Thursday, 31 December 2015

30 HOURS IN INDIAN TRAIN


Menikmati perjalanan kereta di India, Kelas AC 3 Tier



KETIKA travelling di India, alat transportasi yang paling sering saya gunakan bersama teman (Ahmad) adalah kereta api. Selain alasan ekonomis (harga tiket yang cukup murah), kenyamanan menjadi pertimbangan kami. Selama perjalanan, hampir semua rute kami memilih kelas AC 3 Tier karena di kelas ini kami sudah bisa merasakan kenyamanan di dalam kereta karena kami bisa tidur dengan posisi badan rebahan (bukan tidur dengan posisi duduk) di atas kasur yang cukup empuk. Di beberapa rute kami terpaksa memilih kelas AC 2 Tier (yang lebih mahal dan lebih nyaman tentunya) karena kehabisan tiket kelas AC 3 Tier. Sebagai informasi, kereta api di India terdiri dari tujuh kelas dengan penjelasan sebagai berikut (dari kelas termurah sampai yang termahal) :
1.       Second Sitting (SS) : kelas duduk tanpa AC dengan kursi bebas (tanpa nomor).
2.       Sleeper (SC) : kelas tidur yang terdiri dari 3 kasur dari atas ke bawah, tanpa AC, terbuka, dan tanpa nomor.
3.       First Class (FC) : kelas tidur mirip Sleeper tapi hanya terdiri dari 2 kasur.
4.       AC Chair Car (CC) : kelas duduk ber-AC dengan kursi bernomor.
5.       AC 3 Tier (3A) : kelas tidur dalam kompartemen (semacam kamar), ber-AC, bernomor,  dan ada tirai penutup. Tiap kompartemen terdiri dari 8 bed : 6 bed saling berhadapan (masing-masing 3 bed) dan 2 bed di pinggir jendela.
6.       AC 2 Tier (2A) : kelas tidur dalam kompartemen, ber-AC, bernomor,  dan ada tirai penutup. Tiap kompartemen terdiri dari 6 bed : 4 bed saling berhadapan (masing-masing 2 bed) dan 2 bed di pinggir jendela.
7.       AC First Class (1A) : kelas tidur dalam kompartemen, ber-AC, bernomor, lantai beralas karpet, dan pintu bisa dikunci. Tiap kompartemen terdiri dari 2 bed atau 4 bed.

Kelas AC 2 Tier
 
Selama di India, setidaknya enam rute kami tempuh dengan kereta api, yaitu : Kolkata (dulunya Kalkuta) - Varanasi, Varanasi - Lucknow, Lucknow - New Delhi, New Delhi - Agra, Agra - Jaipur, dan Jaipur - Kolkata. Berbagai pengalaman unik dan menarik kami temui selama melakukan perjalanan kereta di India. Mulai dari pindah kelas (upgrade), dipalak petugas kereta, hingga kejadian paling tragis, terjebak selama hampir 30 jam di dalam kereta. Kali ini, saya hanya akan menceritakan tragedi 30 jam dalam kereta.
Kereta India
 
Rute Jaipur - Kolkata yang jaraknya sekitar 1.607 km, menurut jadwal yang tertera di tiket akan ditempuh dalam waktu hampir 25 jam, tepatnya 24 jam 55 menit. Kereta akan berangkat dari Jaipur pukul 15.00 dan akan tiba di Kolkata pukul 15.55 keesokan harinya. Kereta bernama Aii Sdah Express dengan nomor kereta 12988 ini akan melewati 17 stasiun termasuk Stasiun Sealdah Kolkata (stasiun akhir).

Saat akan membeli tiket, saya dan teman sempet kaget ketika petugas memberi tahu bahwa waktu tempuh dari Jaipur sampai Kolkata yang akan memakan waktu lebih dari 24 jam tersebut. Namun, mau tak mau kami harus membeli tiket kereta tersebut karena itu adalah opsi termurah. Opsi lainnya (naik pesawat) tidak kami pilih karena harga tiket pesawat Jaipur - Kolkata sangat mahal.

Gerbong Kelas AC 3 Tier
  
Mengawali perjalanan kereta kali ini, kami datang ke Stasiun Jaipur rada mepet. Maklum, sebelumnya habis jalan-jalan dulu keliling Jaipur. Untung, kami diantarkan sopir bajaj yang baik hati, yang sampai kini masih menjalin pertemanan dengan kami. Jadi, kami bisa tiba di Stasiun Jaipur tepat waktu.

Begitu tiba di Stasiun Jaipur, kami segera mencari peron (platform) kereta kami, dan ternyata kereta kami sudah datang. Kami segera naik kereta dan mencari tempat duduk kami sesuai dengan nomor kursi yang tertera di tiket. Tak lama kemudian, kereta pun berangkat sesuai jadwal (pukul 15.00) sehingga kami pun berpikiran kereta akan tiba di Kolkata tepat waktu.

