Macau adalah Daerah Administrasi Khusus (Special Administrative Region) dari Republik Rakyat Cina yang terletak di Cina bagian selatan, tepatnya di sebelah barat delta Sungai Pearl (Pearl River). Macau termasuk dalam wilayah Provinsi Guangdong, dan mencakup area seluas 27,3 km2 yang meliputi : Peninsula Macau yang terhubung dengan Daratan Cina (9,3 km2), Pulau Taipa (6,7 km2), dan Pulau Coloane (7,6 km2). Ketiga wilayah (pulau) tersebut sudah dihubungkan dengan jembatan, yaitu : Nobre de Carvalho Bridge (panjangnya 2,4 km), Friendship Bridge (panjangnya 4,5 km), dan Sai Van Bridge (panjangnya 2,2 km). Jembatan terpanjang (Friendship Bridge) berujung langsung ke Bandara Internasional Macau yang berada di Pulau Taipa. Walau masih bagian dari Republik Rakyat Cina, Macau memiliki bendera dan mata uang sendiri (Pataca). Kalau untuk berkunjung ke Cina, Warga Negara Indonesia harus memiliki visa, untuk mengunjungi Macau WNI tidak perlu visa.
Karena keterbatasan waktu, saya memutuskan untuk menjelajahi kawasan pusat sejarah Macau (The Historic Centre of Macau), yang termasuk dalam World Heritage Site UNESCO. Di kawasan ini terdapat delapan alun-alun (square) dan 22 bangunan bersejarah, yang semuanya bergaya Portugis. Maklum, dulunya Macau adalah jajahan Portugis. Jadi jejak peninggalan Portugis baik berupa bangunan, makanan maupun bahasa, sangat mudah kita temukan di Macau. Sebagai bekas jajahan Portugis, Macau menggunakan Bahasa Portugis dan Bahasa Cina (Dialek Kanton) sebagai bahasa resminya. Semua nama jalan di Macau pun menggunakan Bahasa Portugis, yaitu Rua (Road), Avenida (Avenue), dan Estrada (Street). Bahasa Inggris hanya digunakan di tempat-tempat wisata dan fasilitas umum seperti pelabuhan dan bandara.
Karena keterbatasan waktu, saya memutuskan untuk menjelajahi kawasan pusat sejarah Macau (The Historic Centre of Macau), yang termasuk dalam World Heritage Site UNESCO. Di kawasan ini terdapat delapan alun-alun (square) dan 22 bangunan bersejarah, yang semuanya bergaya Portugis. Maklum, dulunya Macau adalah jajahan Portugis. Jadi jejak peninggalan Portugis baik berupa bangunan, makanan maupun bahasa, sangat mudah kita temukan di Macau. Sebagai bekas jajahan Portugis, Macau menggunakan Bahasa Portugis dan Bahasa Cina (Dialek Kanton) sebagai bahasa resminya. Semua nama jalan di Macau pun menggunakan Bahasa Portugis, yaitu Rua (Road), Avenida (Avenue), dan Estrada (Street). Bahasa Inggris hanya digunakan di tempat-tempat wisata dan fasilitas umum seperti pelabuhan dan bandara.
Senado Square (Largo do Senado)
Penjelajahan di Macau akan saya mulai dari Senado Square, alun-alun atau pusat kota Macau. Senado Square terletak di Avenida Almeida Ribeiro, yang sebenarnya tidak jauh dari hotel tempat saya menginap. Kalau berjalan kaki, mungkin hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Namun, berhubung saya ingin merasakan naik kendaraan umum di Macau, saya memilih naik bus untuk menuju ke sana. Berbekal uang koin Macau dan Peta Macau, saya naik Bus Transmac (maaf, saya lupa nomornya) dari halte di seberang hotel. Rute bus ini akan melewati jalan utama Macau (di antaranya Avenida Almeida Ribeiro) dan berakhir di terminal bus, dekat perbatasan Cina. Karena saya terpukau dengan berbagai gedung tua di sepanjang jalan dan bertanya kepada Warga Macau tidak ada yang bisa berbahasa Inggris, saya kebablasan sampai ke tempat pemberhentian terakhir (terminal). Terminal bus ini letaknya di bawah Barrier Gate (Pos Perbatasan Macau dan Cina). Bukannya langsung balik, saya mampir dulu ke Barrier Gate. Saya menyempatkan waktu untuk foto-foto di pos perbatasan Macau dan Zhuhai (Cina) tersebut.
