Menjejakkan kaki di Mutianyu Great Wall
Sejak kecil, saya sudah sering melihat Tembok Besar Cina (The Great Wall of China) di berbagai media, baik di buku pelajaran, koran, majalah, atau televisi. Kemegahan dan keindahan tembok tersebut membuat saya penasaran untuk mengunjunginya. Saya pun selalu memendam impian untuk bisa melihat secara langsung bangunan yang termasuk salah satu keajaiban dunia ini.
Sekian lama menunggu, kesempatan untuk mengunjungi Tembok Besar Cina akhirnya datang juga. Awal Maret kemarin, iseng-iseng saya cari tiket promo ke Beijing di situs budget airline. Tak disangka-sangka, ternyata ada tiket promo ke Beijing yang lumayan murah untuk keberangkatan pertengahan Maret. Keberuntungan saya tak berhenti di situ karena salah satu teman saya juga tertarik untuk mengunjungi Great Wall juga. Jadinya, saya langsung membeli tiket ke Beijing untuk dua orang. Saya sudah tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Great Wall.
Tembok Besar Cina merupakan tembok buatan manusia terpanjang di dunia, yang panjangnya mencapai 8.851 km. Tembok ini dibangun secara bertahap oleh empat dinasti yang berbeda. Pembangunan tahap I dilakukan oleh Dinasti Qin (221-207 SM), tahap II oleh Dinasti Han (205 -127 SM), tahap III oleh Dinasti Jin (1200 M), dan tahap IV oleh Dinasti Ming (1367-1644 M). Great Wall bisa dicapai dari beberapa tempat yang berbeda. Setidaknya ada 9 bagian Great Wall yang bisa dikunjungi turis yaitu, Badaling, Mutianyu, Simatai, Jinshanling, Gubeikou, Huanghuacheng, Jiankou, Juyongguan Pass, dan Water Pass. Dua yang pertama adalah bagian Great Wall yang paling sering dikunjungi turis, terutama Badaling karena jaraknya paling dekat dengan Beijing dan akses ke sana juga sangat mudah (ada bus langsung dari Beijing). Tak heran kalau Badaling selalu dipadati turis sepanjang tahun. Sementara Mutianyu (baca : mu tian yu) lebih sepi turis, karena jaraknya lumayan jauh dari Beijing, sekitar 70 km dan akses ke sana rada ribet. Namun, panorama di Mutianyu, katanya jauh lebih indah dibanding Badaling. Karena saya tak suka keramaian, pastinya saya memilih Mutianyu Great Wall. Apalagi setelah melihat foto-foto indah Mutianyu Great Wall di internet, saya semakin mantap menjatuhkan pilihan ke sana.
Ada dua cara mengunjungi Mutianyu Great Wall, ikut paket tur atau naik kendaraan umum. Cara paling praktis tentunya dengan ikut paket tur dengan harga sekitar $20 - $25 (bus) atau $30 - $50 (mobil, tidak digabung dengan orang lain). Namun, saya tidak tertarik dengan opsi ini. Soalnya paket tur Mutianyu Great Wall yang ditawarkan berbagai travel agency di Beijing, tidak ada yang langsung menuju ke sana. Semuanya pakai acara mampir dulu ke pabrik perhiasan batu giok (jade factory) dan makam para raja Dinasti Ming (Ming Tombs). Setelah itu, baru ke Mutianyu Great Wall. Jadinya waktu jalan-jalan di Mutianyu Great Wall hanya sebentar dan terbatas. Yang ada saya tidak bisa leluasa memotret berbagai sudut Great Wall.
Karena tidak mau ikut paket tur, mau tak mau saya harus mencari kendaraan umum (selain taksi) untuk menuju Mutianyu Great Wall. Masalahnya, naik kendaraan umum di Beijing (dan Cina pada umumnya) tidak semudah yang dibayangkan karena terkendala bahasa. Sebagian besar Orang Cina tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak bisa membaca huruf latin. Untuk itu, sebelum berangkat ke Beijing, saya mencari informasi dari berbagai sumber cara mencapai Mutianyu Great Wall dari Beijing. Saya juga membeli buku panduan Jalan-Jalan ke Cina yang memberikan informasi cukup lengkap.
