MENELUSURI JEJAK R. A. KARTINI DI REMBANG
Posted in
Labels:
Central Java
|
at
17:32
Rembang adalah salah satu kota di pesisir utara
Jawa Tengah yang merupakan tempat peristirahatan terakhir Pahlawan Pejuang
Emansipasi Wanita, Raden Ajeng Kartini. Tak heran bila kota ini sangat kental dengan
nama Kartini, mulai dari Sekolah Kartini, Balai Kartini hingga Pantai Kartini.
Untuk lebih mengenal sosok R. A. Kartini, mari kita jalan-jalan ke Rembang.
Banyak hal menarik yang bisa kita lihat di kota bersejarah ini, mulai dari yang
berhubungan dengan R. A. Kartini seperti museum dan makamnya, sampai panorama
alam yang indah seperti pantai berpasir putih dan pulau kecil tak
berpenghuni.
Tambak Garam Kaliori
Bila kita datang ke
Rembang dari arah barat (Pati, Semarang, Jakarta), wilayah Kabupaten Rembang
yang pertama kali kita masuki adalah Kaliori karena kota kecamatan ini terletak
di ujung barat Kabupaten Rembang. Ada yang menarik di daerah Kaliori. Tak lain adalah
tambak garam yang cukup luas. Seperti kita ketahui, Rembang merupakan salah
satu daerah penghasil garam di Indonesia. Di Kaliori inilah tambak-tambak garam
tersebut berada. Di Kecamatan Kaliori terdapat tambak garam yang cukup luas,
dengan total area tambak mencapai 771,44 hektar.
Letaknya di pinggir Jalur Pantura, sehingga bisa kita lihat dengan mudah. Kita
bisa menyaksikan hamparan tambak garam yang luas, puluhan kincir angin, dan
aktivitas para petani garam bila kita datang di musim kemarau. Sejauh mata
memandang yang terlihat hanya hamparan garam berwarna putih yang menyilaukan
mata. Jangan lupa membawa kaca mata hitam agar bisa menyaksikan panorama indah
tersebut tanpa harus memicingkan mata karena silau. Namun, perlu diingat,
tambak garam hanya bisa kita saksikan di musim kemarau karena di musim hujan
tambak garam berubah menjadi tambak bandeng dan udang.
Pantai Dampo Awang (Pantai Kartini)
Memasuki Kota Rembang, kita bisa singgah sejenak di
Pantai Dampo Awang. Dulunya, pantai ini bernama Pantai Kartini. Namun, sekarang
namanya diubah menjadi Pantai Dampo Awang untuk membedakannya dengan Pantai
Kartini yang ada di Jepara. Nama Dampo Awang diambil dari jangkar besar yang
konon berasal kapal saudagar Cina yang bernama Dampo Awang (Laksamana Cheng Ho).
Walaupun begitu, sampai saat ini Warga Rembang dan sekitarnya masyarakat tetap
menyebutnya Pantai Kartini karena sudah terbiasa dengan nama ini dan sekaligus
untuk menghormati pahlawan kebanggan mereka, R. A. Kartini.
Pantai Dampo Awang berada di pinggir Jalur Pantura,
tepatnya di Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang. Sangat mudah mencapai pantai
ini karena letaknya yang tak jauh dari pusat kota, hanya sekitar 500 meter di
sebelah barat alun-alun Kota Rembang. Konon, Pantai Dampo Awang merupakan pantai
favorit R. A. Kartini untuk menghabiskan liburan bersama suaminya. Dinamakan
Pantai Saat ini Pantai Dampo Awang dilengkapi dengan perahu wisata, kolam
renang, kolam buaya, panggung hiburan, taman bermain anak-anak dan beberapa
gazebo (bale-bale) yang menjorok ke tengah laut. Ada juga kios cendera mata dan
sarana permainan air banana boat. Penjual
makanan dan minuman ringan juga mudah kita jumpai di sana.
