Dibandingkan dua kota tetangganya, London dan Manchester, Birmingham memang kalah populer. Padahal Birmingham tidak kalah menarik dibanding dengan kedua kota tersebut. Kota yang letaknya di antara London dan Manchester ini kaya akan bangunan tua bersejarah, dengan arsitektur yang menawan. Hebatnya lagi, berbagai bangunan tua tersebut dalam kondisi yang bagus dan sangat terawat. Karena itulah saya tertarik untuk mengunjungi Birmingham sepulang dari Edinburgh, Skotlandia.
Saya mulai jatuh cinta pada Birmingham, begitu bus yang membawa saya dari Birmingham Airport memasuki kota Birmingham. Rumah-rumah dari bata merah dengan cerobong asap yang ada di kanan kiri jalan, segera menarik perhatian saya. Semakin mendekati pusat kota, semakin banyak bangunan dari bata merah yang saya lihat. Sepertinya, sebagian besar bangunan di Birmingham memang terbuat dari bata merah. Berbagai bangunan dari bata merah tersebut membuat mata saya lebih segar karena saat di Glasgow dan Edinburgh, saya hanya melihat bangunan berwarna coklat dan kelabu. Saya jadi tidak sabar untuk segera menjelajahi Birmingham.
Begitu bus tiba berhenti di halte dekat Bull Ring Shopping Center (salah satu landmark-nya Birmingham), saya langsung turun dari bus, dan berjalan menuju Birmingham New Street Station (stasiun kereta api utama di Birmingham). Saya ingin menitipkan ransel saya di left luggage yang ada di stasiun tersebut. Maklum, saya hanya ingin day trip di kota ini, tidak ada rencana menginap di hotel. Makanya, agar bisa jalan-jalan dengan nyaman tanpa harus direpotkan oleh ransel yang berat, saya memutuskan untuk menitipkan ransel saya di left luggage. Harga sewanya tidak terlalu mahal, yaitu : £ 2,00 (sekitar Rp 28.500,00) per tas/ransel/kopor untuk masa enam jam.
Setelah menitipkan ransel di left luggage, saya langsung menuju Tourist Information Center yang juga berada di dalam Birmingham New Street Station, untuk mencari peta Kota Birmingham dan beberapa brosur wisata tentang kota tersebut. Di negara maju seperti Inggris, turis sangat dimanjakan. Peta dan brosur wisata bisa didapatkan dengan mudah dan gratis di berbagai tempat umum seperti : bandara, stasiun kereta api, maupun Tourist Information Center.
Victoria Square
Berbekal Peta Birmingham, saya segera keluar stasiun dan berjalan menuju Victoria Square yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Birmingham New Street Station. Victoria Square merupakan alun-alun di pusat Kota Birmingham yang dikelilingi berbagai bangunan tua dengan arsitektur yang sangat indah. Tiga bangunan yang sangat menonjol dan selalu menjadi objek foto para turis adalah Council House, Town Hall, dan Kantor Pos Lama. Ketiga bangunan tua tersebut, memiliki gaya arsitektur yang berbeda-beda. Council House dengan gaya Victoria, Town Hall dengan gaya Georgia, dan Kantor Pos Lama dengan gaya Renaissance. Dulunya, Victoria Square bernama Council House Square. Pada tanggal 10 Januari 1901, namanya diganti menjadi Victoria Square untuk menghormati Ratu Victoria.
Ketika saya tiba di Victoria Square, suasana sudah ramai walau hari masih pagi. Banyak turis dan Warga Kota Birmingham yang duduk-duduk santai di dekat The River Fountain (air mancur), yang berada di depan Council House. Beberapa turis nampak asyik memotret Council House dan Town Hall. Bebarapa turis lainnya nampak berfoto dengan latar belakang The River Fountain dan Council House. Saya pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan berbagai bangunan cantik yang ada di Victoria Square tersebut. Kapan lagi bisa mendapatkan berbagai objek foto menarik di satu tempat?
Birmingham Museum and Art Gallery
Dari Victoria Square saya beranjak menuju Birmingham Museum and Art Gallery yang berada di Chamberlain Square, di belakang Council House. Museum ini berisi koleksi berbagai benda seni, sejarah, arkeologi, dan etnografi dari lima benua, mulai dari lukisan, patung, sampai keramik. Jumlah koleksi seluruhnya sekitar 500.000 objek/barang. Benda koleksi tersebut ditata/dipajang dengan sangat menarik sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama di dalamnya.