Dari berbagai informasi yang saya kumpulkan, ternyata cukup mudah mencapai Mutianyu Great Wall dari Beijing. Pertama, kita bisa naik Bus Nomor 936 dari Terminal Bus Dongzhimen langsung menuju Mutianyu. Sayangnya Bus Nomor 936 hanya beroperasi dari Bulan April hingga November. Karena saya datang di Bulan Maret, saya tak bisa naik bus ini. Pilihan lainnya adalah naik Bus 916 Express dari Terminal Bus Dongzhimen menuju Huairou. Dari Huairou, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Mutianyu dengan taksi atau minibus. Tarif taksi pergi - pulang ke Mutianyu sekitar CNY 60 – CNY 100 (Rp 93.000,00 – Rp 155.000,00), sedangkan minibus biasanya CNY 20 per orang. Tarif taksi dan minibus tidak pasti, tergantung keahlian tawar-menawar Anda.
Suasana Beijing Capital International Airport yang cukup sepi saat dinihari
Dari Beijing Capital International Airport, saya dan teman langsung naik Kereta Airport Express menuju Stasiun Dongzhimen. Tarif tiket sekali jalan ke Beijing CNY 25, dan lama perjalanan kereta sekitar 1 jam. Airport Express merupakan moda transportasi tercepat dari bandara menuju pusat kota Beijing. Bila naik bus, perjalanan bisa memakan waktu 1 ½ hingga 2 jam.
Begitu sampai Stasiun Dongzhimen, kami langsung keluar lewat pintu keluar H menuju Terminal Bus Dongzhimen (North Bus Platform), yang berada satu kompleks dengan Stasiun Dongzhimen. Yang harus diperhatikan saat akan keluar dari stasiun kereta di Beijing adalah pintu keluar (exit). Anda harus memperhatikan penunjuk arah dengan seksama, karena salah pintu keluar Anda bisa berjalan cukup jauh untuk mencapai tujuan Anda.
Kami langsung mencari peron (platform) untuk Bus 916 Express yang menuju Huairou. Untungnya, kami cepat menemukan peron untuk bus ini. Setelah menunggu sekitar 15 menit, datanglah Bus 916 Express. Interval kedatangan bus ini memang tergolong lama karena Bus 916 Express menempuh perjalanan yang lumayan jauh ke Huairou. Untuk naik bus, saya harus berebut dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang mayoritas Warga Beijing. Sialnya Warga Beijing punya kebiasaan tidak tertib dalam mengantri. Meski sudah ada jalur antrian yang jelas, masih banyak yang suka menyerobot antrian. Bahkan, saya melihat ada seorang ibu dengan barang bawaaan yang cukup banyak dan antriannya jauh di belakang saya, dengan cueknya menyerobot antrian menuju paling depan. Saya sebenarnya sangat kesal dengan sikap ibu tersebut. Namun saya perhatikan, calon penumpang lainnya (Warga Beijing) santai saja diserobot antriannya. Mungkin, hal ini sudah biasa dalam budaya mereka.
Perjalanan bus menuju Huairou memakan waktu sekitar 1 ½ jam. Saat masih di dalam kota Beijing, perjalanan agak tersendat karena melewati beberapa titik kemacetan. Namun, begitu keluar dari Kota Beijing, perjalanan sangat lancar karena bus melewati jalan tol. Meski Beijing memiliki kereta bawah tanah (subway) dan jalan di sana lebar-lebar (minimal 4 lajur untuk satu arah), tetap saja ada kemacetan di beberapa tempat. Namun, kemacetannya tidak separah Jakarta.
Kami langsung disambut bapak-bapak yang menawarkan taksi ke Mutianyu, begitu turun di Terminal Huairou. Tentu saja saya menolak tawaran mereka karena saya berencana naik minibus. Sialnya, tak ada satu pun minibus yang mangkal di Termina Huairou saat itu. Dan lagi-lagi kami didatangi sopir taksi yang tadi sudah menawrakan taksi kepada kami, sambil membawa brosur Mutianyu Great Wall. Sayangnya, sopir taksi tersebut tak bisa berbahasa Inggris. Tawar-menawar pun kami lakukan dengan pena dan kertas. Dia menuliskan harga penawaran di secarik kertas, dan saya pun menawarnya dengan menuliskan harga di kertas juga. Hal ini terjadi beberapa kali sampai terjadi kesepakatan harga sebesar CNY 100 pergi-pulang ke Mutianyu. Ternyata ribet juga ya, mencapai Mutianyu Great Wall. Mencari taksi saja cukup ribet karena terkendala bahasa. Namun bagi saya, inilah seninya jalan-jalan tanpa ikut tur.
