Tuesday, 18 February 2014

SERUNYA TERBANG DENGAN PESAWAT MUNGIL SUSI AIR



 Berpose sejenak di depan Pesawat Cessna Grand Caravan 208, di Bandara Tardamu, Pulau Sabu

Karena tuntutan pekerjaan (dan hobi jalan-jalan), saya sering melakukan perjalanan dengan pesawat. Berbagai jenis pesawat sudah pernah saya naiki, mulai dari Airbus, Boeing, Bombardier CRJ (Canadair Regional Jet), Fokker, hingga ATR (Aerei da Trasporto Regionale or Avions de Transport Régional) dalam berbagai serinya. Namun, terbang dengan pesawat super mungil seumur-umur baru saya alami sekali, yaitu dalam penerbangan dari Bandara El Tari, Kupang menuju Bandara Tardamu, Kota Seba, Pulau Sabu. Saya dan rekan kerja terpaksa naik pesawat mungil Cessna Grand Caravan 208 dengan kapasitas penumpang hanya 12 orang, milik maskapai Susi Air, karena hanya maskapai inilah yang melayani rute Kupang - Sabu.

Terbang dengan pesawat mini Cessna Grand Caravan 208 ternyata penuh kejutan. Kejutan pertama terjadi saat kami masih di jalan, dalam perjalanan ke bandara. Karena suatu hal, kami berangkat ke bandara agak telat. Dengan jumlah penumpang hanya 12 orang, dan saat itu mungkin tinggal kami yang belum check in (padahal waktu sudah mepet), saya ditelpon oleh Susi Air, menanyakan posisi saya ada di mana. Saya pun jawab, sudah di jalan menuju bandara. Memasuki bandara, saya ditelpon lagi oleh Susi Air untuk memastikan saya berada di mana. Saya pun jawab, sudah sampai di bandara. Saya jadi merasa seperti orang penting, yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya.  

Kejutan kedua terjadi pada saat check in. Tidak seperti saat naik pesawat ‘biasa’, yang pada saat check in hanya perlu menyerahkan tiket dan menimbang bagasi, naik pesawat mungil penumpang (orang) beserta seluruh barang bawaan, baik bagasi maupun tas/barang yang akan dibawa di kabin harus ditimbang. Bagi yang badannya langsing seperti saya, nyantai-nyantai aja disuruh nimbang badan. Mungkin bagi yang berat badannya berlebih yang akan malu-malu disuruh nimbang badan.

Kejutan ketiga terjadi saat boarding. Karena jumlah penumpang hanya 12 orang, antrian boarding sangat sepi. Penumpang (termasuk kami) bisa melenggang dengan santai menuju pesawat tanpa harus desak-desakan atau saling menyerobot antrian.

Kejutan selanjutnya, terjadi saat akan naik pesawat. Walaupun sudah diumumkan agar segera naik pesawat, penumpang tidak bisa naik pesawat. Penumpang dikumpulkan terlebih dahulu di depan tangga pesawat. Kemudian pilot mengucapkan salam kepada seluruh penumpang dan meminta waktu kepada penumpang untuk memperhatikan peragaan keselamatan yang akan dilakukan oleh kru pesawat Susi Air. Selanjutnya seorang kru pesawat memperagakan cara memakai sabuk keselamatan dan pelampung seperti pramugara/pramugari karena di dalam pesawat nantinya tidak ada pramugara/pramugari yang ikut, karena saking kecilnya ukuran pesawat.

 Aktivitas pilot bisa dilihat dengan jelas oleh penumpang pesawat Susi Air

Setelah peragaan keselamatan selesai, seluruh penumpang dipersilakan naik ke dalam pesawat dengan tempat duduk bebas (free seat). Formasi tempat duduk, terdiri dari empat baris. Tiap baris terdiri dari satu kursi di sebelah kiri dan dua di sebelah kanan. Khusus tempat duduk paling belakang tiga kursinya tidak terpisah (menyatu). Antara ruang pilot (cockpit) dan ruang penumpang tidak dipisahkan sekat apa pun. Jadi, mirip angkot/bus kota, di mana penumpang bisa melihat semua aktivitas pilot. Saya yang memilih duduk persisi di belakang pilot tentunya bisa melihat semua aktivitas pilot dengan jelas.

