Menikmati perjalanan kereta di India, Kelas AC 3 Tier |
KETIKA travelling
di India, alat transportasi yang paling sering saya gunakan bersama teman
(Ahmad) adalah kereta api. Selain alasan ekonomis (harga tiket yang cukup
murah), kenyamanan menjadi pertimbangan kami. Selama perjalanan, hampir semua
rute kami memilih kelas AC 3 Tier karena di kelas ini kami
sudah bisa merasakan kenyamanan di dalam kereta karena kami bisa tidur dengan
posisi badan rebahan (bukan tidur dengan posisi duduk) di atas kasur yang cukup
empuk. Di beberapa rute kami terpaksa memilih kelas AC
2 Tier (yang lebih mahal dan lebih
nyaman tentunya) karena kehabisan tiket kelas AC 3 Tier. Sebagai informasi, kereta api di India terdiri dari
tujuh kelas dengan penjelasan sebagai berikut (dari kelas termurah sampai yang
termahal) :
1.
Second Sitting (SS) : kelas duduk tanpa AC dengan kursi
bebas (tanpa nomor).
2.
Sleeper (SC)
: kelas tidur yang terdiri dari 3 kasur dari atas ke bawah, tanpa AC, terbuka,
dan tanpa nomor.
3.
First Class
(FC) : kelas tidur mirip Sleeper tapi
hanya terdiri dari 2 kasur.
4.
AC Chair Car (CC) : kelas duduk ber-AC
dengan kursi bernomor.
5.
AC 3 Tier (3A) : kelas tidur dalam
kompartemen (semacam kamar), ber-AC, bernomor, dan ada tirai penutup. Tiap kompartemen
terdiri dari 8 bed : 6 bed saling berhadapan (masing-masing 3 bed) dan 2 bed di
pinggir jendela.
6.
AC 2 Tier (2A) : kelas tidur dalam
kompartemen, ber-AC, bernomor, dan ada
tirai penutup. Tiap kompartemen terdiri dari 6 bed : 4 bed saling berhadapan
(masing-masing 2 bed) dan 2 bed di pinggir jendela.
7.
AC First Class (1A) : kelas tidur dalam
kompartemen, ber-AC, bernomor, lantai beralas karpet, dan pintu bisa dikunci.
Tiap kompartemen terdiri dari 2 bed atau 4 bed.
Kelas AC 2 Tier |
Selama di India, setidaknya enam rute kami tempuh
dengan kereta api, yaitu : Kolkata (dulunya Kalkuta) - Varanasi, Varanasi -
Lucknow, Lucknow - New Delhi, New Delhi - Agra, Agra - Jaipur, dan Jaipur -
Kolkata. Berbagai pengalaman unik dan menarik kami temui selama melakukan
perjalanan kereta di India. Mulai dari pindah kelas (upgrade), dipalak petugas kereta, hingga kejadian paling tragis, terjebak
selama hampir 30 jam di dalam kereta. Kali ini, saya hanya akan menceritakan
tragedi 30 jam dalam kereta.
Kereta India |
Rute Jaipur - Kolkata yang jaraknya sekitar 1.607
km, menurut jadwal yang tertera di tiket akan ditempuh dalam waktu hampir 25
jam, tepatnya 24 jam 55 menit. Kereta akan berangkat dari Jaipur pukul 15.00
dan akan tiba di Kolkata pukul 15.55 keesokan harinya. Kereta bernama Aii Sdah Express dengan nomor kereta 12988 ini akan melewati 17 stasiun
termasuk Stasiun Sealdah Kolkata (stasiun akhir).
Saat akan membeli tiket, saya dan teman sempet
kaget ketika petugas memberi tahu bahwa waktu tempuh dari Jaipur sampai Kolkata
yang akan memakan waktu lebih dari 24 jam tersebut. Namun, mau tak mau kami
harus membeli tiket kereta tersebut karena itu adalah opsi termurah. Opsi
lainnya (naik pesawat) tidak kami pilih karena harga tiket pesawat Jaipur -
Kolkata sangat mahal.
Gerbong Kelas AC 3 Tier |
Mengawali perjalanan kereta kali ini, kami datang
ke Stasiun Jaipur rada mepet. Maklum, sebelumnya habis jalan-jalan dulu
keliling Jaipur. Untung, kami diantarkan sopir bajaj yang baik hati, yang
sampai kini masih menjalin pertemanan dengan kami. Jadi, kami bisa tiba di
Stasiun Jaipur tepat waktu.
Begitu tiba di Stasiun Jaipur,
kami segera mencari peron (platform)
kereta kami, dan ternyata kereta kami sudah datang. Kami segera naik kereta dan
mencari tempat duduk kami sesuai dengan nomor kursi yang tertera di tiket. Tak
lama kemudian, kereta pun berangkat sesuai jadwal (pukul 15.00) sehingga kami
pun berpikiran kereta akan tiba di Kolkata tepat waktu.