Birmingham Museum and Art Gallery buka setiap hari dari jam 10.00 pagi sampai jam 05.00 sore. Pada hari Minggu, jam bukanya hanya setengah hari, yaitu dari jam 12.30 - 17.00. Museum ini hanya tutup pada hari libur nasional (tanggal merah). Asyiknya lagi, museum ini tidak memungut biaya sepeser pun bagi pengunjungnya. Pihak museum hanya menyediakan kotak donasi bagi pengunjung yang ingin memberikan donasi seikhlasnya di lobi utama, di dekat pintu masuk museum.
Victoria Law Courts
Victoria Law Courts
Dari Birmingham Museum and Art Gallery saya berjalan menuju Victoria Law Courts yang berada di Corporation Street. Saya tertarik untuk mengunjungi Victoria Law Courts gara-gara melihat foto bangunan ini yang berwarna merah menyala di brosur wisata Kota Birmingham. Bentuk bangunan yang unik, arsitektur yang menarik, dan warnanya yang merah menyala, membuat bangunan ini tampak menonjol dan mudah dicari. Victoria Law Court merupakan gedung tua yang berusia lebih dari 100 tahun. Gedung ini awalnya merupakan gedung Pengadilan Negeri Birmingham, namun sekarang dimanfaatkan sebagai tempat Birmingham Magistrate’s Court. Gedung unik nan cantik ini dirancang oleh desainer asal London, Aston Webb dan Ingress Bell. Victoria Law Courts dibangun pada tahun 1887 dan selesai pada tahun 1891. Peletakan batu pertama pembangunan gedung ini dilakukan sendiri oleh Ratu Victotia, pada tanggal 23 Maret 1887. Sayangnya, turis/pengunjung tidak bisa masuk ke dalam Victoria Law Courts. Kita hanya bisa mengagumi keindahan gedung tersebut dari luar.
Jewellery Quarter
Puas mengagumi keindahan Victoria Law Courts, saya segera menuju Jewellery Quarter,yang letaknya agak jauh di luar Kota Birmingham. Sebenarnya saya tidak tertarik untuk mengunjungi Jewellery Quarter karena saya bukan penggemar perhiasan. Namun, saya tergerak juga untuk mampir ke sana karena kata orang kunjungan ke Birmingham serasa kurang lengkap tanpa mampir ke Jewellery Quarter.
Jewellery Quarter merupakan sebuah kawasan pusat penjualan perhiasan emas, perak, intan dan berlian di Birmingham. Di sana terdapat sekitar 800 pelaku bisnis perhiasan yang membuka toko dan galeri di sana. Bagi pecinta perhiasan, Jewellery Quarter merupakan surga. Anda bisa membeli berbagai jenis perhiasan dengan model yang menarik. Bahkan Anda bisa memesan perhiasan dengan model sesuai keinginan Anda. Namun, perlu Anda ketahui, harga perhiasan di berbagai toko yang ada di Jewellery Quarter sangat mahal bagi pemegang Rupiah. Maklum, selain nilai tukar Pound terhadap Rupiah yang memang tinggi, harga berbagai jenis perhiasan tersebut juga memang lebih mahal bila dibandingkan dengan dI Indonesia. Namun, bagi pecinta perhiasan sejati, harga sepertinya bukan masalah. Yang penting bisa mendapatkan perhiasan yang indah sesuai keinginan.
Bull Ring Shopping Center
Setelah capai mengelilingi Jewellery Quarter, saya kembali ke pusat kota Birmingham untuk mencari makan siang. Saya membeli chicken sandwich dan jus jeruk di sebuah supermarket, lalu membawanya ke Bull Ring Shopping Center. Saya nikmati makan siang di mal tersebut, sambil melihat lalu lalang orang di dalam mal.
Bull Ring Shopping Center merupakan pusat perbelanjaan modern (mal) di Birmingham. Gedung Bull Ring Shopping Center sangat berbeda dengan gedung-gedung lainnya yang ada di Birmingham, yang sebagian besar merupakan bangunan tua yang terbuat dari bata merah. Bull Ring Shopping Center menempati sebuah gedung baru dengan arsitektur modern yang sangat unik, dengan warna dominan silver. Tak ayal, Bull Ring Shopping Center pun menjadi salah satu landmark terbarunya Birmingham. Berbagai departemen store/retailer terkenal ada di sini. Mulai dari Debenhams, Mango, Zara sampai Top Man Top Shop. Bagi penggila belanja, sepertinya harus meluangkan waktu untuk mampir ke Bull Ring Shopping Center ketika berkunjung ke Birmingham.