Ada tradisi unik yang dilakukan Warga Rembang di
Pantai Dampo Awang, yaitu Lomban (Syawalan). Setiap tahun, tepatnya pada hari ke-5 setelah Hari Raya Idul Fitri,
dilakukan acara Lomban di pantai ini. Lomban merupakan upacara sedekah laut
yang dilakukan oleh para nelayan di Rembang sebagai wujud rasa syukur kepada
Sang Pencipta yang telah memberikan melindungi mereka dari segala mara bahaya
saat melaut dan telah memberi hasil tangkapan ikan yang banyak. Selasin itu,
mereka juga berdoa agar diberi keselamatan setahun ke depan untuk meminta hasil
tangkapan ikan yang lebih banyak. Acara ini dimeriahkan dengan pesta rakyat,
pentas seni dan semacam pasar kaget yang menjual berbagai makanan dan kerajinan
tangan khas Rembang. Sejak pagi hingga malam, suasana Pantai Dampo Awang sangat
meriah oleh kehadiran para pedagang maupun pengunjung yang ingin menyaksikan acara
Lomban. Jalan raya di depan Pantai Dampo Awang, yang merupakan jalur pantura
yang sibuk, biasanya macet total, sehingga arus kendaraan dari dank menuju Kota
Rembangjuga dialihkan.
Pulau
Gede
Mungkin tak banyak yang tahu kalau di lepas pantai Rembang
terdapat dua pulau kecil tak berpenghuni yang cukup indah. Namanya Pulau Gede
dan Pulau Marongan. Dua pulau ini berada tak jauh dari Pantai Kartini, tepatnya
di Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori. Sayangnya, saat ini Pulau
Marongan telah menghilang/tenggelam akibat naiknya permukaan laut dan abrasi
hebat yang terjadi selam bertahun-tahun. Jadi, saat ini hanya tinggal Pulau
Gede yang masih ada.
Kontras dengan namanya, Pulau Gede ternyata sangat mungil.
Luasnya hanya sekitar 1 hektar. Untuk mengililingi Pulau Gede, kita hanya butuh
waktu sekitar 10 menit jalan kaki. Dulunya pulau ini juga cukup luas. Namun,
karena abrasi hebat dan naiknya permukaan laut akibat pemanasan global luas
Pulau Gede juga makin menyusut. Bukan tak mungkin, Pulau Gede akan bernasib sama
seperti pulau tetangganya (Pulau Marongan), bila Pemerintah Daerah Rembang tak
mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan pulau ini.
Keistimewaan Pulau Gede adalah pantainya yang
berpasir putih dan panorama bawah lautnya yang indah, dua hal yang cukup sulit
kita temukan di Pulau Jawa. Bagi penggemar pantai dan snorkeling, Pulau Gede merupakan tempat yang tepat. Kita bisa
berenang, bermain pasir atau bermalas-malasan di pinggir pantainya yang sepi
tanpa takut terganggu pengunjung lain. Kita juga bisa snorkeling
untuk melihat beragam ikan cantik dan berapa jenis terumbu karang. Asyiknya
lagi, sangat mudah mencapai Pulau Gede dari Rembang. Kita bisa menyewa perahu
nelayan dari Pantai Dampo Awang atau dari Pantai Desa Tasikharjo. Dalam waktu
30 menit, kita sudah bisa menginjakkan kaki di pasir putih Pulau Gede dan
bersenang-senang di sana.
Museum
Kamar Pengabadian R.A. Kartini
Untuk lebih mengenal sosok R. A. Kartini, ada
baiknya kita singgah sejenak di Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini. Museum
ini juga berada di pusat Kota Rembang, tak jauh dari Pantai Dampo Awang. Museum
ini menempati sebagian ruangan Rumah Dinas Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Rembang. Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini buka dari Hari Selasa sampai
Minggu (Senin tutup), dari jam 08.00 sampai jam 17.00. dengan membayar
retribusi sebesar Rp 3.000,00 kita sudah bisa memasuki museum ini.
Di Museum Kamar Pengabadian R. A. Kartini kita bisa
melihatbenda-benda asli peninggalan R. A. Kartini, mulai dari ranjang, meja
rias, peralatan makan hingga tulisan asli R. A. Kartini. ada juga lukisan R.A.