Senado Square
Selesai foto-foto di Barrier Gate, saya kembali ke terminal untuk mencari bus ke Senado Square. Tak sampai 15 menit, saya pun sampai di Senado Square. Pagi itu suasana di Senado Square, yang merupakan salah satu tujuan wisata utama di Macau, sangat ramai. Meski mendung menggelayut di langit, para turis tetap memadati Senado Square yang penuh dengan bangunan bersejarah bergaya neo klasik khas Portugis. Mulai dari warna, corak dan arsitektur, semuanya bergaya Portugis.
Pada tahun 1993, bagian depan Senado Square di-paving dengan cobble stone yang bercorak hitam putih bergelombang, khas Mediterania. Di sekitar Senado Square terdapat jalan-jalan kecil bak labirin dengan bangunan kuno di kanan kiri jalan. Berbagai toko dan butik merek internasional juga ada di Senado Square. Mulai dari Mango, Nike, Casio, Quick Silver, Starbucks hingga Mc Donald.
Berbagai bangunan cantik di Senado Square dibangun pada abad ke-19 dan 20. Ada beberapa bangunan menarik di Senado Square, yang paling menonjo adalah Leal Senado Building, Holy House of Mercy, dan Macau Business Tourism Center.
Pada tahun 1993, bagian depan Senado Square di-paving dengan cobble stone yang bercorak hitam putih bergelombang, khas Mediterania. Di sekitar Senado Square terdapat jalan-jalan kecil bak labirin dengan bangunan kuno di kanan kiri jalan. Berbagai toko dan butik merek internasional juga ada di Senado Square. Mulai dari Mango, Nike, Casio, Quick Silver, Starbucks hingga Mc Donald.
Berbagai bangunan cantik di Senado Square dibangun pada abad ke-19 dan 20. Ada beberapa bangunan menarik di Senado Square, yang paling menonjo adalah Leal Senado Building, Holy House of Mercy, dan Macau Business Tourism Center.
Leal Senado Building
Leal Senado Building (Instituto para os Assuntos Civicos e Municipais)
Leal Senado Building letaknya di seberang Senado Square, di pinggir Avenida Almeida Ribeiro. Gedung tua nan indah ini ini dibangun pada tahun 1784. Dulunya, Leal Senado Building merupakan Kantor Walikota Macau. Sekarang, bangunan ini dimanfaatkan sebagai perpustakaan. Bangunan yang ada sekarang merupakan hasil perbaikan (rekonstruksi) pada tahun 1874. Ruang perpustakaan yang ada di lantai 1, dilengkapi dengan furnitur kuno (vintage) dan meniru perpustakaan di Portugis (Biblioteca do Convento de Mafra). Perpustakaan ini memiliki koleksi buku dan dokumen dari abad ke-17 sampai tahun 1950-an, terutama buku-buku tentang Penjelajahan Portugis di Asia dan Afrika.
Holy House of Mercy
Holy House of Mercy (Santa Casa da Misericordia)
Holy House of Mercy nama Portugisnya Santa Casa da Misericordia dibangun pada tahun 1569. Awalnya bangunan ini difungsikan sebagai rumah sakit, namun sekarang difungsikan sebagai museum. Bangunan utama gedung ini dibangun pada abad ke-18, tetapi bangunan dengan gaya neo klasik yang nampak sekarang merupakan hasil renovasi pada tahun 1905.