 Panorama Pulau Sabu dilihat dari pesawat

Naik pesawat super mini ternyata “ngeri-ngeri sedap”. Suara dan getaran mesinnya cukup berisik di telinga, makanya kedua pilot memakai headphone untuk meredam suara berisisk tersebut. Sayangnya saat itu, saya tidak membawa earphone. Dengan ruang pandang ke luar yang luas, setiap manuver dan gerakan pesawat juga terasa. Misalnya, saat pesawat miring untuk berbelok atau ketika pesawat menembus awan. Namun, dibalik sejumlah kekurangan/ketidaknyamanannya, naik pesawat mungil juga ada kenikmatan tersendiri. Karena terbangnya tidak terlalu tinggi, kami bisa melihat pemandangan di bawah dengan jelas. Pantai, laut hingga pulau-pulau kecil bisa terlihat dengan jelas sehingga cukup menyegarkan mata. Makanya, sejak duduk di pesawat, kamera sudah siap di tangan untuk memotret panorama indah yang terebentang di bawah.

Sekitar 40 menit terbang, daratan Pulau Sabu mulai kelihatan. Bukit-bukit hijau, pantai berpasir putih hingga rumah-rumah penduduk yang masih jarang-jarang, terlihat dengan jelas. Landas pacu bandara yang panjangnya hanya 900 meter juga terlihat jelas. Dan tak lama kemudian, pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Tardamu, Kota Seba, Pulau Sabu.

Landasan pacu Bandara Tardamu yang panjangnya hanya 900 meter
Turun dari pesawat, ada kejutan lagi bagi penumpang Susi Air. Karena saat itu gedung terminal Bandara Tardamu yang sangat kecil sedang dibangun, tak ada gedung lain bagi penumpang untuk berteduh. Yang ada hanya tenda sementara di atas rumput dengan beberapa kursi di di bawahnya. Penumpang yang menunggu bagasi/jemputan bisa memanfaatkan tenda tersebut dari teriknya matahari Pulau Sabu. 

 Tenda untuk berteduh penumpang karena gedung terminal Bandara Tardamu, Sabu sedang dibangun

Kejutan terakhir, tidak ada taksi/angkot yang akan membawa penumpang ke Kota Seba. Satu-satunya alat transportasi adalah ojek. Jadi, sebagian besar penumpang sudah ada penjemputnya masing-masing. Karena kami tidak ada penjemput, mau tak mau kami harus naik ojek. Sebenarnya saat itu, kami akan dijemput teman. Namun, karena saat kami mendarat di Sabu ponsel saya tidak ada sinyal sama sekali, saya tidak bisa menghubungi teman saya. Daripada harus kepanasan di bawah tenda, kami memilih untuk naik ojek ke hotel. Toh, jaraknmya tak begitu jauh. Paling hanya sekitar 3 km. Jarak bandara ke pusat kota hanya sekitar 2 km. Bila Anda tidak membawa tas/kopor/barang yang berat dan tahan akan cuaca panas, tak ada salahnya Anda berjalan kaki menuju pusat Kota Seba.

Itulah pengalaman saya terbang dengan pesawat mungil Cessna Grand Caravan 208 milik Susi Air. Seru dan penuh kejutan. Anda tertarik mencoba? (edyra)***

1 comment:

  1. wow, enak ya bisa jalan2 kemana-mana, jadi pengen :(
    Sebenarnya karimun jawa itu dimana sih? Di jepara kota ukir atau dimana? Sudah saya cek jadwal kapal terbaru tapi masih bingung, apalagi dengan harga paket wisata 2015, apa liburan ke karimunjawa bisa 2 hari 1 malam3 hari 2 malam, atau 4 hari 3 malam? Rencana sih saya mau backpacker sendiri, tapi istri saya malah ngajak honeymoon di hotel karimunjawa. Yang penting saya nyoba ikut wisata karimunjawa ah, siapa tahu dapat harga paket murah, ikut paket homestay juga nggak apa-apa hihihi...

    ReplyDelete