Gili Lawang adalah sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang terletak sekitar 3 km di sebelah timur laut Pulau Lombok. Pulau seluas 483 hektar ini berada di lepas pantai Dusun Tekalok, Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Jaraknya sekitar 85 km dari Kota Mataram. Untuk mencapai Gili Lawang, kita harus menuju Dusun Tekalok, yang bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama 2 sampai 3 jam dari Mataram. Dari Tekalok, kita bisa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu motor atau speedboat selama 15 menit.
Saya dan teman-teman mengunjungi Gili Lawang pada hari Sabtu, 20 Agustus 2005. Kita naik sepeda motor ramai-ramai ke pulau ini. Kalau nggak salah ada 8 motor, dengan jumlah peserta 16 orang. Pesertanya adalah saya, Mas Tovic, Oppie, Nanik, Agus, Andi, Hargoto, Irvan, Lucky, Prima, Tamim, Kasno, Om John, Mbak Ndari, Danny & temannya Danny (maaf, saya lupa namanya). Petualangan kali ini akan menjadi perjalanan keliling Lombok terakhir bareng teman-teman di Lombok, karena sebentar lagi saya akan pindah ke Jakarta. Mengingat hal ini, saya jadi sedih (hiks...hiks ...). Saya akan berpisah dengan teman-teman yang selama tiga tahun ini selalu bersama-sama menjelajahi tempat-tempat cantik dan eksotis di seluruh penjuru Pulau Lombok. Saya pasti akan sangat merindukan kegiatan ini, berpetualang rame-rame naik sepeda motor keliling Lombok.
Saya dan teman-teman mengunjungi Gili Lawang pada hari Sabtu, 20 Agustus 2005. Kita naik sepeda motor ramai-ramai ke pulau ini. Kalau nggak salah ada 8 motor, dengan jumlah peserta 16 orang. Pesertanya adalah saya, Mas Tovic, Oppie, Nanik, Agus, Andi, Hargoto, Irvan, Lucky, Prima, Tamim, Kasno, Om John, Mbak Ndari, Danny & temannya Danny (maaf, saya lupa namanya). Petualangan kali ini akan menjadi perjalanan keliling Lombok terakhir bareng teman-teman di Lombok, karena sebentar lagi saya akan pindah ke Jakarta. Mengingat hal ini, saya jadi sedih (hiks...hiks ...). Saya akan berpisah dengan teman-teman yang selama tiga tahun ini selalu bersama-sama menjelajahi tempat-tempat cantik dan eksotis di seluruh penjuru Pulau Lombok. Saya pasti akan sangat merindukan kegiatan ini, berpetualang rame-rame naik sepeda motor keliling Lombok.
Kami berangkat dari Mataram sekitar jam 08.00 pagi. Perjalanan ke Gili Lawang sangat menyenangkan. Kami sempat berhenti beberapa kali di tengah jalan, di antaranya untuk mengisi bensin di Pompa Bensin PT. Rintam Minuta Raya langganan kita dan sekedar berfoto bila melihat pemandangan yang menarik. Tengah hari kita sampai di Dusun Tekalok, dusun terdekat dengan Gili Lawang. Dari Tekalok, kita harus menyeberangi selat Sugian dengan perahu motor atau speedboat untuk sampai ke Gili Lawang.
Sesampainya di Tekalok, teman-teman segera mencari perahu motor atau speedboat yang akan mengantar kami ke Gili Lawang. Tidak seperti di Bangsal (pelabuhan penyeberangan ke Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan), di Tekalok tidak tersedia perahu motor (public boat) yang terjadwal pemberangkatannya setiap hari. Kami harus menyewa/mencarter perahu motor atau speedboat untuk menuju Gili Lawang ataupun Gili Sulat. Tujuan kami kali ini adalah Gili Lawang. Kalau ada sisa waktu, baru mampir ke Gili Sulat. Tugas negosiasi dengan pemilik speedboat dilakukan oleh teman-teman yang bisa Bahasa Sasak (biar dapat harga yang murah). Bukan apa-apa, para pemilik perahu biasanya mengenakan tarif yang lebih mahal untuk para turis. Setelah terjadi kesepakatan harga, kami segera berlayar menuju Gili Lawang. Kami dibagi dalam dua kloter (lebih tepatnya klober, kelompok berlayar) karena speedboat-nya nggak memungkinkan kami berenam belas naik bersamaan. Pastinya saya ikut kloter yang pertama, karena sudah nggak sabar ingin segera menjelajahi Gili Lawang.
