Myanmar yang dulunya
bernama Birma (Burma) kini mulai banyak dilirik wisatawan dari berbagai penjuru dunia karena keaslian budaya serta biaya wisata yang relatif
lebih muraah dibanding negara-negara Asia lainnya. Kunjungan wisata ke negeri
yang dijuluki “The Golden Land” ini
terus meningkat seiring berubahnya pemerintahan junta militer ke pemerintahan
sipil sejak tahun 2011. Tak ketinggalan wisatawan
dari Indonesia pun mulai banyak yang datang berlibur ke negara anggota ASEAN (Association of South East Asia Nations) ini. Bila Anda berniat mengunjungi Myanmar atau
penasaran dengan Myanmar, berikut beberapa hal unik tentang Myanmar yang mungkin
belum Anda ketahui.
- Nama resmi Negara Myanmar adalah Republik Persatuan Myanmar (Republic of the Union of Myanmar). Perubahan nama dari Burma menjadi Myanmar secara resmi dilakukan oleh pemerintah junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer mengubah nama Burma menjadi Myanmar agar etnis selain Burma (Bamar) merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional. Banyak negara dan kelompok oposisi tetap menggunakan nama Burma karena tidak mengakui legitimasi pemerintah militer yang berkuasa saat itu.
- Dulu nama ibu kota Myanmar adalah Rangoon. Namun, sejak tahun 1989 pemerintah junta militer mengubah nama Rangoon menjadi Yangon.
- Sejak tanggal 27 Maret 2006 ibu kota Myanmar dipindahkan dari Yangon ke Naypyidaw (dibaca Naypitaw), yang berada 320 km di utara Yangon. Naypyidaw berasal dari Bahasa Birma yang berarti tempat tinggal raja (abode of the king). Namun, meskipun ibu kotanya dipindahkan ke Naypyidaw, kota terbesar dengan fasilitas hidup terlengkap di Myanmar tetaplah Yangon.
- Nama mata uang Myanmar adalah Kyat (baca : Chat), biasa ditulis K atau Ks. Mata uang ini tidak bisa Anda dapatkan di luar Myanmar sehingga Anda hanya bisa membelinya di money changer yang ada di Bandara Internasional Yangon ataupun di Kota Yangon terutama di area Sule. Saat ini (September 2017), nilai tukar USD 1 = 1362,31 MMK, EUR 1 = MMK 1.602,23, dan 1 MMK = IDR 9,92.
- Zona Waktu Myanmar adalah GMT + 6.30 atau 30 menit lebih lambat daripada Waktu Indonesia Barat (WIB).
- Myanmar dijuluki “The Golden Land” karena negara ini kaya akan berbagai sumber daya alam. Selain itu, secara kasat mata Anda bisa melihat begitu banyak pagoda, monumen atau bangunan berwarna emas/dihiasi ornamen emas di berbagai penjuru Myanmar.
- Sebagian besar penduduk Myanmar (87,9 %) beragama Buddha Theravada. Nggak heran kalau pagoda bisa dengan mudah Anda temukan di mana-mana.
- Burma (Bamar) yang dulu dipakai sebagai nama negara merupakan nama salah satu suku dengan populasi terbanyak di Myanmar, sekitar 68% dari total penduduk Myanmar.
- Sejak tanggal 1 Juni 2014, Warga Negara Indonesia tidak perlu visa untuk memasuki Negara Myanmar dalam waktu 14 hari. Menteri Luar Negeri Indonesia (Marty Natalegawa) dan Menteri Luar Negeri Myanmar (U Wunna Maung Lwin) menandatangani Persetujuan Pembebasan Visa bagi Pemegang Paspor Indonesia di sela-sela KTT ASEAN ke-24 di Naypyidaw, Myanmar, pada tanggal 10 Mei 2014.
- Aturan lalu lintas di Myanmar mengharuskan kendaraan berjalan di sebelah kanan. Anehnya, hampir semua kendaraan (kecuali bus) posisi setir/kemudinya juga di sebelah kanan. Jadinya cukup berbahaya kalau mau menyalip kendaraan yang ada di depan karena laju kendaraan dari arah berlawanan jadi sulit dilihat.
- Seperti kota-kota besar dunia lainnya, kemacetan lalu lintas juga terjadi di Yangon, terutama pada saat jam berangkat dan pulang kerja. Rute jalan dari Bandara Internasional Yangon menuju Pusat Kota Yangon dan sebaliknya, termasuk rute yang sering mengalami kemacetan parah.
- Semua taksi di Myanmar tidak memakai argo. Jadi Anda harus tawar-menawar dulu dengan sopirnya sebelum naik taksi. Jenis kendaraan yang digunakan sebagai taksi juga bermacam-macam, mulai dari sedan, van, hingga wagon/hatchback.
- Busana tradisional Myanmar adalah sarung yang disebut “Longyi” (baca : Longji). Sarung ini dipakai oleh laki-laki dan perempuan dari berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Anda bisa dengan mudah melihat orang mengenakan sarung di tempat umum, baik di bandara, mal, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, pagoda, maupun di jalan raya.
- Warga Myanmar banyak yang suka memakai masker wajah (semacam bedak dingin) di tempat umum. Masker yang disebut “Tanaka” ini dipakai oleh laki-laki maupun perempuan.
- Ketika akan memasuki candi/pagoda, pengunjung diharuskan memakai busana yang sopan (menutup aurat) dan melepas alas kaki. Jangan lupa untuk membawa kantong plastik untuk menyimpan alas kaki Anda atau Anda harus membeli kantong plastik seharga 100 Kyats (sekitar Rp 1.000,00) dari pedagang asongan.
- Warga Myanmar baik laki-laki maupun perempuan banyak yang suka mengunyah sirih pinang. Sayangnya mereka suka meludah sembarangan di tempat umum, sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata.
-
Warga Myanmar suka memakai payung saat cuaca panas/terik. Uniknya, bukan hanya perempuan yang memakai payung saat matahari bersinar terik tapi laki-laki juga tidak malu berpayung. (Edyra)***
No comments:
Post a Comment