Saya dan teman sudah mempersiapakan segala
perbekalan untuk perjalanan kereta yang akan memakan waktu sekitar 25 jam,
mulai dari makanan, minuman, dan buku/bacaan. Tak ketinggalan lagu-lagu favorit
di ponsel dan beberapa film di tablet.
Setelah menempati kursi/bed dan meletakkan tas di kolong
bed, hal pertama yang kami lakukan di kereta adalah makan siang. Menu makan
siang saat itu adalah nasi dan ayam goreng KFC yang saya beli di gerai KFC yang
terletak di salah satu jalan protokol Jaipur. Sebenarnya saya tidak terlalu
suka makanan cepat saji ala KFC, McD, dan lain-lain. Namun, karena kami
kesulitan mencari makanan lain dan waktu kami terbatas (sudah mepet dengan
jadwal keberangkatan kereta), kami terpaksa makan fast food. Selain itu, saya juga tidak terlalu suka makanan India
yang terlalu berempah. Jadi, fast food menjadi satu-satunya pilihan.
Selesai makan, saya menunaikan sholat zuhur dan
asar (jamak), dengan cara duduk di atas bed. Karena kami memilih kelas AC 3 Tier,
tempat duduk kami berupa bed yang bisa dipakai buat tidur/berbaring. Saat itu,
saya dapat tempat bed yang di atas, di samping jendela. Bednya sempit tapi
cukup nyaman untuk orang yang bertubuh langsing seperti saya. untuk mengambil air
wudhu, kami tak perlu bingung karena di wastafel maupun kamar mandi air
mengalir dengan lancar.
Usai sholat, saya
membuat catatan pengeluaran/biaya selama perjalanan. Kemudian, saya dan teman membereskan
urusan keuangan (utang-piutang) selama perjalanan 9 hari ini. Kami mempunyai
kebiasaan saling meminjam uang saat trip. Saat membeli makanan, membayar tiket
kereta, tiket masuk tempat wisata, dan sebagainya, biasanya salah satu dari
kami yang membayar terlebih dahulu agar lebih praktis. Hitung-hitunganya
belakangan setelah selesai trip. Karena kami punya banyak waktu luang di kereta,
makanya urusan keuangan ini kami selesaikan di atas kereta.
Urusan hutang-piutang beres, saya berniat untuk
tidur siang tapi nggak bisa. Beberapa kali saya coba pejamkan mata tapi tetap
tidak bisa. Jadinya saya membaca majalah sambil mendengarkan lagu dari ponsel
saya. Nggak tahunya saya jadi ngantuk dan tertidur.
Ketika saya terbangun, hari sudah sore. Dari jendela
seberang terlihat matahari sudah mulai terbenam. Saya turun dari bed, dan
jalan-jalan ke gerbong lain sambil melihat pemandangan di luar. Tak lama
kemudian, saya kembali ke bed karena masuk waktu sholat maghrib. Saya dan teman
pun bergantian untuk sholat maghrib (jamak dengan isya).
Tiba saatnya untuk makan malam. Teman saya makan nasi
dan ayam goreng KFC yang dibelinya tadi siang, sementara saya akan makan Pop
Mie. Sebenarnya ada petugas kereta menjual makanan tapi saya sengaja tidak beli
karena masih punya bekal makanan. Saya pun berjalan mencari gerbang restorasi yang
letaknya cukup jauh di belakang, tepatnya tiga gerbong di belakang saya.
Seumur-umur baru sekali itu saya melihat suasana di
dalam gerbong restorasi, tempat petugas kereta memasak dan menyiapkan makanan
untuk dijual kepada para penumpang kereta. Di antara asap yang mengepul dan
udara yang panas, nampak kesibukan di dalam gerbang restorasi Ada yang sedang
memasak nasi, ada yang sedang menggoreng
makanan, ada juga yang sedang memasak sayur. Uniknya, semua tempat baik panci
maupun wajan yang dipakai buat memasak berukuran sangat besar. Maklum mereka
memasak makanan untuk ratusan bahkan ribuan orang. Saya segera masuk ke dalam
gerbong restorasi dan meminta air panas kepada salah seorang petugas. Petugas tersebut
segera mengambilkan air untuk saya.
Setelah mendapatkan air panas, saya segera berjalan
kembali ke gerbong saya. Anehnya, semua orang menatap dengan heran Pop Mie yang
ada di tangan saya. Awalnya saya juga bertanya-tanya, mengapa orang-orang
tersebut memandangi Pop Mie saya dengan wajah keheranan. Belakangan saya baru
sadar bahwa mie gelas instan semacam Pop Mie memang bukan makanan populer di
India. Maklum, makanan mereka kari-karian yang berbumbu banyak. Tidak seperti
di Cina (Asia Timur) yang terbiasa makan mie instan. Makanya mereka rada heran
melihat mie instan gelas.
Selesai makan, saya berniat nonton film di tablet
saya. Tiba-tiba datang penjual chai (teh susu khas India) yang berteriak, “Chai,
Chai …..” Saya pun segera membeli chai tersebut. Sejak tiba di India saya
langsung suka dengan chai. Rasanya sangat nikmat dan harganya cukup murah,
hanya Rs 7 (sekitar Rp 1.400,00) per gelas kecil 150 ml. Makanya setiap naik
kereta, saya selalu membeli chai.
