Menikmati keindahan Kelebba Maja
Tebing berukir indah berwarna gradasi merah marun, pink, coklat, dan kelabu itu tampak
jelas dari jalan raya, terutama di sisi sebelah kanan, karena tertimpa sinar
matahari. Pilar-pilar batu berwarna merah muda dengan puncak berbentuk mirip jamur
berwarna merah tua juga tampak seksi menggoda. Rasanya bahagia tak terkira bisa
menemukan salah satu keajaiban alam yang letaknya sangat tersembunyi ini.
Perjuangan berat untuk mencapai tempat ini terbayar lunas begitu saya bisa
melihat dengan mata kepala sendiri tebing dan pilar-pilar batu yang sangat
mempesona ini. Saya ingin segera mendekati, menyentuh, dan mencumbunya. Namun,
saya masih harus bersabar, karena lokasi itu berada nun jauh di bawah sana.
Saya masih harus berjalan menuruni bukit, menyusuri jalan setapak beberapa
ratus meter di antara tanaman berduri, dengan rute yang berliku-liku dan tak
begitu jelas. Untunglah saya bersama Pak Nelson yang sudah paham betul rute
jalan menuju tempat itu. Jadi tak perlu
khawatir akan tersesat. Memang, tak ada jalan pintas menuju surga.
Kelebba Maja, nama tempat yang saya maksud. Tempat
ajaib ini berada di Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Saya mengetahui nama tempat ini dari Pak Nelson, pegawai Dinas Pariwisata
Kabupaten Sabu Raijua, pada saat kunjungan kedua ke Pulau Sabu. Perkenalan saya
dengan tempat ini, berawal dari foto-foto yang saya lihat di laptop milik teman
yang asli Sabu, bernama Pak Nico. Anehnya, beliau tidak tahu nama tempat
tersebut. Pak Nico hanya tahu nama desa di mana Kelebba Maja berada tapi tidak
tahu persis letaknya di sebelah mana. Saat kunjungan pertama ke Pulau Sabu tidak
sempat mampir ke tempat ini karena keterbatasan waktu. Karena itulah, saya
penasaran setengah mati. Saya pun bertekad, suatu hari nanti harus mengunjungi
tempat ini, saat berkunjung ke Sabu lagi.
Empat bulan kemudian, tak disangka-sangka saya
berkesempatan mengunjungi Pulau Sabu lagi. Tentunya, saya mengangendakan waktu
khusus untuk mengunjungi Kelebba Maja. Saya pun langsung menghubungi teman lama
(Pak Nico), untuk menemani saya ke sana. Asyiknya, Pak Nico siap mengantar saya
mengunjungi Kelebba Maja. Namun, dia
sudah agak lupa jalan menuju Kelebba Maja karena hanya sekali mengunjungi
tempat itu dan itu pun sudah lama sekali. Tak apalah, yang penting ada teman
yang menemani saya mengunjungi tempat impian.
Jalan rusak dengan pemandangan menarik menuju Kelebba Maja
Tepat jam 08.30 pagi, di Hari Minggu yang cerah,
saya dan Pak Nico berangkat dari Kota Seba. Kami naik sepeda motor, Pak Nico
yang menjadi pengendaranya. Pak Nico mengarahkan kendaraan melewati jalan utama
yang membelah Pulau Sabu dan menghubungkan Kota Seba dengan Kecamatan Liae dan Kecamatan
Hawu Mehara. Meski namanya jalan utama, jangan Anda bayangkan jalannya bagus
dan mulus seperti jalan-jalan di Pulau Jawa. Sekitar 12 km pertama, kondisi
jalan masih lumayan bagus, dengan aspal yang cukup mulus. Setelah melewati
Bukit Lede Pemulu (salah satu titik tertinggi di Sabu, kondisi jalan mulai
rusak, aspal jalan banyak yang terkelupas di sana-sini. Padahal jalan mulai
berkelok-kelok, naik turun bukit.