Sesampainya di Tekalok, teman-teman segera mencari perahu motor atau speedboat yang akan mengantar kami ke Gili Lawang. Tidak seperti di Bangsal (pelabuhan penyeberangan ke Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan), di Tekalok tidak tersedia perahu motor (public boat) yang terjadwal pemberangkatannya setiap hari. Kami harus menyewa/mencarter perahu motor atau speedboat untuk menuju Gili Lawang ataupun Gili Sulat. Tujuan kami kali ini adalah Gili Lawang. Kalau ada sisa waktu, baru mampir ke Gili Sulat. Tugas negosiasi dengan pemilik speedboat dilakukan oleh teman-teman yang bisa Bahasa Sasak (biar dapat harga yang murah). Bukan apa-apa, para pemilik perahu biasanya mengenakan tarif yang lebih mahal untuk para turis. Setelah terjadi kesepakatan harga, kami segera berlayar menuju Gili Lawang. Kami dibagi dalam dua kloter (lebih tepatnya klober, kelompok berlayar) karena speedboat-nya nggak memungkinkan kami berenam belas naik bersamaan. Pastinya saya ikut kloter yang pertama, karena sudah nggak sabar ingin segera menjelajahi Gili Lawang.
Setelah mengarungi Selat Sugian sekitar 15 menit, sampai juga kami di Gili Lawang. Kami mendarat di sebuah pantai berpasir putih yang sepi, di salah satu sudut Gili Lawang. Saat kami tiba, tidak ada pengunjung lain selain rombongan kami. Jadi benar-benar seperti berlibur di pulau pribadi. Suasananya begitu tenang dan damai. Hanya terdengar kicauan burung bersahutan dan riak-riak kecil gelombang di tepian pantai.
Begitu sampai di Gili Lawang, saya segera jalan-jalan menjelajahi pulau mungil ini. Pesisir pulau ini dipagari hutan mangrove yang rimbun dan hijau sehingga menciptakan suasana yang asri. Namun, lain di pesisir, lain di tengah pulau. Daratan Gili Lawang ternyata cukup gersang dan panas. Tidak banyak pohon-pohon besar yang tumbuh di pulau ini. Hanya semak-semak dan rumput-rumput liar yang mendominasi pulau ini. Mungkin karena saat itu sedang musim kemarau, rerumputan di Gili Lawang sudah mulai menguning dan pepohonan sudah mulai meranggas daunnya.
Saya tidak berlama-lama di daratan Gili Lawang karena tujuan utama saya berkunjung ke pulau ini adalah untuk menjelajahi alam bawah lautnya yang katanya sangat indah dan belum tercemar. Saya segera memakai peralatan snorkeling yang sudah saya bawa dari rumah, dan langsung menceburkan diri ke laut. Setelah berenang beberapa meter dari bibir pantai, saya hanya menjumpai padang lamun. Saya tidak melihat ikan ataupun terumbu karang. Mana terumbu karang dan ikan-ikannya nih? Saya jadi kecewa. Namun, begitu saya berenang lebih jauh ke tengah laut, kekecewaan saya segera terobati. Saya mulai melihat beberapa ikan dan terumbu karang. Semakin ke tengah saya berenang, semakin banyak ikan dan terumbu karang yang saya lihat. Gili Lawang mulai unjuk gigi nih. Teman-teman pun mulai bergabung snorkeling di perairan Gili Lawang.
Ketika saya sedang istirahat sejenak untuk mengambil air minum, teman-teman kloter kedua pun datang. Suasana jadi semakin ramai. Kami pun segera nyebur ke laut lagi untuk melanjutkan snorkeling.
Ketika saya sedang istirahat sejenak untuk mengambil air minum, teman-teman kloter kedua pun datang. Suasana jadi semakin ramai. Kami pun segera nyebur ke laut lagi untuk melanjutkan snorkeling.
Setelah puas bersnorkeling di perairan Gili Lawang, kami harus segera meninggalkan pulau ini. Kami pun dibagi ke dalam dua kloter lagi. Kali ini saya ikut kloter yang kedua karena kloter pertama akan langsung kembali ke Tekalok. Kloter kedua masih akan melanjutkan snorkeling di perairan Selat Sugian yang dekat dengan Gili Sulat. Menurut nahkoda speedboat kami, perairan Gili Sulat jauh lebih indah daripada perairan Gili Lawang.