Saya dan teman sudah mempersiapakan segala perbekalan untuk perjalanan kereta yang akan memakan waktu sekitar 25 jam, mulai dari makanan, minuman, dan buku/bacaan. Tak ketinggalan lagu-lagu favorit di ponsel dan beberapa film di tablet.

Setelah menempati kursi/bed dan meletakkan tas di kolong bed, hal pertama yang kami lakukan di kereta adalah makan siang. Menu makan siang saat itu adalah nasi dan ayam goreng KFC yang saya beli di gerai KFC yang terletak di salah satu jalan protokol Jaipur. Sebenarnya saya tidak terlalu suka makanan cepat saji ala KFC, McD, dan lain-lain. Namun, karena kami kesulitan mencari makanan lain dan waktu kami terbatas (sudah mepet dengan jadwal keberangkatan kereta), kami terpaksa makan fast food. Selain itu, saya juga tidak terlalu suka makanan India yang terlalu berempah. Jadi, fast food menjadi satu-satunya pilihan. 



Selesai makan, saya menunaikan sholat zuhur dan asar (jamak), dengan cara duduk di atas bed. Karena kami memilih kelas AC 3 Tier, tempat duduk kami berupa bed yang bisa dipakai buat tidur/berbaring. Saat itu, saya dapat tempat bed yang di atas, di samping jendela. Bednya sempit tapi cukup nyaman untuk orang yang bertubuh langsing seperti saya. untuk mengambil air wudhu, kami tak perlu bingung karena di wastafel maupun kamar mandi air mengalir dengan lancar.

Usai sholat, saya membuat catatan pengeluaran/biaya selama perjalanan. Kemudian, saya dan teman membereskan urusan keuangan (utang-piutang) selama perjalanan 9 hari ini. Kami mempunyai kebiasaan saling meminjam uang saat trip. Saat membeli makanan, membayar tiket kereta, tiket masuk tempat wisata, dan sebagainya, biasanya salah satu dari kami yang membayar terlebih dahulu agar lebih praktis. Hitung-hitunganya belakangan setelah selesai trip. Karena kami punya banyak waktu luang di kereta, makanya urusan keuangan ini kami selesaikan di atas kereta.

Urusan hutang-piutang beres, saya berniat untuk tidur siang tapi nggak bisa. Beberapa kali saya coba pejamkan mata tapi tetap tidak bisa. Jadinya saya membaca majalah sambil mendengarkan lagu dari ponsel saya. Nggak tahunya saya jadi ngantuk dan tertidur.

Ketika saya terbangun, hari sudah sore. Dari jendela seberang terlihat matahari sudah mulai terbenam. Saya turun dari bed, dan jalan-jalan ke gerbong lain sambil melihat pemandangan di luar. Tak lama kemudian, saya kembali ke bed karena masuk waktu sholat maghrib. Saya dan teman pun bergantian untuk sholat maghrib (jamak dengan isya).

Tiba saatnya untuk makan malam. Teman saya makan nasi dan ayam goreng KFC yang dibelinya tadi siang, sementara saya akan makan Pop Mie. Sebenarnya ada petugas kereta menjual makanan tapi saya sengaja tidak beli karena masih punya bekal makanan. Saya pun berjalan mencari gerbang restorasi yang letaknya cukup jauh di belakang, tepatnya tiga gerbong di belakang saya.

Seumur-umur baru sekali itu saya melihat suasana di dalam gerbong restorasi, tempat petugas kereta memasak dan menyiapkan makanan untuk dijual kepada para penumpang kereta. Di antara asap yang mengepul dan udara yang panas, nampak kesibukan di dalam gerbang restorasi Ada yang sedang memasak nasi,  ada yang sedang menggoreng makanan, ada juga yang sedang memasak sayur. Uniknya, semua tempat baik panci maupun wajan yang dipakai buat memasak berukuran sangat besar. Maklum mereka memasak makanan untuk ratusan bahkan ribuan orang. Saya segera masuk ke dalam gerbong restorasi dan meminta air panas kepada salah seorang petugas. Petugas tersebut segera mengambilkan air untuk saya.

Setelah mendapatkan air panas, saya segera berjalan kembali ke gerbong saya. Anehnya, semua orang menatap dengan heran Pop Mie yang ada di tangan saya. Awalnya saya juga bertanya-tanya, mengapa orang-orang tersebut memandangi Pop Mie saya dengan wajah keheranan. Belakangan saya baru sadar bahwa mie gelas instan semacam Pop Mie memang bukan makanan populer di India. Maklum, makanan mereka kari-karian yang berbumbu banyak. Tidak seperti di Cina (Asia Timur) yang terbiasa makan mie instan. Makanya mereka rada heran melihat mie instan gelas.

Selesai makan, saya berniat nonton film di tablet saya. Tiba-tiba datang penjual chai (teh susu khas India) yang berteriak, “Chai, Chai …..” Saya pun segera membeli chai tersebut. Sejak tiba di India saya langsung suka dengan chai. Rasanya sangat nikmat dan harganya cukup murah, hanya Rs 7 (sekitar Rp 1.400,00) per gelas kecil 150 ml. Makanya setiap naik kereta, saya selalu membeli chai.