Sampai di pertigaan jalan Desa Ledeke, Pak Nico
membelokkan kendaraan ke arah kanan. Karena tidak ingat persis lokasi Kelebba
Maja yang berada di Desa Raerobo, Pak Nico bertanya arah jalan menuju ke sana,
kepada sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Sayangnya, mereka tak
ada yang tahu keberadaan tempat tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Selanjutnya, beberapa kali kami bertanya lokasi Kelebba Maja kepada beberapa
orang yang kami temui di jalan, semuanya kompak menjawab tidak tahu lokasi
tersebut. Mereka hanya tahu arah jalan menuju Desa Raerobo tapi tidak tahu letak
Kelebba Maja.
Bukit berwarna pink kecoklatan di Desa Ledeke
Kami tetap melanjutkan perjalanan meski tidak tahu
dengan pasti rute jalan menuju Kelebba Maja, sambil sesekali berhenti untuk
motret ketika melihat pemandangan menarik. Salah satunya, kami berhenti di
dekat sebuah bukit cantik yang berada di pinggir jalan Desa Ledeke. Bukit
dengan lekuk-lekuk indah tersebut, menarik perhatian saya karena berwarna merah
muda kecoklatan (peach). Bukit ini
rada mirip dengan Kelebba Maja, namun minus pilar-pilar batu berpayung. Di
Pulau Sabu memang banyak tanah yang berwarna peach seperti itu. Belakangan, setelah saya keliling pulau Sabu,
saya menjumpai beberapa tempat dengan tanah berwarna merah peach.
Setelah mengambil gambar bukit cantik tersebut,
kami segera melanjutkan perjalanan kembali. Rute yang kami lewati menanjak
dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Tiba di sebuah pertigaan dengan
jalan tanah, Pak Nico membelokkan sepeda motor ke arah kiri. Rute yang kami
lewati lebih menantang. Jalan berkelok-kelok naik turun bukit, dengan kondisi
jalan berubah-ubah, mulai dari jalan tanah, jalan berbatu hingga jalan yang di-paving (semen) di kanan kiri. Bahkan
beberapak kali kami harus menyeberangi sungai kering tanpa jembatan. Panorama
di kanan kiri jalan sangat menarik. Mulai dari rumah-rumah penduduk berdinding
bambu dan beratap ilalang, bukit-bukit gersang dengan sapi dan kuda yang
merumput, hingga laut biru di kejauhan. Sayangnya, kami tidak bisa menemukan
Kelebba Maja yang kami cari-cari. Bertanya kepada penduduk juga tidak ada yang
tahu. Kami pun kembali ke Seba dengan kecewa. Kelebba Maja yang saya mimpikan
sejak lama, tak ketemu juga.
Savana dengan kuda-kuda merumput yang kami temui di jalan saat menuju Kelebba Maja
Saat duduk-duduk santai di hotel, selesai makan
siang, saya mendapat SMS dari Pak Kettu Makaba, penjaga Gua Lie Madira yang
saya temui kemarin. Dia menanyakan, apakah saya sudah jadi mengunjungi Kelebba Maja.
Saya jawab belum, karena tidak berhasil menemukannya. Pak Kettu pun ikut
prihatin karena saya gagal menemukan Kelebba Maja. Saya minta tolong kepada
Pak Kettu, kalau ada temannya yang tahu pasti lokasi Kelebba Maja, agar mau
mengantarkan saya ke sana. Dia meminta waktu sebentar, untuk menghubungi
temannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua, yang tahu lokasi Kelebba
Maja. Setelah itu akan menghubungi saya lagi.
Beberapa saat kemudian, Pak Kettu menghubungi saya
lagi. Dia berhasil menghubungi Pak Nelson,
temannya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua. Namun, dia tidak
berani memastikan apakah Pak Nelson bisa mengantarkan saya ke Kelebba Maja atau
tidak karena Pak Nelson masih ada acara dengan teman-teman kantornya. Setelah
acara selesai, Pak Kettu akan mengajak Pak Nelson menemui saya di hotel.