St. Martin’s Church
Tak jauh dari Bull Ring Shopping Center, terdapat pusat perbelanjaan lainnya, yaitu Bull Ring Market. Namun, saya tidak langsung menuju pasar tersebut karena saya melihat sebuah gereja tua dengan arsitektur Gaya Gothic di dekat Bull Ring Shopping Center. Saya mampir sejenak di gereja yang terletak di antara Bull Ring Shopping Center dan Bull Ring Market tersebut. Gereja yang bernama St. Martin’s Church ini dibangun pada tahun 1873 - 1875 oleh arsitek Victoria bernama J. A. Chatwin. Gereja St. Martin sangat mudah dikenali karena menaranya yang tinggi menjulang. Uniknya, menara gereja ini dibangun lebih dulu daripada gereja St. Martin itu sendiri, yaitu pada tahun 1850. Gereja ini terbuka untuk umum dari hari Selasa – Sabtu, dari pukul 09.00 – 18.00.
Bull Ring Market
Beberapa saat sebelum kembali ke London, saya menyempatkan diri mampir ke Bull Ring Market. Pasar tradisional ini menyediakan berbagai kebutuhan makanan sehari-hari seperti daging, ayam, ikan, telor, susu, buah-buahan, dan sayur-mayur. Harga barang di Bull Ring Market sangat murah. Saya sampai tidak percaya melihat harga barang semurah itu di Inggris. Bayangkan, 12 butir telor ayam yang besar-besar hanya dijual £1,00 (sekitar Rp 14.500,00). Buah segar seperti jeruk sunkist, anggur merah, kiwi, strawberry, peach, dan plum juga dijual seharga £1,00 per mangkuk besar. Bahkan kalau kita membeli dua mangkuk, harganya hanya £1,50. Benar-benar murah kan?
Melihat buah-buahan segar yang harganya sangat murah, saya pun tertarik untuk membelinya. Saya membeli satu mangkuk plum merah dan satu mangkuk kiwi dengan harga total £1,50 dari salah seorang penjual yang ada di pasar tersebut. Saya menikmati buah tersebut di dalam bus, dalam perjalanan kembali ke London.
Sebenarnya masih banyak gedung-gedung tua yang cantik di Birmingham. Namun, karena saya sudah terlanjur membeli tiket bus ke London untuk sore hari, saya tidak bisa mengunjungi semua gedung cantik tersebut. sepertinya butuh waktu dua sampai tiga hari untuk bis menjelajahi seluruh sudut kota Birmingham. Ternyata, Birmingham memang kota merah bata yang mempesona.
Getting There
Untuk mencapai Birmingham, dari London Anda bisa naik bus atau kereta api. Perjalanan dengan bus akan memakan waktu sekitar tiga jam, dan bus akan berangkat dari Victoria Coach Station, London. Banyak bus yang melayani rute London - Birmingham dan sebaliknya. Dua perusahaan bus yang paling terpercaya adalah National Express (www.nationalexpress.com) dan Megabus (www.megabus.com). Tiket bus bisa Anda beli secara on line di situs bus masing-masing. Semakin cepat Anda booking, semakin besar kemungkinan Anda akan mendapatkan harga tiket yang murah.
Kalau Anda memilih naik kereta api, perjalanan akan memakan waktu sekitar dua jam (satu jam lebih cepat daripada naik bus). Kereta akan berangkat dari London Euston Station dan berhenti di Birmingham New Street Station. Salah satu kereta api yang melayani rute London - Birmingham dan sebaliknya adalah Virgin Train (www.virgintrains.co.uk). Tiket kereta juga bisa Anda beli secara on line di situs Virgin Train. Sama seperti tiket bus, sebaiknya Anda booking jauh-jauh hari sebelum keberangkatan agar bisa mendapatkan harga tiket yang murah. Anda bisa membeli tiket kereta menjelang keberangkatan, tapi dengan risiko akan mendapatkan harga tiket yang sangat mahal. Harga tiket biasanya membengkak sampai dua kali lipat.(edyra)***
*Dimuat di Majalah VENUE Edisi Agustus 2011.
*Dimuat di Majalah VENUE Edisi Agustus 2011.
Wah, postingannya menarik. Bikin saya tambah ngiler untuk angkat ransel. :D
ReplyDelete*siap-siap nabung ke Europe*
terima kasih
DeleteThanks ya, udah mampir ke blogku! Eropa emang mempesona. Cepetan berburu tiket promo deh, kalo mo ke sana!
ReplyDeletewah nice artikel nih :)
ReplyDeletePenginapan Dieng
nice kelihatannya sangat menyenangkan. mudah2an suatu saat bisa ke London, Manchester dan Birmingham. Aamiin. saya sangat senang dg Uk.
ReplyDelete