Wednesday, 28 April 2010

BERBURU AIR TERJUN DI BALI UTARA

Bermain-main di Air Terjun Lemukih

Apa tempat favorit Anda ketika liburan di Bali? Pantai Kuta, Pantai Dreamland atau Pura Uluwatu? Ketiga tempat wisata di Bali Selatan tersebut memang sudah sangat tersohor ke berbagai penjuru dunia. Para turis yang berlibur ke Bali kebanyakan hanya mengunjungi daerah selatan, yang sebagian besar objek wisatanya adalah pantai. Paling banter berkunjung ke Ubud untuk melihat sawah terasering ataupun mengunjungi berbagai galeri seni yang banyak terdapat di sana. Jarang sekali turis (terutama turis lokal) yang berkunjung ke daerah Bali Utara. Padahal Bali Utara (Kabupaten Buleleng), juga memiliki berbagai objek wisata yang tidak kalah menariknya dengan objek wisata di Bali Selatan. Salah satu objek wisata andalan Kabupaten Buleleng adalah air terjun. Ya, Kabupaten Buleleng memang memiliki banyak air terjun cantik yang tersebar di berbagai sudutnya. Beberapa air terjun tersebut sudah banyak dikenal turis dan sering dikunjungi turis. Namun, masih banyak air terjun di Kabupaten Buleleng yang belum diketahui turis karena belum pernah di-expose media dan tempatnya cukup sulit dijangkau. Penasaran dengan berbagai air terjun tersebut, Sabtu, 24 April 2010, saya bersama teman (Ahmad) menjelajahi Bali Utara untuk berburu air terjun. Berikut ini, tiga air terjun cantik nan unik yang berhasil kami kunjungi dalam sehari di Hari Sabtu tersebut.

Air Terjun Lemukih
Kami menemukan Air Terjun Lemukih secara tidak sengaja. Sebenarnya tujuan utama kami hari ini adalah mengunjungi Air Terjun Sekumpul di Desa Sekumpul (tetangga Desa Lemukih). Pada saat kami sampai di sebuah tikungan, dekat sebuah jembatan di Desa Lemukih, kami melihat air terjun di kejauhan. Karena takut kebablasan atau salah jalan, kami bertanya arah jalan menuju Air Terjun Sekumpul kepada seorang ibu yang sedang menggendong kayu bakar di pinggir jalan. Ternyata air terjun yang ada di dekat tikungan jalan tersebut bukan Air Terjun Sekumpul, melainkan Air Terjun Lemukih. Menurut ibu tersebut, Air Terjun Sekumpul masih cukup jauh. Memang, dari foto yang saya lihat di internet, Air Terjun Sekumpul lebih tinggi daripada Air Terjun Lemukih dan berada di antara pepohonan yang hijau.

Jalan setapak menuju Air Terjun Lemukih

Namun, kami tidak langsung menuju Air Terjun Sekumpul. Kami tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan mengunjungi Air Terjun Lemukih yang sudah berada di depan mata. Kami seperti mendapat durian runtuh, menemukan air terjun cantik secara tak sengaja dan letaknya nggak jauh dari jalan raya. Tanpa membuang waktu, saya langsung memarkir sepeda motor di pinggir jalan dan berjalan kaki menyusuri jalan setapak di dekat sungai, menuju Air Terjun Lemukih.

Air Terjun Lemukih yang terdiri dari tiga buah air terjun

Air Terjun Lemukih sangat unik karena terdiri dari tiga buah air terjun tidak seperti kebanyakan air terjun lainnya yang hanya ada satu. Air terjun yang terletak paling kanan adalah yang paling tinggi, dengan ketinggian sekitar 4 meter. Air terjun yang paling tinggi ini, ditemani dua air terjun kecil di samping kirinya. Jadi, walaupun tidak begitu tinggi air terjun yang terletak di Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali ini cukup cantik karena terdiri dari tiga buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Asyiknya lagi, Anda tidak perlu bersusah payah naik turun tangga untuk menuju air terjun ini. Anda tinggal berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh 200 meter, dan sampailah Anda di depan Air Terjun Lemukih.