Jarak dari Huairou ke Mutianyu hanya sekitar 21 km. Dalam perjalanan saya memperhatikan rute dengan seksama karena takut bakal ditipu sopir taksi. Apalagi kami tak bisa berbahasa Mandarin dan Pak sopir tak bisa be bahasa Inggris. Sehingga komunikasi dengan Pak Sopir hanya dengan bahasa isyarat. Syukurlah, kekhawatiran kami tak terbukti. Kami tiba dengan selamat di Mutianyu dalam waktu sekitar 30 menit.
Pak Sopir mengantarkan kami ke loket penjualan tiket masuk Mutianyu Great Wall yang berada tak jauh dari tempat parkit. Kami langsung membeli tiket masuk dan tiket kereta gantung (cable car) pergi-pulang. Tiket masuk Mutianyu Great Wall CNY 45 per orang dewasa dan tiket kereta gantung CNY 60 (sekali jalan), CNY 80 (pergi - pulang). Dengan kondisi tubuh yang kurang prima karena kecapekan, jet lag, dan kurang tidur (lebih tepatnya tidak bisa tidur), kami tak mau ambil risiko jalan kaki menuju Great Wall. Soalnya, jaraknya masih sekitar 550 meter dari lokasi penjualan tiket dan kondisi jalannya juga mendaki terjal.
Peta rute perjalanan di Mutianyu Great Wall
Untuk mencapai lokasi stasiun kereta gantung, dari lokasi penjualan tiket, kami harus berjalan menanjak sekitar 150 meter. Tak lupa kami mampir ke toilet sebelum naik kereta gantung. Saya sudah menahan kencing sejak di bus karena kata orang-orang toilet umum di Cina sangat kotor dan jorok. Ternyata toilet umum di Mutianyu Great Wall sangat bersih dan wangi. Mungkin karena tujuan wisata internasional, makanya kebersihan toiletnya sangat dijaga.
Stasiun Kereta Gantung Mutianyu yang sepi
Stasiun Kereta Gantung Mutianyu sangat lengang ketika kami tiba. Tak ada calon penumpang lain selain kami berdua. Inilah salah satu alasan saya memilih Mutianyu daripada Badaling. Mutianyu lebih sepi turis tak seperti Badaling. Jadi, kami tak perlu ngantri untuk naik kereta gantung. Begitu kereta datang dan pintu dibuka oleh petugas, kami langsung meloncat masuk dan memilih tempat duduk yang menghadap ke depan. Yang harus diperhatikan, kereta gantung di Mutianyu tidak pernah benar-benar berhenti meski tiba di stasiun. Kereta tetap berjalan dengan tempo yang lebih lambat. Kalau mau naik/turun kereta, Anda harus cepat-cepat meloncat naik/turun begitu pintu dibuka oleh petugas. Jadi, bagi kaum perempuan sebaiknya jangan memakai rok panjang yang sempit, agar bisa naik turun kereta gantung dengan mudah.
Kereta gantung di Mutianyu merupakan kereta gantung terbaik di Great Wall. Keretanya berupa kereta tertutup dengan jendela kaca. Dengan warna jingga cerah, kereta ini nampak cantik dan mencolok. Perjalanan menuju ke Great Wall yang jaraknya sekitar 550 meter memakan waktu tak sampai 10 menit dengan kereta gantung. Jadi benar-benar menghemat waktu dan tenaga Anda. Asyiknya lagi, pemandangan indah akan menemani perjalanan Anda di kereta gantung.