Tak lama kemudian, datang petugas kereta yang menawarkan makanan untuk sarapan. Karena, makanan yang tercantum di menu kebanyakan makanan India (namanya juga di India), saya hanya memesan sandwich omelette, roti tawar dengan telor dadar, sayuran dan saus tomat.

Malam semakin larut. Sebelum tidur, saya bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Kebetulan wastafel dan toilet sedang kosong sehingga saya nggak perlu antri. Enaknya naik kereta di India, di tiap gerbong terdapat 2 toilet dan 2 wastafel yang berada di ujung gerbong. Toiletnya bersih (nggak bau pesing) dan air kerannya selalu tersedia.

Tepat pukul 05.00 pagi saya terbangun karena alarm di ponsel saya berbunyi dengan nyaring. Saya lihat teman saya, ternyata tidak ada di bednya. Sepertinya dia sedang di toilet. Setelah teman saya datang, saya bergegas ke toilet untuk buang air kecil dan mengambil air wudhu. Kemudian saya menunaikan sholat subuh. Karena masih ngantuk, habis sholat subuh, saya tidur lagi.

Jam 07.00 pagi saya terbangun oleh terikan penjual chai. Saya pun membeli chai lagi. Karena saya masih punya Energen, saya pun mencampur Energen dengan chai. Rasanya cukup nikmat dan lumayan bisa mengganjal perut.  Sekitar jam 08.00, petugas restorasi mengantarkan sandwich omelette pesanan saya tadi malam. Harganya Rs 35 (sekitar Rp 7.000,00).

Usai sarapan, saya jalan-jalan ke gerbong lain sambil melihat pemandangan di luar. Tak lupa saya bawa kamera kesayangan untuk memotret pemandangan menarik di perjalanan. Kadang saya juga keluar dari kereta ketika kereta berhenti cukup lama di suatu stasiun. Sementara teman saya tetap bertahan di tempat duduknya. 

Ruangan di dekat pintu masuk kereta yag menjadi tempat favorit saya di dalam kereta
 
Hari semakin siang dan saya sudah mulai bosan di dalam kereta. Hampir semua aktivitas sudah saya lakukan. Mulai dari baca buku/majalah, nonton film, mendengarkan musik, melihat-lihat foto di kamera hingga ngobrol dengan penumpang lain. Setiap kali bosan melanda, saya jalan-jalan keluar gerbong, untuk sekedar menghirup udara segar atau melihat pemandangan di luar. Tempat nongkrong saya, biasanya adalah sebuah ruangan kecil di depan pintu kereta, di dekat sambungan antar gerbong. Di tempat tersebut, saya bisa membuka jendela sehingga bisa merasakan udara segar dan melihat pemandangan di luar tanpa terhalang kaca jendela.

Lepas tengah hari, saya makan siang dengan snack yang masih tersisa di tas. Saya sengaja tidak membeli makanan dari petugas kereta karena ingin menghabiskan bekal makanan yang masih ada. Saya mulai gelisah ketika melihat rute perjalanan kereta yang saya download dari internet. Jam 13.00 seharusnya kereta sudah tiba di stasiun Y, tapi ini baru sampai di stasiun X. Sudah bisa dipastikan bahwa kereta akan terlambat tiba di Kolkata.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 16.00, saya semakin senewen. Seharusnya kereta sudah tiba di Kolkata tapi ternyata belum sampai. Perjalanan masih jauh karena masih harus melewati beberapa kota/stasiun. Ketika saya tanyakan ke penumpang sebelah, dia juga menjawab bahwa Kolkata masih jauh. Saya jadi makin stress karena badan sudah capek dan perbekalana makanan sudah habis (tinggal air minum doang). Selin itu, saya juga takut ketinggalan pesawat yang akan membawa kami terbang dari Kolkata ke Kuala Lumpur. Namun, mau nggak mau saya dan teman harus bersabar.  Yang bisa kami lakukan hanya berdoa dan bersabar.



Satu jam, dua jam, tiga jam kemudian kereta belum juga memasuki Kota Kolkata. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa. Bagaimanapun, kami harus menikmati perjalanan karena esensi perjalanan bukan hanya tujuannya melainkan juga proses perjalanaannya itu sendiri. Untunglah, saat jarum jam menunjukkan pukul 21.05, kereta tiba di Stasiun Sealdah, Kolkata. Kami segera turun dari kereta dan selesailah petualangan di Kereta India. Kami bersyukur bisa tiba dengan selamat di Kolkata meski terlambat cukup lama. Perjalanan kereta yang seharusnya 25 jam, kami tempuh dalam waktu 30 jam. Benar-benar rekor perjalanan kereta terlama yang pernah saya lakukan. (Edyra)***



No comments:

Post a Comment