Desa Lemukih

Air Terjun Lemukih masih benar-benar alami. Tidak ada rambu-rambu ataupun penunjuk arah menuju air terjun ini. Anda harus bertanya kepada penduduk setempat untuk menemukan air terjun ini. Memang belum banyak yang tahu keberadaan air terjun ini. Pada saat kami tiba di sana, tidak ada pengunjung lain selain kami berdua sehingga kami bisa bermain-main dan foto-foto dengan leluasa. Kalau anda ingin mandi ataupun berenang-renang pun sah-sah saja. Di bawah air terjun yang paling tinggi, terdapat sebuah kolam yang cukup luas sehingga bisa digunakan untuk berenang-renang. Namun, kami tidak mandi di Air Terjun Lemukih karena kami harus melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Sekumpul. Kami sudah puas foto-foto dan bermain-main di Air Terjun Lemukih.

Air Terjun Sekumpul
Puas bermain-main di Air Terjun Lemukih kami segera melanjutkan perburuan mencari Air Terjun Sekumpul. Sudah lama saya memendam keinginan untuk bisa mengunjungi air terjun ini. Saya sangat penasaran dengan Air Terjun Sekumpul karena melihat foto-foto indah air terjun ini di internet. Air terjun yang berada di Desa Sekumpul ini disebut-sebut sebagai air terjun terindah di Bali.

Tulisan "WELCOME TO SEKUMPUL WATERFALL" yang menipu

Ternyata Air Terjun Sekumpul letaknya tidak begitu jauh dari Air Terjun Lemukih, kira-kira hanya berjarak 2 km. Ya, Desa Sekumpul dan Desa Lemukih memang bertetangga. Namun, kami sempat tertipu ketika mencari air terjun ini. Setelah beberapa ratus meter dari Air Terjun Lemukih, kami melihat tulisan “WELCOME TO SEKUMPUL WATERFALL” di kiri jalan. Saya pun langsung membelokkan sepeda motor saya ke kiri mengikuti jalan kecil tak beraspal di depan sebuah warung. Sebelum melangkah lebih jauh, saya bertanya jalan menuju Air Terjun Sekumpul kepada ibu-ibu di depan warung tersebut. Ternyata jalan menuju Air Terjun Sekumpul bukan jalan tanah tersebut. Saya disuruh melanjutkan perjalanan beberapa ratus meter lagi sampai melihat tulisan air terjun. Dan ternyata benar. Di sebuah pertigaan yang nggak begitu jauh dari warung tersebut, saya melihat penunjuk arah ke air terjun (tidak ada tulisan Sekumpulnya)di kanan jalan. Saya pun langsung belok kiri mengikuti jalan kecil tersebut menuju Air Terjun Sekumpul.

Menyusuri jalan kampung yang berkelok-kelok naik turun sejauh kira-kira 1 km, sampailah kami di tempat parkir Air Terjun Sekumpul. Saya segera memarkir sepeda motor di tempat yang teduh, dan Ahmad membeli dua buah tiket masuk, masing-masing Rp 2.000,00 per orang (untuk turis asing Rp 5.000,00. Saya sudah tidak sabar untuk segera melihat dari dekat keindahan Air Terjun Sekumpul.

Jalan paving menuju Air Terjun Sekumpul

Dari tempat parkir menuju air terjun masih cukup jauh. Kami masih harus menyusuri jalanan yang sudah di-paving, menuruni ratusan anak tangga, dan menyeberangi sungai. Sebenarnya kami masih bisa menaiki sepeda motor dari tempat parkir (di dekat loket penjualan tiket), sampai di ujung jalan paving. Namun, kami memilih untuk berjalan kaki saja karena jalan paving tersebut banyak yang menurun dengan curam dan di beberapa tempat sangat licin karena berlumut. Apalagi akhir-akhir ini di Bali sering turun hujan. Jadinya, jalan paving tersebut semakin licin dan risiko jatuh dari motor pun semakin besar.

Air Terjun Sekumpul dilihat dari kejauhan

Setelah jalan paving habis, jalan berganti menjadi jalan tanah yang sempit (jalan setapak). Nggak berapa lama menyusuri jalan setapak, sampailah kami di sebuah bale bengong (gazebo) dengan pemandangan Air Terjun Sekumpul yang luar biasa memikat. Dari bale bengong tersebut, terlihat beberapa air terjun yang sangat cantik di kejauhan. Yang membuat Air Terjun Sekumpul ini berbeda dari air terjun kebanyakan adalah banyaknya air terjun yang ada di sana. Air Terjun Sekumpul bukan hanya terdiri dari satu atau dua air terjun. Setidaknya ada tujuh air terjun yang letaknya terpisah-pisah dan berjauhan, yang bisa kami lihat dari bale bengong tersebut. Mungkin, inilah yang menjadi alasan penamaan air terjun ini. Karena terdiri dari beberapa (kumpulan) air terjun maka dinamakan Air Terjun Sekumpul.