Kartini dari putra satu-satunya yakni R. M. Susalit dan kamar pengabadiannya di
mana kamar tersebut sebagai tempat untuk memperjuangkan emansipasi wanita hingga
beliau diberi gelar Pahlawan Wanita.
Makam R.A Kartini
R. A. Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904
dan dimakamkan di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Letaknya
sekitar 17,5 km ke arah selatan Kota Rembang. Selain makam R. A. Kartini, di
lokasi pemakaman keluarga tersebut juga terdapat makam suami dan putra
satu-satunya R.A. Kartini serta makam Keluarga Bupati Rembang pada masa kepemimpinan
R. M. A. A. Djojo Adiningrat.
Makam R. A. Kartini ramai didatangi para peziarah
dari berbagai penjuru di Indonesia, terutama setiap tanggal 21 April, hari
lahirnya R. A. Kartini yang diperingati secara nasional sebagi Hari Kartini.
Bila sedang berkunjung ke Rembang, tak ada salahnya kita berziarah ke makam R.
A. Kartini, sebagai rasa hormat kita kepada salah satu pahlawan yang berjasa
bagi kaum wanita di Indonesia.
Oleh-oleh Khas Rembang
Berkunjung ke Rembang, kita tak perlu bingung
memikirkan oleh-oleh karena kota ini menawarkan beragam makanan dan minuman
khas yang layak untuk menjadi buah tangan. Di antaranya adalah buah
siwalan/lontar (Borassus flabellifer),
aneka kerupuk ikan, terasi, dan yang tiada duanya adalah jus serta sirup kawista.
Kawista/kawis (Limonia acidissima) merupakan
buah khas Rembang berbentuk bulat dengan kulit keras dan daging buah berwarna
coklat kehitaman serta aroma yang menusuk hidung. Buah yang berasal dari India
selatan ini biasa hidup di daerah dengan curah hujan rendah (lahan kering)
seperti Rembang yang berada di pinggir pantai. Kawista bisa dimakan langsung kalau
sudah benar-benar matang. Karena rasa buah Kawista yang agak tawar (kurang
manis) mirip minuman cola, buah ini
sering dijuluki Cola Jawa (Java Cola).
Warga Rembang mempunyai cara tersendiri untuk menikmati buah kawista, yaitu
dengan mengolahnya menjadi jus atau sirup yang nikmat. Jus dan sirup kawista
inilah yang kemudian menjadi salah satu oleh-oleh khas Rembang yang diminati banyak
wisatawan.
Di Rembang ada beberapa tempat yang menjual
oleh-oleh khas Rembang, termasuk jus dan sirup kawista. Yang paling terkenal adalah
Toko Sirup Kawista "Dewa Burung" yang berada di Jalan Diponegoro No. 45, Rembang, tak jauh dari Pantai Dampo Awang. Di toko ini kita
bisa membeli aneka macam oleh-oleh khas Rembang dengan kualitas yang bagus.
(Edyra)***
AIR TERJUN TESBATAN, OASE TERSEMBUNYI DI PULAU TIMOR
Posted in
Labels:
Kupang & Surrounding
|
at
17:27
Di balik alamnya yang gersang dan panas, Pulau
Timor di Provinsi NTT, menyimpan keindahan alam yang mempesona. Mulai dari
pantai, gua hingga air terjun. Salah satu air terjun cantik di Pulau Timor yang
menarik perhatian saya adalah Air Terjun Tesbatan.
Sayangnya, tidak banyak informasi mengenai Air
Terjun Tesbatan. Bertanya ke teman-teman yang asli Kupang, kebanyakan juga
tidak tahu. Informasi yang ada hanya dari internet, itu pun tidak banyak.
Paling hanya memberitahukan bahwa Air Terjun Tesbatan berada di Desa Tesbatan, Kecamatan
Amarasi, Kabupaten Kupang tanpa memberitahukan rute jalan menuju air terjun
tersebut.
Berbekal informasi yang minim tersebut, di
hari Sabtu yang lumayan cerah, di penghujung Bulan Desember, saya mengunjungi Air
Terjun Tesbatan seorang diri. Saya mengendarai sepeda motor kesayangan,
Bonito. Dari Kota Kupang, saya mengambil jalan ke arah Soe/Kefamenanu melalui
Jalan Timor Raya. Selanjutnya, di pertigaan/Pasar Oesao, belok kanan ke arah
Oekabiti.