Mendekati selat yang memisahkan Gili Lawang dan Gili Sulat, speedboat pun berhenti. Karena lautnya dangkal dan sangat bening, kami sudah bisa melihat aneka terumbu karang dan ikan yang indah dari atas speedboat. Tanpa dikomando, kami pun segera memakai peralatan snorkeling kami dan langsung menceburkan diri ke dalam birunya Selat Sugian. Dan saya pun terpesona dengan pemandangan di depan mata saya. Terumbu karang aneka jenis dan warna terhampar sejauh mata memandang. Ada yang berbentuk kembang kol raksasa, kelopak bunga, meja bertumpuk, jamur, kipas, bahkan otak manusia. Warnanya pun beraneka ragam. Merah, jingga, kuning, biru, ungu, pink, coklat semua ada di hadapan saya. Karang-karang indah itu menari-nari dengan gemulai dibuai gelombang laut. Ikan beraneka jenis, dan warna pun berenang berseliweran di sekitar saya. Sesekali saya menyentuh ikan-ikan cantik dan lucu itu. Bintang laut warna-warni pun banyak saya lihat. Saya benar-benar dimanjakan oleh panorama bawah laut Selat Sugian ini.
Mendekati selat yang memisahkan Gili Lawang dan Gili Sulat, speedboat pun berhenti. Karena lautnya dangkal dan sangat bening, kami sudah bisa melihat aneka terumbu karang dan ikan yang indah dari atas speedboat. Tanpa dikomando, kami pun segera memakai peralatan snorkeling kami dan langsung menceburkan diri ke dalam birunya Selat Sugian. Dan saya pun terpesona dengan pemandangan di depan mata saya. Terumbu karang aneka jenis dan warna terhampar sejauh mata memandang. Ada yang berbentuk kembang kol raksasa, kelopak bunga, meja bertumpuk, jamur, kipas, bahkan otak manusia. Warnanya pun beraneka ragam. Merah, jingga, kuning, biru, ungu, pink, coklat semua ada di hadapan saya. Karang-karang indah itu menari-nari dengan gemulai dibuai gelombang laut. Ikan beraneka jenis, dan warna pun berenang berseliweran di sekitar saya. Sesekali saya menyentuh ikan-ikan cantik dan lucu itu. Bintang laut warna-warni pun banyak saya lihat. Saya benar-benar dimanjakan oleh panorama bawah laut Selat Sugian ini.
Yang membuat saya kagum, terumbu karang di sini masih utuh dan sangat rapat. Dasar laut pun hampir nggak kelihatan karena tertutup hamparan terumbu karang. Saya sampai takjub dan hampir nggak percaya dengan apa yang saya lihat. Benar-benar surga bawah laut yang tiada duanya di Lombok. Selama ini saya sudah melakukan snorkeling di berbagai tempat di Lombok, yang terkenal akan keindahan panorama bawah lautnya. Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan maupun Gili Nanggu, semua sudah pernah saya jelajahi bawah lautnya. Namun, semua nggak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan keindahan panorama bawah laut Selat Sugian. Saya sampai kehabisan kata-kata untuk melukiskan keindahan bawah laut selat ini. Sayangnya, saat itu kami tidak membawa kamera bawah air ataupun underwater casing sehingga kami tidak bisa mengabadikan pemandangan indah yang kita lihat.
Dibuai panorama bawah laut Selat Sugian yang memukau, kami jadi lupa waktu. Kami terlalu asyik bersnorkeling sehingga tak terasa hari beranjak sore. Teman-teman yang menunggu di atas speedboat pun sudah memberi aba-aba untuk pulang. Padahal saya masih belum puas menjelajahi perairan Selat Sugian yang luar biasa indahnya itu. Dengan berat hati saya pun segera naik ke speedboat. Dan setelah semua naik ke speedboat, kami segera meninggalkan perairan Selat Sugian. Dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti saya akan kembali ke Selat Sugian ini untuk menjelajahi alam bawah lautnya yang begitu mempesona. (edyra)***
Dibuai panorama bawah laut Selat Sugian yang memukau, kami jadi lupa waktu. Kami terlalu asyik bersnorkeling sehingga tak terasa hari beranjak sore. Teman-teman yang menunggu di atas speedboat pun sudah memberi aba-aba untuk pulang. Padahal saya masih belum puas menjelajahi perairan Selat Sugian yang luar biasa indahnya itu. Dengan berat hati saya pun segera naik ke speedboat. Dan setelah semua naik ke speedboat, kami segera meninggalkan perairan Selat Sugian. Dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti saya akan kembali ke Selat Sugian ini untuk menjelajahi alam bawah lautnya yang begitu mempesona. (edyra)***