Tiga dari tujuh Air Terjun Sekumpul

Saking takjubnya, saya sampai terbengong-bengong menyaksikan pemandangan alam yang luar biasa indah tersaji di depan mata. Tujuh buah air terjun dengan latar belakang tebing tinggi dan dikelilingi pepohonan hijau yang menyejukkan mata. Baru kali ini saya melihat pemandangan tujuh buah air terjun dengan bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda, di satu tempat. Benar-benar menakjubkan. Saya yakin Anda pun akan takjub bila melihat secara langsung Air Terjun Sekumpul. Saya pun tidak melewatkan lukisan alam yang mengagumkan tersebut. Saya segera mengambil kamera, dan memotret Air Terjun Sekumpul dari berbagai sudut. Tak terasa foto-foto indah Air Terjun Sekumpul pun memenuhi memory card saya. Nggak salah memang, kalau Air Terjun Sekumpul dinobatkan sebagai air terjun terindah di Bali.

Dari tujuh air terjun yang ada di Air Terjun Sekumpul, hanya dua air terjun yang bisa kami datangi lebih dekat. Uniknya, dua air terjun yang letaknya berdampingan tersebut memiliki ketinggian dan debit air berbeda. Dua air terjun ini berasal dari dua sumber mata air yang berbeda. Air terjun di sebelah kiri bersumber dari mata air sedangkan air terjun di sebelah kanan (yang lebih tinggi) bersumber dari sungai. Di musim hujan, air terjun di sebelah kiri tetap bening karena bersumber dari mata air sedangkan air terjun di sebelah kanan akan berwarna coklat keruh.

Anak tangga menuju Air Terjun Sekumpul

Setelah mendapat foto-foto Air Terjun Sekumpul, kami segera beranjak turun mendekati air terjun. Kami harus menuruni ratusan anak tangga yang curam di beberapa tempat dan menyeberangi sungai untuk bisa sampai di dekat Air Terjun Sekumpul. Sebaiknya Anda memakai celana pendek dan sandal (sepatu tanpa hak) yang nyaman ketika mengunjungi Air Terjun Sekumpul karena Anda harus menyeberangi sungai yang lumayan dalam (sepaha orang dewasa). Memang perlu sedikit usaha untuk mencapai air terjun yang indah ini. Namun, perjuangan kami terbayar lunas begitu sampai di dekat air terjun setinggi 80 meter tersebut. Suara deburan air yang jatuh dan percikan air yang bercipratan menciptakan suasana yang syahdu dan menenangkan hati. Pepohonan yang rindang di sekitar air terjun membuat suasana semakin sejuk dan asri. Siapa pun pasti akan jatuh hati pada Air Terjun Sekumpul.

Air Terjun Sekumpul yang sangat indah

Ketika kami sampai di dekat Air Terjun Sekumpul, ada serombongan turis asing yang sedang mandi dan bermain-main di sana. Beberapa turis lokal juga tampak bermain-main di bawah air terjun. Air Terjun Sekumpul memang sudah mulai dikenal turis. Di hari libur dan di akhir pekan biasanya cukup banyak turis asing yang datang. Namun, suasana di sekitar Air Terjun Sekumpul masih tetap bersih dan alami. Tidak ada bangunan toilet atau kamar mandi di sana. Sampah plastik ataupun botol bekas air mineral juga tidak ada. Saya berharap suasana bersih dan alami di sekitar Air Terjun Sekumpul ini tetap terjaga agar semakin banyak turis yang datang ke Air Terjun Sekumpul dan betah berlama-lama di sana.