Mutianyu Great Wall mendapat predikat AAAAA
Prasasti bertuliskan “National Tourist Attraction of Mutianyu Great Wall” dengan predikat AAAAA, menyambut kedatangan kami di sebuah pelataran, di atas stasiun. Tepat di belakang prasasti tersebut, tembok besar berdiri dengan gagah dan meliuk-liuk dengan indah mengikuti punggung gunung. Tanpa dikomando, saya dan teman bergantian berfoto di depan prasasti tersebut, sebagai bukti otentik bahwa kami telah mengunjungi Mutianyu Great Wall. Asyiknya lagi, tak banyak turis yang ada di sana sehingga kami bisa berfoto dan memotret dengan leluasa.
Mutianyu Great Wall dengan beberapa menara pengintainya
Selesai berfoto, kami segera berjalan menuju Great Wall. Dari pelataran ini ada 2 pilihan rute menjelajah Mutianyu Great Wall, rute ke kiri atau kanan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Rute ke kanan lebih panjang (jauh) tapi pemandangannya biasa saja. Sedangkan rute ke kiri lebih pendek (dekat) tapi lebih menantang karena jalurnya naik turun berkelok-kelok dan pemandangannya lebih menawan.
Pemandangan indah dari salah satu menara pengintai di Mutianyu Great Wall
Karena menyukai tantangan, pastinya saya dan teman memilih rute ke kiri. Dan pilihan kami ternyata sangat tepat. Baru menginjakkan kaki di Great Wall, kami disambut dengan jalur yang menurun dan tembok yang terlihat meliuk-liuk naik turun. Beberapa menara pengintai juga nampak di kejauhan. Total menara pengintai di Mutianyu Great Wall ada 23 buah, dengan jarak antar menara pengintai 180 - 270 meter. Kalau Anda datang ke Great Wall dengan kereta gantung seperti saya, Anda akan tiba di dekat menara pengintai yang ke-14.
Mutianyu Great Wall yang meliuk-liuk di punggung gunung
Kami terus berjalan melewati beberapa menara pengintai. Di beberapa spot yang menarik, terutama di menara pengintai yang arsitekturnya unik, kami berhenti untuk foto-foto. Cuaca yang cerah (dengan sedikit kabut) dan udara yang sejuk, membuat acara jalan-jalan di Great Wall semakin menyenangkan. Justru tubuh kami menjadi lebih hangat karena berjalan melewati rute yang naik turun dan terkena sinar matahari.
Tanjakan paling terjal di Mutianyu Great Wall
Ada satu rute yang sangat menantang di Mutianyu Great Wall. Rute ini berupa tanjakan yang sangat terjal, dengan kemiringan melebihi 45 derajat. Parahnya lagi rute ini cukup panjang sehingga sering membuat para turis menyerah dan membatalkan niatnya mencapai titik tertinggi Mutianyu Great Wall. Lebih-lebih bagi mereka yang sudah berumur. Untunglah, kami berhasil melewati rute menantang ini meski dengan ngos-ngosan dan berhenti beberapa kali.
Siap-siap mendaki tanjakan paling terjal di Mutianyu Great Wall
Tepat di atas tanjakan terjal ini terdapat menara pengintai yang menjadi tempat peristirahatan para turis. Dari tempat inilah, panorama Mutianyu Great Wall yang mencengangkan menanti kami. Great Wall yang meliuk-liuk di lereng dan punggung gunung terhampar di hadapan kami. Anehnya lagi, ada pedagang souvenir di tempat tersebut. Souvenirnya pun cukup beragam, mulai dari gantungan kunci, magnet kulkas, kartu pos hingga boneka panda. Selain berjualan souvenir, pedagang tersebut juga berjualan makanan dan minuman ringan. Dia juga mengibarkan Bendera Cina yang cukup besar di sebuah tiang. Tak pelak lagi, bendera tersebut pun jadi lokasi favorit para turis untuk berfoto. Saya dan teman juga ikut-ikutan berfoto dengan latar belakang Bendera Cina yang berkibar tersebut.