Gereja St. Dominic
St. Dominic’s Square (Largo de São Domingos)
Dari Senado Square, saya melanjutkan perjalanan ke St. Dominic’s Square. Di sekitar alun-alun ini terdapat berbagai toko yang menjual pakaian, kosmetik hingga makanan. Bangunan paling menonjol di St. Dominic’s Square adalah Gereja St. Dominic. Gereja yang sekarang dicat kuning ini dibangun pada tahun 1587 dan merupakan gereja pertama di Cina. Arsitektur gereja ini menggabungkan berbagai gaya, namun altarnya bergaya Barok.
Ruins of St. Paul's
Ruins of St. Paul’s (Ruinas de São Paulo)
Inilah ikonnya Macau, yang bisa Anda lihat di berbagai souvenir khas Macau seperti kaos, gantungan kunci, magnet kulkas, kartu pos hingga hiasan dinding. Rasanya belum afdol jika berkunjung ke Macau tanpa mampir ke reruntuhan Gereja St. Paul (Ruins of St. Paul’s), yang letaknya tidak jauh dari Senado Square dan St. Dominic’s Square. Ruins of St. Paul’s sebenarnya adalah fasad bagian depan dari Gereja St. Paul yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1580. Gereja ini sempat terbakar dua kali, yaitu pada tahun 1595 dan 1601. Pada tahun 1835, kebakaran hebat melanda Gereja St. Paul lagi dan hanya menyisakan fasad bagian depan beserta anak tangga di depannya. Sisa reruntuhannya saja masih indah dan mampu memukau pengunjungnya. Apalagi kalau Gereja St. Paul masih utuh ya? Saya yakin, pasti Gereja St. Paul jauh lebih indah.
Meriam di Mount Fortress
Mount Fortress dan Museum Macau
Puas berfoto di Ruins of St. Paul’s saya melanjutkan perjalanan menuju Mount Fortress yang letaknya di atas Ruins of St. Paul’s. Untuk mencapai benteng ini, saya harus melewati jalan yang menanjak dan meniti puluhan anak tangga. Mount Fortress dibangun oleh Portugis pada tahun 1617. Benteng berbentuk trapesium ini menempati area seluas 10.000 meter persegi. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai altar selama 300 tahun, tapi kemudian diubah menjadi benteng oleh Portugis. Sebagai buktinya, masih tersisa beberapa meriam di benteng ini. Mount Fortress beberapa kali mengalami perubahan fungsi, mulai dari tempat kediaman Gubernur Macau, barak tentara, penjara sampai tempat pengamatan. Sekarang, benteng ini difungsikan sebagai museum dengan nama Museu de Macau (Museum Macau). Museum ini dibuka untuk umum dari pukul 10.00 – 18.00 (Senin tutup). Saya tidak terlalu berminat memasuki museum ini karena harus bayar. Saya lebih memilih naik ke atap museum untuk bisa menyaksikan pemandangan Kota Macau yang indah. Dari atap museum, saya bisa melihat pemandangan seluruh penjuru Macau, termasuk laut, jembatan, dan Hotel Grand Lisboa yang tampak menonjol.
Museum Macau
Seiring mendung yang semakin gelap, saya beranjak turun dari Museum Macau. Saya berjalan meniti anak tangga dan menyusuri jalan-jalan kecil melewati Ruins of St. Paul’s lagi. Di depan Ruins of St. Paul’s saya bertemu dengan beberapa turis dari Jakarta. Saya sempat ngobrol-ngobrol sejenak dengan mereka. Saya juga mampir ke sebuah toko kue dan snack (pasteleria) untuk mencicipi kelezatan Portugues Egg Tart yang sangat terkenal itu. Tak lupa saya membeli beberapa souvenir khas Macau berupa gantungan kunci dan kartu pos. Selanjutnya saya kembali ke hotel untuk mengambil barang dan check out.