Air Terjun Gitgit
Air terjun ketiga yang kami kunjungi hari ini adalah Air Terjun Gitgit. Air terjun yang satu ini merupakan air terjun yang paling terkenal di Bali. Letak Air Terjun Gitgit yang strategis di pinggir Jalan Raya Denpasar - Bedugul - Singaraja dan infrastruktur yang cukup baik membuat air terjun ini ramai dikunjungi turis dan membuat namanya terkenal sampai ke mancanegara. Kalau Anda bertanya kepada Orang Bali tentang Air Terjun Gitgit, sebagian besar pasti tahu. Berbeda dengan Air Terjun Lemukih dan Air Terjun Sekumpul yang belum banyak dikenal turis.

Air Terjun Gitgit terletak di Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Jaraknya sekitar 16 km dari Kawasan Wisata Bedugul atau 66 km dari Denpasar. Dari Air Terjun Sekumpul jaraknya sekitar 20 km.Tidak seperti kebanyakan air terjun yang biasanya berada di tengah hutan atau di tebing yang curam, Air Terjun Gitgit berada di antara perkampungan penduduk dan kebun cengkih. Untuk bisa melihat Air Terjun Gitgit dari dekat kami harus membayar tiket masuk Rp 3.000,00 per orang. Selanjutnya, kami harus naik turun tangga untuk mencapai air terjun. Karena Air Terjun Gitgit sudah sangat tersohor, jalan dan anak tangga di Air Terjun Gitgit ini terawat dengan baik sehingga memudahkan para turis untuk mengunjunginya.

Air Terjun Gitgit terdiri dari beberapa air terjun dengan bentuk dan ketinggian yang berbeda-beda. Setidaknya ada empat buah air terjun di Air Terjun Gitgit. Air terjun pertama yang kami kunjungi adalah Air Terjun Kembar. Air terjun ini jaraknya sekitar 500 meter dari tempat parkir. Kami harus menyusuri jalan setapak dan menuruni anak tangga untuk menuju Air Terjun Kembar. Di pinggir jalan yang kami lalui menuju air terjun terdapat beberapa toko souvenir yang menjual berbagai souvenir khas Bali. Di sepanjang jalan, kami juga menjumpai banyak anak kecil yang menjajakan souvenir berupa kalung dan gelang manik-manik aneka warna. Kehadiran anak-anak penjual souvenir tersebut cukup mengganggu para turis karena mereka menjajakan dagangan kepada para turis dengan sedikit memaksa. Sebaiknya Anda bertindak tegas kepada mereka. Kalau Anda tertarik untuk membeli souvenir dari mereka langsung tawar saja. Kalau Anda tidak ingin membeli, ya bilang saja tidak, agar mereka tidak terus mengejar Anda.

Air Terjun Kembar Gitgit

Air Terjun Kembar sesuai dengan namanya, terdiri dari dua buah air terjun yang berdampingan yang bentuknya kembar. Kedua air terjun ini tidak begitu tinggi namun arusnya cukup deras. Di bawah air terjun terdapat kolam kecil dengan air yang sangat bening dan dingin. Air terjun ini terlindung di antara tebing yang sempit dan dikelilingi pepohonan hijau sehingga suasana di sekitar air terjun agak gelap.

Air Terjun Mekalongan

Selanjutnya kami menuju air terjun kedua (Air Terjun Mekalongan) yang letaknya cukup dekat dari Air Terjun Kembar. Air terjun ini merupakan kelanjutan dari Air Terjun Kembar tadi. Sumber airnya berasal dari aliran sungai Air Terjun Kembar, sehingga debit airnya menjadi lebih besar dan arusnya lebih deras. Air terjun kedua ini sedikit lebih tinggi daripada Air Terjun Kembar dan berada di bawah jembatan. Kami tidak berlama-lama di air terjun ini dan segera menuju air terjun ketiga.

Air Terjun Bertingka

Air terjun ketiga yang kami kunjungi di Gitgit adalah Air Terjun Bertingkat. Letaknya cukup jauh dari kedua air terjun tadi. Jalan menuju Air Terjun Bertingkat cukup membingungkan karena tidak ada penunjuk arahnya. Kami harus melewati perkampungan penduduk dan perkebunan cengkih dengan jalan setapak yang berbelok-belok naik turun. Kami sempat kebingungan dan harus bertanya beberapa kali kepada penduduk setempat untuk bisa sampai ke Air Terjun Bertingkat. Bahkan kami sempat dikejar dan digonggongin anjing ketika mencari Air Terjun Bertingkat. Untunglah ada kayu dan batu yang bisa kami gunakan sebagai senjata untuk mengusir anjing-anjing tersebut sehingga kami tidak sampai digigit. Nggak lucu kan, jalan-jalan ke air terjun digigit anjing?