Jam 14.45 Pak Kettu datang ke hotel bersama
Pak Nelson. Setelah berkenalan, Pak Nelson bertanya kepada saya, kapan akan
kembali ke Kupang. Saya pun menjawab besok, makanya kalau bisa hari ini harus
mengunjungi Kelebba Maja. Pak Nelson pun iba melihat saya dan bersedia mengantarkan
saya ke Kelebba Maja. Namun, beliau meminta waktu sebentar untuk ganti baju dan
mengambil air minum di rumahnya.
Tak lama kemudian Pak Kettu dan Pak Nelson
menjemput saya di hotel. Mereka mengajak berangkat segera agar tidak
kemalaman di jalan. Pasalnya kondisi jalan menuju Kelebba Maja tidak bagus. Namun,
beliau akan membeli sirih pinang dulu untuk sesaji di Kelebba Maja. Kelebba
Maja memang masih disakralkan Warga Sabu karena tempat itu merupakan lokasi untuk
menyelenggarakan berbagai upacara adat (misalnya upacara meminta hujan) dan
tempat pemujaan Dewa Maja, salah satu dewa yang dipercaya Orang Sabu.
Tepat pukul 15.15 kami meninggalkan Kota Seba
menuju Kelebba Maja. Rute yang kami lalui persis sama seperti yang tadi pagi
saya lewati bersama Pak Nico. Namun, setelah melewati sungai yang tanpa
jembatan di sebuah desa yang berada di lembah (saya tidak tahu namanya karena
tidak ada plang nama desa), kami berjalan lurus terus (sementara tadi pagi, saya
dan Pak Nico belok kanan hingga menemui jalan raya yang beraspal). Rupanya
kesalahan kami tadi pagi adalah di pertigaan desa yang saya tidak tahu namanya.
Dari pertigaan desa tersebut, Kelebba Maja hanya tinggal beberapa kilometer
lagi, tapi kondisi jalan semakin buruk, berupa jalan tanah berbatu yang
menanjak terjal tanpa aspal sama sekali.
Pantai Wadumea dilihat dari kejauhan
Tak berapa lama kemudian, kami tiba di sebuah jalan
dengan pemandangan yang menakjubkan. Dua pantai berpasir putih nampak di kejauhan
(di sebelah selatan) dan tebing berukir dengan lekuk-lekuk yang unik dan warna-warni
cantik di sebelah kiri jalan, nun di bawah sana. Pak Nelson yang memimpin
perjalanan, memarkir sepeda motornya di tempat yang agak lapang di sebelah kiri
jalan. Dia memberi tahu bahwa kami telah tiba di Kelebba Maja, tempat yang saya
impikan selama ini. Saya bersorak kegirangan seperti anak kecil yang mendapat
mainan baru. Bagaimana tidak gembira, bila tempat yang selama ini kita cari dengan
susah payah, akhirnya ketemu juga. Namun, tebing-tebing warna-warni dengan
pilar-pilar batu bak cendawan itu berada jauh di lembah bawah sana. Kami masih
harus menuruni tebing dengan jalan setapak yang tak begitu jelas karena jarang
dikunjungi orang.
Kelebba Maja dilihat dari kejauhan
Setelah Pak Kettu menaruh sesaji, berupa sirih
pinang di dekat sebuah pohon, kami segera berjalan menuruni bukit. Kelebba Maja
bukan tempat wisata sembarangan. Tempat ini masih dianggap keramat oleh Warga
Sabu karena merupakan tempat untuk pemujaan terhadap Dewa Maja dan tempat untuk
menyelenggarakan berbagai upacara adat. Turis ataupun pengunjung yang ingin
mengunjungi Kelebba Maja harus diitemani pemandu/Warga Sabu.
Kelebba Maja, salah satu keajaban alam di Indonesia
Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, menyusuri
jalan setapak yang penuh pohon berduri di kanan kirinya, akhirnya kami
benar-benar tiba di Kelebba Maja. Pilar-pilar batu dengan warna-warni menarik benar-benar
di depan mata saya. Lagi-lagi, Pak Kettu menaruh sirih pinang, di sebuah pilar
batu berbentuk mirip cendawan. Setelah itu, beliau mempersilakan saya menjelajah
dan memotret tempat tersebut.
