Tuesday, 8 December 2009

HOTEL TANPA NAMA DI UJUNG GENTENG

Peta Ujung Genteng

Sudah lama saya memendam keinginan untuk berlibur ke Ujung Genteng, kawasan pantai indah di pesisir selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Beberapa kali saya melihat keindahan pantai ini di majalah dan televisi. Namun, kesempatan untuk mengunjungi Ujung Genteng baru terlaksana di akhir bulan November 2006, tepatnya pada tanggal 29 November 2006. Saya bersama Annas liburan ke Ujung Genteng dengan mengendarai sepeda motor. Kami berangkat dari Jakarta pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00 supaya nggak terjebak macet dan bisa menikmati udara pagi yang masih sejuk. Karena belum sempat sarapan di rumah, kami berhenti buat sarapan bubur ayam di Bogor. Setelah sarapan, kami segera tancap gas ke Ujung Genteng.

Keluar dari Kota Bogor, lalu lintas mulai ramai. Kami mengendarai motor dengan santai sambil menikmati panorama yang cukup indah di sepanjang perjalanan. Setelah naik motor selama kurang lebih enam jam, akhirnya kita sampai di Ujung Genteng. Kami langsung muter-muter di sepanjang pantai untuk mencari hotel yang sesuai dengan kriteria kami, yaitu bersih, bagus, tarifnya murah, dan letaknya di pinggir pantai (sea view). Setelah nanya sana-sini sampai tiga atau empat hotel, kami belum menemukan hotel yang cocok. Karena kelelahan, kami istirahat sejenak di tepi pantai yang berpasir putih, sambil menikmati semilir angin laut dan udara yang masih bersih, sebelum melanjutkan acara hunting hotel lagi.

Annas di depan hotel tanpa nama, tempat kami menginap di Ujung Genteng

Setelah makan siang di sebuah warung, di dekat pantai, kami melanjutkan perburuan hotel lagi. Kami menyusuri Pantai Ujung Genteng dari ujung ke ujung, sampai bertemu dengan perkampungan penduduk. Keluar dari perkampungan penduduk, kami sampai di sebuah pantai yang indah dan sepi tetapi letaknya cukup jauh dari pantai utama Ujung Genteng. Belakangan baru kami ketahui kalau nama pantai tersebut adalah Pantai Pangumbahan (turis asing biasa menyebutnya Turtle Beach). Tanpa sengaja kami melihat sebuah bangunan hotel yang nampaknya belum sepenuhnya jadi tetapi pemandangannya bagus banget (sea view). Kami iseng-iseng mampir ke hotel tersebut dan ngobrol-ngobrol dengan penjaganya. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dan sedikit tawar-menawar, akhirnya kami diperbolehkan menginap di hotel yang belum ada namanya tersebut dengan tarif Rp 90.000,00 per malam. Kami mendapat kamar di lantai atas dengan pemandangan Pantai Pangumbahan yang indah. Pantai berpasir putih dengan air laut biru jernih itu, masih alami dan sangat sepi. Ombaknya juga sangat cocok untuk surfing. Ketika ombak sedang bagus, banyak turis asing yang berselancar di Pantai Pangumbahan. Pantai itu juga merupakan tempat penyu bertelor di malam hari. Setiap malam pasti ada beberapa penyu yang meletakkan telornya di pantai ini.

Pantai Pangumbahan (Turtle Beach) yang indah dan sepi

Di depan kamar tersedia hammock untuk membaca, tiduran atau sekedar bermalas-malasan sambil menikmati keindahan Pantai Pangumbahan. Kami pun segera memanfaatkan hammock tersebut untuk membaca buku dan bermalas-malasan. Senang sekali rasanya bisa menginap di hotel yang letaknya benar-benar di tepi pantai, dengan pemandangan spektakuler tapi nggak perlu merogoh kocek cukup dalam.

Bermain di Pantai Pangumbahan menjelang sunset

Sore hari, kami bermain dan berenang-renang di Pantai Pangumbahan sambil menunggu matahari terbenam (sunset). Panorama sunset di pantai ini sangat indah, karena pantai benar-benar menghadap ke barat. Rasanya nggak afdol kalau liburan ke pantai tanpa berenang ataupun bermain air. Tidak ada orang lain di pantai, selain kami berdua. Jadi benar-benar seperti pantai pribadi. Langit jingga kemerahan, pasir putih, dan debur ombak yang berkejaran. Perpaduan alam yang sempurna, yang menciptakan ketenangan dan kedamaian. (edyra)***

No comments:

Post a Comment