Air Terjun Bertingkat tidak begitu tinggi namun cukup indah. Dinamakan Air Terjun Bertingkat karena air terjun ini memang bertingkat dua. Airnya sangat bersih dan bening. Air terjun ini langsung jatuh ke sungai. Kalau Anda mau, Anda bisa mandi dan bermain air di sungai ini. Sungai di bawah air terjun ini membentuk air terjun lagi di bawahnya. Letaknya di bawah jembatan dan tertutup pepohonan sehingga kami tidak bisa melihat air terjun ini dari depan/bawah. Kami hanya bisa melihat air terjun ini dari atas jembatan dan tidak bisa memotretnya.

Lengkap sudah perburuan air terjun hari ini. Dalam sehari kami bisa mengunjungi tiga air terjun cantik dengan bentuk, ketinggian, arus dan debit air yang berbeda-beda. Walaupun cukup menguras tenaga karena harus melewati medan yang sulit dan naik turun ratusan anak tangga kami sangat senang. Kami telah menjelajahi sebagian alam Bali Utara yang indah dan masih alami. Sebenarnya masih ada beberapa air terjun lagi di Bali Utara. Namun, hari sudah sore dan kami sudah cukup lelah. Kami memutuskan untuk mengakhiri perburuan air terjun hari ini dan pulang ke Denpasar. Kami berjanji suatu hari nanti akan kembali ke Bali Utara untuk mencari air terjun yang belum sempat kami kunjungi.

How to Get There
Untuk mencapai Air Terjun Lemukih dan Air Terjun Sekumpul, dari Denpasar arahkan kendaraan Anda menuju Bedugul/Singaraja. Kedua air terjun ini letaknya searah. Air Terjun Lemukih jaraknya sekitar 72 km dari Denpasar, sedangkan Air Terjun Sekumpul jaraknya sekitar 76 km dari Denpasar. Setelah melewati Kawasan Wisata Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju arah Gitgit/Singaraja sampai di sebuah pertigaan (sekitar 10 km dari Bedugul). Dari pertigaan, beloklah ke kanan dan ikuti jalan tersebut sampai sejauh 12 km. Jalan menuju Air Terjun Lemukih dan Air Terjun Sekumpul ini berkelok-kelok naik turun dengan pemandangan bukit dan jurang di kanan kiri jalan. Aspal jalan sudah banyak yang terkelupas. Bahkan, di beberapa tempat aspal sudah hilang sama sekali sehingga jalan berubah menjadi jalan tanah berbatu. Di sepanjang jalan menuju kedua air terjun ini, Anda akan menjumpai banyak pertigaan yang tidak ada rambu-rambunya. Anda harus banyak bertanya ke penduduk setempat agar tidak nyasar. Bila Anda menjumpai sebuah tikungan dengan jembatan kecil di depannya dan ada tulisan Desa lemukih, Anda sudah sampai di Air Terjun Lemukih. Air terjun ini letaknya nggak jauh dari jalan Desa Lemukih. Dari jalan Air Terjun Lemukih sudah kelihatan, Anda tinggal berjalan kaki sejauh 200 meter.

Pertigaan jalan menuju Air Terjun Lemukih dan Air Terjun Sekumpul

Air Terjun Sekumpul jaraknya sekitar 2 km dari Air Terjun Lemukih. Dari Air Terjun Lemukih Anda tinggal berjalan lurus sejauh 1 km. Setelah melihat penunjuk arah Air Terjun (Waterfall) belok kiri sejauh 1 km dan sampailah di tempat parkir Air Terjun Sekumpul. Selanjutnya, Anda tinggal berjalan kaki untuk mencapai air terjun.

Untuk mencapai Air Terjun Gitgit lebih mudah karena letaknya berada di pinggir Jalan Raya Denpasar - Bedugul - Singaraja. Anda tinggal mengarahkan kendaraan anda menuju Bedugul/ Singaraja. Air Terjun Gitgit jaraknya sekitar 16 km dari Kawasan Wisata Bedugul. Setelah melewati Bedugul, teruskan perjalanan Anda menuju Gitgit/Singaraja. Setelah memasuki Desa Gigit, pelankan laju kendaraan Anda sampai Anda melihat penunjuk arah Air Terjun Gitgit di sebelah kiri jalan dan Anda pun tiba di Air Terjun Gitgit.