Pilar-pilar batu bertopi mirip jamur di Kelebba Maja
Berada di lembah dengan tebing-tebing berukir
cantik penuh warna dan pilar-pilar batu mirip jamur di hadapan, membuat saya
takjub. Sesaat saya bengong, tak bisa berkata-kata. Saya seperti tak percaya
dengan pemandangan bak di negeri dongeng, yang ada di depan saya. Saya
benar-benar bersyukur bisa menyaksikan dengan mata kepala sendiri, salah satu
keajaiban alam yang dimiliki Indonesia ini. Mungkin Tuhan sedang tersenyum saat
menciptakan Kelebba Maja, sehingga tercipta pahatan alam yang begitu
menakjubkan. Sambil memotret-motret, saya berdoa dalam hati, semoga Kelebba
Maja tetap alami seperti ini dan bebas dari tangan-tangan jahil yang merusak
keindahannya.
Tebing berukir warna-warni di Kelebba Maja
Sedang asyik-asyiknya memotret, Pak Kettu memanggil
saya untuk segera meninggalkan Kelebba Maja karena hari sudah sore. Bahkan Pak
Nelson sudah berjalan cukup jauh meninggalkan kami. Saya pun menuruti
kemauannya, walau dengan berat hati. Sambil berjalan, saya terus
memotret-motret tebing dan pilar-pilar batu nan unik tersebut. Sebenarnya, saya
belum puas dan masih ingin berlama-lama mengagumi keindahan Kelebba Maja.
Namun, melihat matahari yang semakin condong ke barat dan mengingat jalan
panjang (dan tidak bagus) yang harus saya tempuh untuk kembali ke hotel, terpaksa
saya meninggalkan Kelebba Maja. Kelak, saya pasti akan merindukan tempat ini.
Sambil berjalan mendaki bukit menuju jalan raya, dalam hati saya berjanji, saya
pasti akan kembali ke Kelebba Maja.
How to Get There
Untuk mengunjungi Kelebba Maja di Pulau Sabu, Anda
harus terbang dulu ke Kupang, NTT. Selanjutnya dari Kupang ada tiga pilihan
moda transportasi menuju Sabu. Pilihan pertama adalah dengan pesawat Susi Air
(www.susiair.com). Ini adalah cara tercepat dan termahal mencapai Kota Seba
(Sabu) tapi dengan jadwal yang pasti. Susi Air terbang ke Sabu setiap hari tapi
kapasitas penumpangnya hanya 12 orang. Jadi Anda harus memesan tiket jauh-jauh
hari agar kebagian tiket. Pilihan kedua dengan kapal cepat yang berangkat dari
Pelabuhan Tenau, dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Sayangnya kapal cepat
ini hanya beroperasi seminggu dua kali, yaitu hari Senin dan Jumat beragkat
dari Kupang dan kembali ke Kupang keesokan harinya (Selasa dan Sabtu). Pilihan
terakhir adalah dengan ferry yang berangkat dari Pelabuhan Bolok, dengan lama
perjalanan sekitar 14 jam. Ferry ini juga hanya beroperasi seminggu dua kali,
yaitu Hari Senin dan Jumat. Bagi Anda yang memiliki waktu banyak, Anda bisa
memilih kapal cepat atau ferry. Namun, Anda yang memiliki waktu terbatas,
satu-satunya cara adalah dengan menggunakan pesawat. Selanjutnya dari Kota
Seba, Anda bisa mencari pemandu (guide)
yang bisa mengantarkan Anda ke Kelebba Maja. (edyra)***
Ini keren sekali ...
ReplyDeleteAlam Indonesia memang luar biasa
ReplyDeleteMang sabu masih banyak pnrama alm yg sangat menarik pak..
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteIndonesia indah.
ReplyDeletepemandangan yang menakjubkan..butuh perhatian dari pemerintah bro.Sabu kaya wisata
ReplyDeleteijin save foto2nya.
terima kasih
ReplyDelete