TERPESONA KEUNIKAN PANTAI PASIR TIGA WARNA
Posted in
Labels:
East Nusa Tenggara
|
at
09:20
Menikmati keindahan Pantai Pasir Tiga Warna |
Dibandingkan dengan dua pulau tetangganya (Alor
dan Lembata), Pulau Pantar memang kalah tenar. Maklum, selain letaknya yang
jauh di pelosok Nusa Tenggara Timur, akses menuju Pulau Pantar juga cukup sulit
karena pulau ini belum mempunyai bandara. Berbeda dengan Pulau Alor dan Pulau Lembata
yang masing-masing sudah mempunyai bandara, sehingga mudah diakses. Selain itu,
Alor juga terkenal akan keindahan pantai dan alam bawah lautnya sebagai salah
satu tempat menyelam terbaik dunia sedangkan Lembata terkenal dengan tradisi
perburuan pausnya yang masih berlangsung sampai sekarang.
Perahu untuk menyeberang ke Pulau Pantar dari Pelabuhan Pantai Reklamasi Kalabahi |
Tidak dikenal bukan berarti tidak menarik. Meski
tidak terdengar gaungnya, Pulau Pantar mempunyai banyak tempat menarik. Seperti
kebanyakan pulau-pulau kecil lainnya, Pantar juga dikelilingi banyak pantai
cantik. Mulai dari yang berpasir hitam, putih, kelabu hingga pantai yang
dihiasi hamparan batu kerikil. Ada juga pantai dengan pasir warna-warni yaitu
Pantai Pasir Tiga Warna. Pantai cantik nan unik ini terletak di Dusun Puntaru,
Desa Tude, Kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, NTT.
Pulau-pulau kecil yang kami lihat dalam perjalanan ke Pulau Pantar |
Bukan perkara yang mudah untuk mencapai Pantai
Pasir Tiga Warna. Saya harus berganti-ganti berbagai alat trasnportasi, mulai
dari pesawat, kapal motor hingga sepeda motor. Pertama, saya harus terbang dulu
ke Kota Kalabahi di Pulau Alor. Selanjutnya, bersama teman yang asli Alor, saya
harus melanjutkan perjalanan dengan kapal motor (perahu) dari Pelabuhan Pantai
Reklamasi Kalabahi menuju Pelabuhan Baranusa, di Pulau Pantar. Perjalanan
berperahu ini memakan waktu lebih dari empat jam dengan melewati Teluk Mutiara,
Selat Pantar, dan Teluk Blangmerang. Namun, meski harus berjam-jam di atas
perahu, perjalanan dari Kalabahi sampai Baranusa jauh dari kata membosankan. Justru
sangat menyenangkan. Sepanjang jalan mata kami disuguhi berbagai pemandangan
menarik, mulai dari perbukitan hijau, pulau-pulau kecil, pantai-pantai berpasir
putih hingga aktivitas para nelayan di laut. Yang paling menarik tak lain
adalah atraksi lumba-lumba. Baru beberapa menit perahu berlayar menyusuri Teluk
Mutiara, tiba-tiba muncul sekawanan lumba-lumba yang menari lincah di sebelah
kiri perahu kami. Tentu saja saya girang melihat lumba-lumba di habitat
aslinya. Apalagi atraksi lumba-lumba ini bukan hanya sekali. Di perairan Teluk
Blangmerang juga muncul lagi kawanan lumba-lumba yang menari dengan indahnya. Sayangnya,
saya selalu terlambat mengabadikan lumba-lumba dengan kamera kesayangan karena
keasyikan melihat tarian mereka.
Pelabuhan Baranusa, Pulau Pantar |
Setelah berperahu selama hampir lima jam,
akhirnya Kapal Motor Harapan Jaya yang kami naiki merapat di Pelabuhan Baranusa.
Kota kecil di tepi Teluk Blangmerang ini merupakan ibu kota Kecamatan Pantar
Barat. Namun, kami tak berlama-lama di Baranusa. Menurut penduduk setempat, Pantai
Pasir Tiga Warna masih jauh. Jaraknya sekitar 15 km dari Baranusa dan kondisi
jalan ke sana tidak bagus. Makanya setelah menunaikan sholat zuhur, kami
langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Pasir Tiga Warna dengan sepeda motor
milik teman saya.
Jalan rusak menuju Pantai Pasir Tiga Warna |
Ternyata ucapan Warga Baranusa benar adanya. Kondisi
jalan dari Baranusa menuju Pantai Pasir Tiga Warna sangat buruk. Di dalam Kota
Baranusa saja jalannya rusak. Begitu keluar kota, kondisi jalan makin parah. Jalannya
sempit dan berkelok-kelok naik turun bukit. Sebagian besar aspal jalan sudah
hilang, berganti menjadi jalan tanah berbatu. Parahnya lagi, tak ada satu pun
rambu-rambu lalu lintas ataupun penunjuk arah. Padahal kami menjumpai beberapa
pertigaan/perempatan jalan. Alhasil, setiap bertemu persimpangan jalan, kami
harus bertanya arah jalan menuju Pantai Pasir Tiga Warna (Puntaru) kepada
penduduk setempat agar tidak tersesat.
Gerbang Desa Tude, di mana terdapat Pantai Pasir Tiga Warna |
Setelah berjibaku dengan jalanan rusak selama
satu jam lebih, akhirnya kami tiba di Pantai Pasir Tiga Warna. Mata saya langsung
segar dan segala rasa capek langsung hilang begitu melihat kecantikan Pantai
Pasir Tiga Warna. Kalau kebanyakan pantai biasanya berpasir hitam, putih atau
kelabu dengan air laut hijau atau biru, Pantai Pasir Tiga Warna beda. Sekilas
pasir pantai ini terlihat berwarna coklat kemerahann. Namun, ketika saya ambil
segenggam dan saya perhatikan dengan seksama, pasirnya terdiri dari beberapa
warna. Tiga warna dominan adalah coklat kemerahan, hitam, dan putih transparan
seperti butiran gula pasir. Hal itulah yang membuatnya dinamakan Pantai Pasir
Tiga Warna.