Anda bisa mengunjungi Air Terjun Gitgit sebelum atau setelah mengunjungi Air Terjun Lemukih dan Air Terjun Sekumpul. Setelah sampai di pertigaan Jalan Raya Denpasar - Singaraja (dalam perjalanan pulang ke Denpasar dari Air Terjun Sekumpul), beloklah ke kanan. Air Terjun Gitgit jaraknya sekitar 6 km pertigaan Jalan Raya Denpasar - Singaraja. (edyra)***

*Dimuat di Majalah GARUDA (Inflight Magazine) Edisi Juli 2010.

Thursday, 15 April 2010

HANGATNYA AIR PANAS ANGSERI

Berfoto di Air Terjun Angseri yang berair hangat

Sepulang dari Jatiluwih, secara tidak sengaja saya dan teman melihat papan penunjuk arah ke Air Panas Angseri, di sebelah kiri jalan. Asyik nih, di tengah cuaca mendung dan gerimis yang cukup dingin, ketemu air panas (hotspring). Lumayan untuk menghangatkan badan. Saya tidak menyangka ada air panas di daerah Tabanan. Setahu saya, objek wisata air panas alam di Bali, hanya ada di Toya Bungkah (pinggir Danau Batur), Kintamani.

Melihat jarak di papan penunjuk arah yang hanya 900 meter, saya pun tertarik untuk berkunjung ke Air Panas Angseri. Saya langsung membelokkan sepeda motor ke kiri, menyusuri jalan aspal yang berlubang di sana-sini, menuju air panas tersebut. Cukup membingungkan juga untuk mencapai lokasi Air Panas Angseri karena kami melewati harus melewati jalan berkelok-kelok naik turun dan menjumpai dua pertigaan yang tidak ada petunjuk arahnya. Kami bertanya kepada penduduk setempat untuk menanyakan jalan menuju Air Panas Angseri. Di pertigaan pertama, belok kanan mengikuti jalan yang menurun. Kemudian di pertigaan kedua, belok kiri menyusuri jalan yang menurun dengan curam, di bawah naungan pohon bambu yang rimbun dan sampailah di Air Panas Angseri.

Selamat Datang di Wisata Alam Air Panas Angseri

Tulisan “Selamat Datang di Wisata Alam Air Panas Angseri” menyambut kedatangan kami sore itu. Saya langsung memarkir sepeda motor di tempat parkir yang saat itu tidak begitu ramai. Hanya ada sebuah mobil dan beberapa sepeda motor yang sudah diparkir. Setelah membeli dua tiket masuk, masing-masing Rp 4.000,00 per orang, kami berjalan melalui jalan setapak untuk mencapai air panas. Jalan setapak ini cukup bagus dan nyaman untuk dilalui. Kondisi alam masih asri dan alami. Sebelum mencapai pintu gerbang, kami harus menuruni beberapa anak tangga, sambil disuguhi pemandangan sawah yang hijau dan menyejukkan mata.

Kolam renang air hangat di Wisata Alam Air Panas Angseri

Setelah mencapai gerbang, kami sudah bisa melihat pancuran air panas paling luar. Di Wisata Alam Air Panas Angseri terdapat sebuah kolam renang dewasa dan sebuah kolam renang anak lengkap dengan fasilitas bermain. Semuanya berair hangat. Selain itu juga telah dibangun 6 bilik tertutup untuk berendam dengan kapasitas maksimal 5 orang per bilik, toilet, sebuah kantin, dan sebuah restoran yang dilengkapi dengan satu bilik dengan suhu 46 derajat celcius. Di samping kolam renang dewasa, terdapat sebuah air terjun kecil yang cukup indah. Air terjun ini berair hangat dan berwarna jingga karena mengandung belerang. Baru kali ini saya melihat air terjun berair hangat.

Air Panas Angseri ini sumbernya bukan di sekitar kolam renang dan bilik berendam tetapi di tempat parkir lama (kami sempat melihat bangunan parkir lama yang tidak terawat) yang letaknya agak jauh. Air panas dialirkan melalui pipa dari sumbernya menuju kolam renang dan bilik berendam. Air panas alam ini menurut kepercayaan masyarakat setempat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit, karena mengandung belerang. Hal ini bisa dilihat di air terjun yang berwarna jingga (orange), yang menunjukkan adanya kandungan belerang di air tersebut.