Saya harus bertanya beberapa kali ke penduduk
setempat arah jalan menuju Desa Tesbatan, karena tidak ada satu pun
rambu-rambu/penunjuk arah ke Desa/Air Terjun Tesbatan. Penunjuk arah hanya saya
temui di pertigaan Desa Tesbatan, di mana terdapat Tugu Tesbatan, sekitar 2.5
km menjelang Air Terjun Tesbatan. Itu pun sangat kecil dan tidak terlalu
kelihatan. Di penunjuk arah tersebut, ditulis Air Terjun 2 km, namun
kenyataannya 2,5 km.
Tugu Tesbatan di pertigaan Desa Tesbatan
Jalan menuju Air Terjun Tesbatan sebagian besar
sudah bagus. Namun, sekitar 400 meter menuju tempat parkir, jalan berubah
menjadi jalan tanah berbatu tanpa aspal. Selanjutnya, dari tempat parkir, saya
harus berjalan kaki sekitar 150 meter menyusuri jalan setapak hingga tiba di
Air Terjun Tesbatan.
Air Terjun Tesbatan berada di tengah hutan, di Desa
Tesbatan. Saat saya tiba di sana, suasana benar-benar sepi, tak ada pengunjung
lain satu pun. Sebenarnya, rada ngeri juga berada di tengah hutan sendirian.
Apa lagi saat itu cuaca sedang mendung, jadi rada-rada gelap. Namun, segala
rasa takut dan khawatir saya hilang begitu melihat Air Terjun Tesbatan yang
sangat cantik.
Jalan setapak menuju Air Terjun Tesbatan
Air Terjun Tesbatan tidak seperti air terjun kebanyakan, yang berada di tebing yang tinggi. Air terjun Tesbatan merupakan air terjun bertingkat (cascading) yang terdiri dari tiga tingkat di sebuah sungai. Yang
paling mudah didatangi/dilihat dari dekat adalah air terjun paling atas karena
posisinya tepat di pinggir jalan setapak. Di bawah air terjun ini terdapat
kolam hijau kebiruan yang sangat menggoda. Namun, air terjun ini kecil dan tak
begitu tinggi.
Air Terjun Tesbatan yang paling atas
Air terjun ketiga (paling bawah) lumayan tinggi,
sekitar 3 meter tapi sulit untuk mencapainya karena letaknya di sungai yang
dalam. Air terjun yang paling indah, sekaligus paling tinggi dan paling lebar adalah
air terjun kedua (tengah).Tingginya sekitar 5 meter dan di bawahnya terdapat
kolam yang dangkal. Kita bisa mandi dan bermain air dengan leluasa di air
terjun kedua ini. Namun, akses jalan menuju air terjun ini sangat sulit. Saya
harus menuruni jalan setapak di pinggir sungai yang sangat terjal, dengan
kemiringan hampir 90 derajat. Saya menuruni jalan tersebut dengan sangat
hati-hati sambil berpegangan pada akar-akar pepohonan.
Air Terjun Tesbatan yang menakjubkan
Untunglah saya bisa tiba dengan selamat di depan
Air Terjun Tesbatan. Segera saja saya abadikan keindahan air terjun tersebut
dari berbagai sudut. Cuaca yang mendung sangat mendukung, sehingga saya bisa
mendapat foto-foto Air Terjun Tesbatan yang menawan.
Sebenarnya saya ingin mandi dan bermain air di Air
Terjun Tesbatan. Namun, berhubung saya sendirian dan mendung semakin gelap saya
membatalkan niat tersebut. Saya sudah cukup puas mengabadikan keindahan Air
Terjun Tesbatan dengan kamera kesayangan saya. Mungkin suatu hari nanti, saya
akan kembali mengunjungi Air Terjun Tesbatan bersama teman-teman agar bisa
bermain air sepuasnya di sana. (edyra)***
Subscribe to:
Posts (Atom)