Pantai Pasir Tiga Warna yang unik dan eksotis |
Uniknya lagi, warna air laut di Pantai Pasir
Tiga Warna juga berbeda dari pantai kebanyakan. Warnanya bergradasi hijau,
kuning dan coklat sehingga terlihat sangat cantik. Apalagi bentuk pantainya
juga melengkung indah dengan Gunung Delaki dan Gunung Sirung berdiri menjulang sebagai
latar belakang. Perpaduan antara pantai berpasir coklat kemerahan, batuan merah
di pinggir pantai, laut kuning hijau dan dua gunung di kejauhan menciptakan
panorama yang sangat menakjubkan. Saya sampai bengong melihat keindahan dan
keunikan Pantai Pasir Tiga Warna.
Batuan berwarna merah kecoklatan di Pantai Pasir Tiga Warna |
Air terjun belerang di Pantai Pasir Tiga Warna |
Ketika kami tiba, suasana di Pantai Pasir Tiga
Warna sangat sepi. Tak ada pengunjung lain selain kami berdua dan seorang
nelayan yang sedang memancing di atas sampan, di tengah laut. Jadinya kami bisa
bebas menjelajah dan memotret setiap sudut Pantai Pasir Tiga Warna tanpa gangguan
pengunjung lain. Kami pun berjalan menyusuri pantai hingga tiba di sebuah muara
sungai dengan air terjun kecil. Ternyata ada yang unik dengan muara sungai
tersebut. Warna airnya kuning jernih mirip air kencing (urin) karena mengandung
belerang. Masyarakat setempat pun menamakannya Sungai Belerang. Mata air sungai
tersebut memang berada di kaki Gunung Sirung yang mempunyai kawah belerang di
puncaknya dan masih aktif sampai sekarang. Rupanya air sungai belerang itulah
yang mengakibatkan air laut di Pantai Pasir Tiga Warna menjadi berwarna kuning.
Warna coklatnya berasal dari pasirnya yang berwarna dominan coklat kemerahan
sedangkan warna hijaunya berasal dari pantulan pepohona yang ada di pinggir
pantai. Tak pelak lagi, Pantai Pasir Tiga Warna terlihat sangat mempesona dan
membuat pengunjungnya betah berlama-lama di sana, termasuk saya dan teman saya.
Kami berdua seperti terhipnotis oleh keindahan oleh Pantai Pasir Tiga Warna dan
enggan untuk meninggalkannya.
How to Get There
Untuk mencapai Pantai Pasir Tiga Warna, Anda
harus terbang dulu ke Kupang, NTT, kemudian lanjut terbang ke Kalabahi, di
Pulau Alor. Dari Kalabahi, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Baranusa, di
Pulau Pantar dengan kapal motor selama 4 - 5 jam. Dari Baranusa, Anda bisa naik
ojek sekitar satu jam hingga tiba di Pantai Pasir Tiga Warna.
Tips Memotret di Pantai Pasir Tiga
Warna
- Perahu dari Kalabahi, Alor ke Baranusa, Pantar hanya sekali sehari. Perahu berangkat dari Pelabuhan Pantai Reklamasi Kalabahi jam 07.30 pagi dengan biaya Rp 50.000,00 per orang. Perjalanan memakan waktu 4 -5 jam tergantung cuaca (angin dan gelombang).
- Dari Baranusa ke Pantai Pasir Tiga Warna tidak ada kendaraan umum. Satu-satunya cara menuju ke sana adalah dengan ojek.
- Tidak ada hotel atau penginapan di sekitar Pantai Pasir Tiga Warna. Untuk menginap, Anda harus kembali ke Baranusa di mana terdapat losmen sederhana. Bila Anda tetap ingin menginap di dekat Pantai Pasir Tiga Warna untuk memotret panorama matahari terbit (sunrise) keesokan harinya, Anda bisa menginap di rumah Kepala Desa Tude dengan meminta izin terlebih dahulu.
- Bawalah bekal makanan dan minuman dari Kalabahi karena di sekitar Pantai Pasir Tiga Warna tidak ada restoran atau warung makan.
- Jangan lupa membawa sunblock, topi, dan kaca mata hitam, untuk melindungi Anda dari teriknya matahari pantai.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
30 April 2016 at 20:07
Selamat malam mas, perkenalkan sy Prima, dari jakarta..
Seorang Mahasiswa UI
Boleh minta alamat email atau nomor kontaknya kah mas?
Ada beberapa hal yang mau saya tanya2kan atau diskusikan terkait Pulau Pantar..
Ini email saya:
primsz35@gmail.com
Salam
2 May 2016 at 07:36
Thanks udah mampir ke blog aku. Ntar aku kirim ke emailmu alamat kontak aku.
5 January 2017 at 11:01
Selamat pagi mas, saya Lian mahasiswi UIN Walisongo Semarang, bolehkah meminta kontak person mas edyra? Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan terkait pulao tsb mas. Ini email saya lianitangg@gmail.com
Wassalamuallaikum
5 January 2017 at 11:07
Boleh. Ntar aku kirim ke email.
28 January 2017 at 19:10
Terima ksh krn telah mengekspose keindahan pulau alor dan pantar. Tp maaf atas kekurangan sarana prasarana yg tdk memadai dikarenakan blm ada tangan2 indah yg memoles keindahan kab alor ku tercinta
28 January 2017 at 19:11