Bilik berendam di Wisata Alam Air Panas Angseri

Air Panas Angseri dibuka untuk umum pada bulan Oktober 2007 atas prakarsa enam orang warga Desa Angseri yang selanjutnya menjadi pengurus sekaligus pengelola Wisata Alam Air Panas Angseri. Selanjutnya terbentuk kelompok dengan anggota 80 orang warga Desa Angseri dengan mengusung nama Kelompok Pengelola Wisata Alam Angseri dengan bentuk badan hukum CV. Sampai saat ini, turis yang berkunjung ke Air Panas Angseri cukup banyak, terutama di akhir pekan dan di hari libur nasional. Harga tiket masuk cukup murah, hanya Rp. 4000,00, per orang, belum termasuk harga sewa bilik berendam dengan kapasitas lima orang, Rp. 10.000,00 per bilik.

Pengelola Wisata Alam Air Panas Angseri juga telah melakukan beberapa langkah promosi melalui berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Bahkan beberapa stasiun televisi juga sudah pernah meliput Wisata Alam Air Panas Angseri ini, antara lain : Bali TV, Dewata TV, TVRI Bali, dan Trans TV. Pengelola juga telah memasang spanduk di beberapa tempat strategis agar menarik perhatian turis. Namun, akses jalan masuk menuju Air Panas Angseri kurang bagus, jalan aspal sudah mulai rusak dan berlubang di sana-sini. Selain itu penunjuk arah ke lokasi air panas juga masih sangat kurang sehingga cukup membingungkan para turis yang akan berkunjung ke sana. Saya berharap, semoga ada perhatian dari pemerintah daerah setempat (Pemda Tabanan) kepada Wisata Alam Air Panas Angseri, sehingga objek wisata tersebut menjadi lebih indah dan semakin banyak dikunjungi para turis. (edyra)***

Tuesday, 13 April 2010

MERASAKAN KESEGARAN AIR TERJUN NUNGNUNG

Air Terjun Nungnung yang indah

Bali identik dengan pantai. Para turis berlibur ke Bali kebanyakan untuk mencari pantai. Nggak salah memang. Pasalnya ada begitu banyak pantai indah berpasir putih yang tersebar di berbagai penjuru Pulau Bali. Namun, objek wisata Bali bukan hanya pantai. Masih banyak objek wisata menarik di Bali selain pantai. Salah satunya adalah air terjun. Ada beberapa air terjun cantik nan eksotis di Bali. Air terjun yang yang pertama kali saya kunjungi di Bali adalah Air Terjun Nungnung. Saya tertarik untuk mengunjungi air terjun ini karena provokasi teman. Selain itu, saya juga ingin melihat Bali yang lain. Bukan hanya pantai ataupun pura. Apalagi setelah saya search di Google, saya melihat foto-foto menarik Air Terjun Nungnung. Saya pun jadi semakin penasaran untuk mengunjunginya.

Sabtu, 10 April 2010, saya bersama teman saya (Ahmad), mengunjungi Air Terjun Nungnung yang terletak di Desa Nungnung, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Jaraknya sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar atau sekitar 90 menit berkendara. Perjalanan menuju air terjun ini sangat menyenangkan. Dari Kota Denpasar, arahkan kendaraan Anda menuju Sangeh/Petang melalui Jalan Ahmad Yani. Air Terjun Nungnung memang satu arah dengan Hutan Pala Sangeh yang terkenal itu. Setelah keluar dari Kota Denpasar, perjalanan melewati pedesaan Bali yang tenang dan nggak begitu banyak kendaraan. Anda akan melewati banyak areal persawahan dan perkebunan yang hijau menyejukkan mata. Mendekati Desa Nungnung, pemandangan semakin indah dan hijau. Udara pun semakin sejuk karena Desa Nungnung berada di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.