Sebelum bertolak ke Terminal Ferry Macau (Terminal Marítimo) untuk selanjutnya menyeberang dengan ferry ke Hongkong, saya mampir dulu ke Hotel & Casino Grand Lisboa. Mumpung masih di Macau, saya ingin melihat aktivitas perjudian di kasino. Selain itu, saya juga mau naik shuttle bus gratis (lumayan menghemat ongkos transport) ke Terminal Ferry Macau. Ternyata penjagaan di pintu masuk hotel sekaligus kasino ini tidak ketat. Orang bisa keluar masuk dengan mudah seperti masuk ke mal. Namun, jangan harap Anda bisa berfoto atau mengambil gambar di dalam area kasino. Waktu saya nekat memotret aktivitas judi di kasino, seorang security perempuan menghampiri saya dan melihat foto-foto di kamera saya. Dia meminta saya menghapus foto-foto di kasino tersebut. Dengan berat hati, saya pun menghapus foto-foto tersebut.
Setelah mendapat tiket shuttle bus, saya langsung menuju tempat parkir bus yang letaknya di basement hotel/kasino. Saya segera naik bus yang sudah tersedia dan tak sampai lima menit menunggu, bus pun jalan menuju Terminal Ferry Macau. Begitu tiba Terminal Ferry Macau, saya langsung membeli tiket ferry ke Hongkong dan antri di imigrasi. Sebentar lagi saya akan meninggalkan Macau dan menuju Hongkong.
Rasanya belum puas enam jam menjelajahi Macau. Masih ada beberapa tempat menarik yang belum sempat saya kunjungi di Macau, di antaranya Macau Tower dan Venetian Macau Hotel & Resort. Macau memang memukau. Nggak heran kalau kota kecil ini mampu menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk mengunjunginya. Seiring ferry bergerak meninggalkan pelabuhan, dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti saya akan kembali ke Macau. (edyra)***
*Dimuat di Majalah SEKAR No. 50, 9 Februari 2011.
Sebelum bertolak ke Terminal Ferry Macau (Terminal Marítimo) untuk selanjutnya menyeberang dengan ferry ke Hongkong, saya mampir dulu ke Hotel & Casino Grand Lisboa. Mumpung masih di Macau, saya ingin melihat aktivitas perjudian di kasino. Selain itu, saya juga mau naik shuttle bus gratis (lumayan menghemat ongkos transport) ke Terminal Ferry Macau. Ternyata penjagaan di pintu masuk hotel sekaligus kasino ini tidak ketat. Orang bisa keluar masuk dengan mudah seperti masuk ke mal. Namun, jangan harap Anda bisa berfoto atau mengambil gambar di dalam area kasino. Waktu saya nekat memotret aktivitas judi di kasino, seorang security perempuan menghampiri saya dan melihat foto-foto di kamera saya. Dia meminta saya menghapus foto-foto di kasino tersebut. Dengan berat hati, saya pun menghapus foto-foto tersebut.
Setelah mendapat tiket shuttle bus, saya langsung menuju tempat parkir bus yang letaknya di basement hotel/kasino. Saya segera naik bus yang sudah tersedia dan tak sampai lima menit menunggu, bus pun jalan menuju Terminal Ferry Macau. Begitu tiba Terminal Ferry Macau, saya langsung membeli tiket ferry ke Hongkong dan antri di imigrasi. Sebentar lagi saya akan meninggalkan Macau dan menuju Hongkong.
Rasanya belum puas enam jam menjelajahi Macau. Masih ada beberapa tempat menarik yang belum sempat saya kunjungi di Macau, di antaranya Macau Tower dan Venetian Macau Hotel & Resort. Macau memang memukau. Nggak heran kalau kota kecil ini mampu menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk mengunjunginya. Seiring ferry bergerak meninggalkan pelabuhan, dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti saya akan kembali ke Macau. (edyra)***
*Dimuat di Majalah SEKAR No. 50, 9 Februari 2011.
No comments:
Post a Comment