Souvenir di salah satu tempat tertinggi di Mutianyu Great Wall
Menara pengintai di mana terdapat penjual souvenir, bukan titik tertinggi Mutianyu Great Wall karena masih ada tiga menara lagi setelahnya. Namun, biasanya para turis berhenti di menara pengintai ke-20 karena sudah kecapekan dan Great Wall yang di sebelah atas juga tidak terlalu istimewa. Saya dan teman juga berhenti di menara pengintai ini. Kami benar-benar menikmati keindahan Mutianyu Great Wall dari menara pengintai ke-20 ini. Kami menikmati panorama indah yang terbentang di sekeliling kami sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang kami bawa. Memang benar kata orang-orang bahwa Mutianyu Great Wall merupakan salah satu bagian terindah dari Great Wall of China. Temboknya masih dalam keadaan utuh dan terawat, panoramanya menakjubkan, dan yang lebih penting (bagi saya) suasananya cukup sepi sehingga memudahkan acara hunting foto.
Getting There
Untuk mencapai Mutianyu Great Wall tanpa ikut paket tur, cukup mudah. Anda bisa naik Bus Nomor Nomor 936 (April – November) yang langsung menuju Mutianyu Great Wall atau 916 Express (sepanjang tahun) menuju Huairou, dari Terminal Bus Dongzhimen (satu kompleks dengan Stasiun Subway Dongzhimen). Dari Huairou, lanjutkan perjalanan ke Mutianyu dengan taksi atau minibus.Tarif taksi ke Mutianyu sekitar CNY 60 pergi-pulang, sedangkan minibus biasanya CNY 20 per orang pergi-pulang (dengan tawar-menawar).
Things to Know
Jam buka : 07.00 – 18.00 (April - Oktober)
07.30 – 17.30 (November - Maret)
Tiket masuk : CNY 45 (sekitar Rp 67.950,00)
Tiket cable car : CNY 60 (sekali jalan), CNY 80 (pergi-pulang)
• Perjalanan dari Beijing ke Mutianyu Great Wall memakan waktu sekitar 2 jam. Jadi, usahakan untuk datang pagi-pagi sekali agar Anda lebih leluasa menjelajah Mutianyu Great Wall.
• Mutianyu Great Wall berada di pegunungan, sehingga angin cukup kencang dan suhu udaranya cukup dingin. Jangan lupa bawa jaket dan syal ketika berkunjung ke sana!
• Bawa bekal minuman yang cukup, terutama bagi Anda yang ingin mencapai titik tertinggi Mutianyu Great Wall karena jalurnya lumayan jauh dan di beberapa tempat tanjakannya sangat curam.
• Di sekitar Mutianyu Great Wall banyak terdapat penjual souvenir khas Great Wall (Cina) dan sejumlah restoran. Bila Anda tak masalah dengan kehalalan makanan dan minuman yang nggak jelas, Anda bisa makan di restoran tersebut.
• Mata uang Cina adalah Yuan Renminbi (Chinese Yuan), sering disingkat CNY atau RMB. Nilai tukar Yuan terhadap Rupiah saat ini adalah sekitar Rp 1.550,00 per 1 Yuan. (edyra)***
hi mas bro, mau tanya diStasiun Dongzhimen itu ada penitipan tas ga, rencananya mau langsung dari bandara explore great wall ?
ReplyDeleteThanks
Kurang tahu. Soalnya dulu saya cuma bawa backpack, jadi nggak perlu nitipin tas. Coba cari di google aja! Tapi masalahnya sebagian besar orang Cina nggak bisa Bahasa Inggris.
ReplyDeleteTarif taksina 60cny itu pergi pulang? Jadi taksinya nunggu di mutianyu nya? Taksinya nunggu berapa lama yah?
ReplyDeleteTergantung kepandaian menawar. Kalau Anda bisa Bahasa Mandarin mungkin bisa dpt murah. Tapi sebaiknya bayar sekali jalan aja. Kalaupun Anda sudah sepakat harga PP, bayar setengahnya aja dulu, kalau dia minta bayaran saat berangkat. Soalnya banyak sopir taxi nakal, yang langsung kabur setelah dibayar full.
ReplyDeleteGreat post about Mutianyu great wall. Yes, the Mutianyu Great Wall section is so popular than other sections. It is situated in Beijing’s Huairou district and has about sixteen spots that are scenic and brilliant cultures with a long history. With the help of the operators you can visit less crowded routes. Beijing Great Wall Tours marks it is an important spot to visit among others places in the world. It is the display of the strongest Chinese military forces is prime attraction in this spot.
ReplyDelete