Tak lama kemudian, datang petugas kereta yang menawarkan
makanan untuk sarapan. Karena, makanan yang tercantum di menu kebanyakan
makanan India (namanya juga di India), saya hanya memesan sandwich omelette, roti tawar dengan telor dadar, sayuran dan saus
tomat.
Malam semakin larut. Sebelum tidur, saya bergegas
ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Kebetulan wastafel dan toilet
sedang kosong sehingga saya nggak perlu antri. Enaknya naik kereta di India, di
tiap gerbong terdapat 2 toilet dan 2 wastafel yang berada di ujung gerbong. Toiletnya
bersih (nggak bau pesing) dan air kerannya selalu tersedia.
Tepat pukul 05.00 pagi saya terbangun karena alarm
di ponsel saya berbunyi dengan nyaring. Saya lihat teman saya, ternyata tidak
ada di bednya. Sepertinya dia sedang di toilet. Setelah teman saya datang, saya
bergegas ke toilet untuk buang air kecil dan mengambil air wudhu. Kemudian saya
menunaikan sholat subuh. Karena masih ngantuk, habis sholat subuh, saya tidur
lagi.
Jam 07.00 pagi saya terbangun oleh terikan penjual
chai. Saya pun membeli chai lagi. Karena saya masih punya Energen, saya pun
mencampur Energen dengan chai. Rasanya cukup nikmat dan lumayan bisa mengganjal
perut. Sekitar jam 08.00, petugas
restorasi mengantarkan sandwich omelette
pesanan saya tadi malam. Harganya Rs 35 (sekitar Rp 7.000,00).
Usai sarapan, saya jalan-jalan ke gerbong lain
sambil melihat pemandangan di luar. Tak lupa saya bawa kamera kesayangan untuk
memotret pemandangan menarik di perjalanan. Kadang saya juga keluar dari kereta
ketika kereta berhenti cukup lama di suatu stasiun. Sementara teman saya tetap bertahan di tempat
duduknya.
Ruangan di dekat pintu masuk kereta yag menjadi tempat favorit saya di dalam kereta |
Hari semakin siang dan saya sudah mulai bosan di dalam
kereta. Hampir semua aktivitas sudah saya lakukan. Mulai dari baca
buku/majalah, nonton film, mendengarkan musik, melihat-lihat foto di kamera
hingga ngobrol dengan penumpang lain. Setiap kali bosan melanda, saya
jalan-jalan keluar gerbong, untuk sekedar menghirup udara segar atau melihat
pemandangan di luar. Tempat nongkrong saya, biasanya adalah sebuah ruangan kecil
di depan pintu kereta, di dekat sambungan antar gerbong. Di tempat tersebut, saya
bisa membuka jendela sehingga bisa merasakan udara segar dan melihat pemandangan
di luar tanpa terhalang kaca jendela.
Lepas tengah hari, saya makan siang dengan snack yang
masih tersisa di tas. Saya sengaja tidak membeli makanan dari petugas kereta
karena ingin menghabiskan bekal makanan yang masih ada. Saya mulai gelisah
ketika melihat rute perjalanan kereta yang saya download dari internet. Jam
13.00 seharusnya kereta sudah tiba di stasiun Y, tapi ini baru sampai di
stasiun X. Sudah bisa dipastikan bahwa kereta akan terlambat tiba di Kolkata.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 16.00, saya
semakin senewen. Seharusnya kereta sudah tiba di Kolkata tapi ternyata belum
sampai. Perjalanan masih jauh karena masih harus melewati beberapa
kota/stasiun. Ketika saya tanyakan ke penumpang sebelah, dia juga menjawab
bahwa Kolkata masih jauh. Saya jadi makin stress karena badan sudah capek dan perbekalana
makanan sudah habis (tinggal air minum doang). Selin itu, saya juga takut
ketinggalan pesawat yang akan membawa kami terbang dari Kolkata ke Kuala
Lumpur. Namun, mau nggak mau saya dan teman harus bersabar. Yang bisa kami lakukan hanya berdoa dan
bersabar.
Satu jam, dua jam, tiga jam kemudian kereta belum juga
memasuki Kota Kolkata. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa. Bagaimanapun, kami
harus menikmati perjalanan karena esensi perjalanan bukan hanya tujuannya melainkan
juga proses perjalanaannya itu sendiri. Untunglah, saat jarum jam menunjukkan
pukul 21.05, kereta tiba di Stasiun Sealdah, Kolkata. Kami segera turun dari
kereta dan selesailah petualangan di Kereta India. Kami bersyukur bisa tiba
dengan selamat di Kolkata meski terlambat cukup lama. Perjalanan kereta yang seharusnya
25 jam, kami tempuh dalam waktu 30 jam. Benar-benar rekor perjalanan kereta
terlama yang pernah saya lakukan. (Edyra)***
No comments:
Post a Comment