Gede
Mungkin tak banyak yang tahu kalau di lepas pantai Rembang terdapat dua pulau kecil tak berpenghuni yang cukup indah. Namanya Pulau Gede dan Pulau Marongan. Dua pulau ini berada tak jauh dari Pantai Kartini, tepatnya di Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori. Sayangnya, saat ini Pulau Marongan telah menghilang/tenggelam akibat naiknya permukaan laut dan abrasi hebat yang terjadi selam bertahun-tahun. Jadi, saat ini hanya tinggal Pulau Gede yang masih ada.



Kontras dengan  namanya, Pulau Gede ternyata sangat mungil. Luasnya hanya sekitar 1 hektar. Untuk mengililingi Pulau Gede, kita hanya butuh waktu sekitar 10 menit jalan kaki. Dulunya pulau ini juga cukup luas. Namun, karena abrasi hebat dan naiknya permukaan laut akibat pemanasan global luas Pulau Gede juga makin menyusut. Bukan tak mungkin, Pulau Gede akan bernasib sama seperti pulau tetangganya (Pulau Marongan), bila Pemerintah Daerah Rembang tak mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan pulau ini.

Keistimewaan Pulau Gede adalah pantainya yang berpasir putih dan panorama bawah lautnya yang indah, dua hal yang cukup sulit kita temukan di Pulau Jawa. Bagi penggemar pantai dan snorkeling, Pulau Gede merupakan tempat yang tepat. Kita bisa berenang, bermain pasir atau bermalas-malasan di pinggir pantainya yang sepi tanpa takut terganggu pengunjung lain. Kita juga  bisa snorkeling untuk melihat beragam ikan cantik dan berapa jenis terumbu karang. Asyiknya lagi, sangat mudah mencapai Pulau Gede dari Rembang. Kita bisa menyewa perahu nelayan dari Pantai Dampo Awang atau dari Pantai Desa Tasikharjo. Dalam waktu 30 menit, kita sudah bisa menginjakkan kaki di pasir putih Pulau Gede dan bersenang-senang di sana.

Museum Kamar Pengabadian R.A. Kartini
Untuk lebih mengenal sosok R. A. Kartini, ada baiknya kita singgah sejenak di Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini. Museum ini juga berada di pusat Kota Rembang, tak jauh dari Pantai Dampo Awang. Museum ini menempati sebagian ruangan Rumah Dinas Bupati Kepala Daerah Tingkat II Rembang. Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini buka dari Hari Selasa sampai Minggu (Senin tutup), dari jam 08.00 sampai jam 17.00. dengan membayar retribusi sebesar Rp 3.000,00 kita sudah bisa memasuki museum ini. 


Di Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini kita bisa melihatbenda-benda asli peninggalan R. A. Kartini, mulai dari ranjang, meja rias, peralatan makan hingga tulisan asli R. A. Kartini. ada juga lukisan R.A. Kartini dari putra satu-satunya yakni R. M. Susalit dan kamar pengabadiannya di mana kamar tersebut sebagai tempat untuk memperjuangkan emansipasi wanita hingga beliau diberi gelar Pahlawan Wanita.

Makam R.A Kartini
R. A. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 dan dimakamkan di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Letaknya sekitar 17,5 km ke arah selatan Kota Rembang. Selain makam R. A. Kartini, di lokasi pemakaman keluarga tersebut juga terdapat makam suami dan putra satu-satunya R.A. Kartini serta makam Keluarga Bupati Rembang pada masa kepemimpinan R. M. A. A. Djojo Adiningrat.

Makam R. A. Kartini ramai didatangi para peziarah dari berbagai penjuru di Indonesia, terutama setiap tanggal 21 April, hari lahirnya R. A. Kartini yang diperingati secara nasional sebagi Hari Kartini. Bila sedang berkunjung ke Rembang, tak ada salahnya kita berziarah ke makam R. A. Kartini, sebagai rasa hormat kita kepada salah satu pahlawan yang berjasa bagi kaum wanita di Indonesia. 

Oleh-oleh Khas Rembang
Berkunjung ke Rembang, kita tak perlu bingung memikirkan oleh-oleh karena kota ini menawarkan beragam makanan dan minuman khas yang layak untuk menjadi buah tangan. Di antaranya adalah buah siwalan/lontar (Borassus flabellifer), aneka kerupuk ikan, terasi, dan yang tiada duanya adalah jus serta sirup kawista. Kawista/kawis (Limonia acidissima) merupakan buah khas Rembang berbentuk bulat dengan kulit keras dan daging buah berwarna coklat kehitaman serta aroma yang menusuk hidung. Buah yang berasal dari India selatan ini biasa hidup di daerah dengan curah hujan rendah (lahan kering) seperti Rembang yang berada di pinggir pantai. Kawista bisa dimakan langsung kalau sudah benar-benar matang. Karena rasa buah Kawista yang agak tawar (kurang manis) mirip minuman cola, buah ini sering dijuluki Cola Jawa (Java Cola). Warga Rembang mempunyai cara tersendiri untuk menikmati buah kawista, yaitu dengan mengolahnya menjadi jus atau sirup yang nikmat. Jus dan sirup kawista inilah yang kemudian menjadi salah satu oleh-oleh khas Rembang yang diminati banyak wisatawan.