Petunjuk arah menuju Air Terjun Nungnung

Setelah memasuki Desa Nungnung, saya memperlambat laju motor sambil mencari papan penunjuk arah menuju Air Terjun Nungnung. Soalnya kata teman saya, memang ada papan penunjuk arah menuju Air Terjun Nungnung di sebelah kiri jalan (kalau kita datang dari arah Denpasar). Setelah melihat papan penunjuk arah tersebut, saya belok kanan menyusuri jalan kecil sepanjang 600 meter, sampai ke tempat parkir. Dari tempat parkir, kami harus membayar tiket masuk yang cukup murah, Rp 3.000,00 per orang. Setelah memarkir sepeda motor di tempat yang aman dan teduh, kami harus melanjutkan perjalanan menuju air terjun dengan berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga. Di beberapa tempat, anak tangganya sangat curam, bahkan ada yang memiliki kemiringan lebih dari 45 derajat. Kami harus ekstra hati-hati menuruni anak tangga yang curam dan licin tersebut, karena sebagian besar anak tangganya tidak dilengkapi dengan pegangan tangan (handrail). Meleng sedikit saja bisa fatal akibatnya. Jarak air terjun dari tempat parkir juga lumayan jauh sehingga cukup menguras tenaga. Namun, Anda tak perlu khawatir karena di beberapa tempat sudah dibangun gazebo (bale bengong), untuk beristirahat bila Anda sudah lelah berjalan. Untuk kaum perempuan, saya sarankan untuk tidak memakai sepatu berhak tinggi kalau berkunjung ke Air Terjun Nungnung. Pasalnya Anda harus berjalan menuruni ratusan anak tangga yang curam dan licin. Anda masih bisa tampil gaya kok, walau tidak memakai sepatu berhak tinggi. Saat kami datang ke sana, kami sempat melihat beberapa perempuan yang menenteng sepatu hak tingginya dan harus berjalan tanpa alas kaki karena anak tangga cukup licin berkat guyuran hujan semalam.

Anak tangga yang curam menuju Air Terjun Nungnung

Setelah menuruni ratusan anak tangga yang curam dan menyeberangi jembatan kecil, akhirnya kami sampai juga Air Terjun Nungnung. Dari kejauhan, sudah terdengar suara gemuruh air terjun tersebut. Awalnya, nampak air terjun kecil di pinggir sungai. Kemudian, nggak jauh dari air terjun kecil tersebut, nampaklah Air Terjun Nungnung yang tinggi dengan debit air yang cukup besar. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 50 meter dari permukaan tanah. Debit air saat itu cukup besar dan arus airnya juga lumayan kencang. Maklum, akhir-akhir ini (meski sudah masuk bulan April), di Bali hujan turun cukup sering. Hembusan air terjun, mampu membasahi tubuh kami, walaupun kami berada cukup jauh dari air terjun tersebut. Untuk mengambil foto pun harus hati-hati, mata kamera harus sedikit ditutupi tangan agar lensanya tidak terkena hembusan air terjun. Mulailah saya beraksi memotret Air Terjun Nungnung dari berbagai sudut. Kebetulan saat itu tidak terlalu ramai, jadi saya bisa mengambil gambar dengan leluasa. Sayangnya, angin bertiup cukup kencang saat itu sehingga agak menyulitkan saya untuk memotret air terjun. Jadinya saya harus melindungi kamera saya dengan plastik transparan agar lebih aman. Untunglah, walaupun cuaca nggak begitu bersahabat, saya masih bisa mendapat beberapa foto Air Terjun Nungnung yang indah. Benar-benar mempesona, suara gemuruh air terjun yang menghantam bebatuan, hembusan udara sejuk menerpa tubuh, dan aliran air dingin membasahi kaki.

Saat itu, ada beberapa pengunjung yang mandi dan bermain-main di sekitar air terjun. Namun, saya dan teman saya memilih tidak berbasah-basah karena air sangat dingin, mirip air di kulkas. Saya memang tidak tahan dengan air yang sangat dingin. Jadi, kami hanya memandangi keindahan Air Terjun Nungnung dari kejauhan, sambil bermain-main di pinggir sungai. Sesekali hembusan angin membawa percikan Air Terjun Nungnung yang segar ke wajah saya. Kesejukan pun menjalar di wajah saya. Sungguh menyenangkan, menyaksikan panorama air terjun yang indah, dengan dikelilingi pepohonan yang hijau dan asri. Udara yang sejuk dan bebas polusi, semakin membuat kami betah berlama-lama di Air Terjun Nungnung.(edyra)***

*Dimuat di Majalah READER'S DIGEST INDONESIA Edisi Juni 2010.