Di Rembang ada beberapa tempat yang menjual oleh-oleh khas Rembang, termasuk jus dan sirup kawista. Yang paling terkenal adalah Toko Sirup Kawista "Dewa Burung" yang berada di Jalan Diponegoro No. 45, Rembang, tak jauh dari Pantai Dampo Awang. Di toko ini kita bisa membeli aneka macam oleh-oleh khas Rembang dengan kualitas yang bagus. (Edyra)*** 

Thursday, 2 January 2014

AIR TERJUN TESBATAN, OASE TERSEMBUNYI DI PULAU TIMOR




Di balik alamnya yang gersang dan panas, Pulau Timor di Provinsi NTT, menyimpan keindahan alam yang mempesona. Mulai dari pantai, gua hingga air terjun. Salah satu air terjun cantik di Pulau Timor yang menarik perhatian saya adalah Air Terjun Tesbatan.

Sayangnya, tidak banyak informasi mengenai Air Terjun Tesbatan. Bertanya ke teman-teman yang asli Kupang, kebanyakan juga tidak tahu. Informasi yang ada hanya dari internet, itu pun tidak banyak. Paling hanya memberitahukan bahwa Air Terjun Tesbatan berada di Desa Tesbatan, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang tanpa memberitahukan rute jalan menuju air terjun tersebut.

Berbekal informasi yang minim tersebut, di hari Sabtu yang lumayan cerah, di penghujung Bulan Desember, saya mengunjungi Air Terjun Tesbatan seorang diri. Saya mengendarai sepeda motor kesayangan, Bonito. Dari Kota Kupang, saya mengambil jalan ke arah Soe/Kefamenanu melalui Jalan Timor Raya. Selanjutnya, di pertigaan/Pasar Oesao, belok kanan ke arah Oekabiti.

Saya harus bertanya beberapa kali ke penduduk setempat arah jalan menuju Desa Tesbatan, karena tidak ada satu pun rambu-rambu/penunjuk arah ke Desa/Air Terjun Tesbatan. Penunjuk arah hanya saya temui di pertigaan Desa Tesbatan, di mana terdapat Tugu Tesbatan, sekitar 2.5 km menjelang Air Terjun Tesbatan. Itu pun sangat kecil dan tidak terlalu kelihatan. Di penunjuk arah tersebut, ditulis Air Terjun 2 km, namun kenyataannya 2,5 km.

 Tugu Tesbatan di pertigaan Desa Tesbatan

Jalan menuju Air Terjun Tesbatan sebagian besar sudah bagus. Namun, sekitar 400 meter menuju tempat parkir, jalan berubah menjadi jalan tanah berbatu tanpa aspal. Selanjutnya, dari tempat parkir, saya harus berjalan kaki sekitar 150 meter menyusuri jalan setapak hingga tiba di Air Terjun Tesbatan.

Tempat parkir Air Terjun Tesbatan yang berada di bawah naungan pohon bambu

Air Terjun Tesbatan berada di tengah hutan, di Desa Tesbatan. Saat saya tiba di sana, suasana benar-benar sepi, tak ada pengunjung lain satu pun. Sebenarnya, rada ngeri juga berada di tengah hutan sendirian. Apa lagi saat itu cuaca sedang mendung, jadi rada-rada gelap. Namun, segala rasa takut dan khawatir saya hilang begitu melihat Air Terjun Tesbatan yang sangat cantik.
 
 Jalan setapak menuju Air Terjun Tesbatan

Air Terjun Tesbatan tidak seperti air terjun kebanyakan, yang berada di tebing yang tinggi. Air terjun Tesbatan merupakan air terjun bertingkat (cascading) yang terdiri dari tiga tingkat di sebuah sungai. Yang paling mudah didatangi/dilihat dari dekat adalah air terjun paling atas karena posisinya tepat di pinggir jalan setapak. Di bawah air terjun ini terdapat kolam hijau kebiruan yang sangat menggoda. Namun, air terjun ini kecil dan tak begitu tinggi.

 
Air Terjun Tesbatan yang paling atas

Air terjun ketiga (paling bawah) lumayan tinggi, sekitar 3 meter tapi sulit untuk mencapainya karena letaknya di sungai yang dalam. Air terjun yang paling indah, sekaligus paling tinggi dan paling lebar adalah air terjun kedua (tengah).Tingginya sekitar 5 meter dan di bawahnya terdapat kolam yang dangkal. Kita bisa mandi dan bermain air dengan leluasa di air terjun kedua ini. Namun, akses jalan menuju air terjun ini sangat sulit. Saya harus menuruni jalan setapak di pinggir sungai yang sangat terjal, dengan kemiringan hampir 90 derajat. Saya menuruni jalan tersebut dengan sangat hati-hati sambil berpegangan pada akar-akar pepohonan.


Air Terjun Tesbatan yang menakjubkan

Untunglah saya bisa tiba dengan selamat di depan Air Terjun Tesbatan. Segera saja saya abadikan keindahan air terjun tersebut dari berbagai sudut. Cuaca yang mendung sangat mendukung, sehingga saya bisa mendapat foto-foto Air Terjun Tesbatan yang menawan.

Sebenarnya saya ingin mandi dan bermain air di Air Terjun Tesbatan. Namun, berhubung saya sendirian dan mendung semakin gelap saya membatalkan niat tersebut. Saya sudah cukup puas mengabadikan keindahan Air Terjun Tesbatan dengan kamera kesayangan saya. Mungkin suatu hari nanti, saya akan kembali mengunjungi Air Terjun Tesbatan bersama teman-teman agar bisa bermain air sepuasnya di sana. (edyra)***