Puluhan sopir bajaj (rickshaw) menyambut saya dan teman ketika keluar dari Stasiun
Metro (kereta api bawah tanah) Qutab Minar. Mereka menawarkan jasanya untuk
mengantar kami ke Qutub Minar yang katanya berjarak 3 km dengan tarif yang
seragam, Rs 50,00 (sekitar Rp 10.000,00). Iseng-iseng saya menawar Rs 30,00
kepada salah satu sopir bajaj, tapi dia tidak mau. Kami pun pura-pura tidak
butuh dan terus berjalan ke arah jalan raya. Ternyata sopir bajaj tadi mengejar
kami dan menurunkan harganya menjadi Rs 40,00. Karena tak tahan dengan udara
yang panas dan sinar matahari yang menyengat, saya pun menerima tawarannya.
Saat itu, India memang sedang memasuki musim panas. Suhu udara berkisar antara
36 - 38 derajat Celcius, sehingga tidak nyaman untuk berjalan kaki di siang
bolong. karena akan membuat kami cepat lelah dan haus. Jadi, cara paling nyaman
untuk mencapai Qutub Minar adalah dengan naik bajaj.
Stasiun Metro Qutub Minar |
Pilihan kami untuk naik bajaj menuju Qutub Minar
ternyata sangat tepat. Pasalnya, perjalanan menuju kompleks situs peninggalan
Islam ini melewati jalan rusak dan berdebu. Selain itu, juga tak ada penunjuk
arah/rambu-rambu sama sekali. Kalau berjalan kaki, tentu kami akan kebingungan
dan harus bertanya ke warga setempat.
Tiba di kompleks Qutub Minar, suasana sangat ramai.
Saya dan teman langsung menuju pintu gerbang yang berada di kiri jalan untuk
membeli tiket masuk. Anehnya, loket penjualan tiket ternyata berada di seberang
jalan, satu kompleks dengan tempat parkir. Alhasil, kami pun harus balik dan
menyeberang jalan, menuju loket penjualan tiket.
Tiket masuk kami dapatkan dengan mudah tanpa perlu
ngantri karena loket untuk turis asing sedang kosong. Harga tiket untuk turis
asing Rs 250,00 (sekitar Rp 50.000,00) per orang, dan untuk turis lokal (India)
hanya Rs 20,00. Sebenarnya saya jengkel dengan perbedaan harga tiket yang
sangat jauh tersebut, tapi tidak kaget lagi. Hampir semua tempat wisata di
India memang memberlakukan diskriminasi tarif masuk yang sangat besar terhadap
turis asing. Bahkan di Taj Mahal harga tiket masuknya Rs 750,00 untuk turis
asing dan Rs 20,00 untuk turis lokal.
Mughal Garden |
Setelah mendapat tiket, kami segera masuk ke
kompleks Qutub Minar. Sebuah taman asri yang bernama Mughal Garden menyambut kami di sebelah kanan jalan. Nampak
beberapa turis lokal duduk-duduk santai di atas rumput hijau taman tersebut. Ada
juga anak-anak yang berlarian di sana. Tak jauh dari Taman Mughal, berdiri
Masjid Mughal yang mungil. Meski sudah berusia ratusan tahun, masjid yang dibangun pada era Kekaisaran Mughal tersebut
masih terlihat bagus dan masih digunakan untuk sholat hingga saat ini.
Ala'i Darwaza |
Kami terus berjalan mendekati Qutub Minar tapi kami
tidak langsung menuju ke sana. Kami mampir dulu ke sebuah bangunan kecil
berbentuk kotak/kubus dengan kubah di atasnya. Bangunan yang berada di sebelah
selatan Qutub Minar tersebut bernama Ala’i Darwaza yang
tak lain adalah pintu gerbang memasuki area Masjid Quwwat-ul-Islam dan Qutub
Minar. Dinding bangunan ini terbuat dari batu bata merah dengan kombinasi batu
marmer putih yang dihiasi ukiran bunga, geometris, dan kaligrafi Al Qur’an.
Sayangnya ornamen ini sudah banyak yang terkelupas dimakan usia sehingga
mengurangi keindahan bangunan tersebut.
Madrasah Alauddin |
Kami bergerak ke tempat yang lebih tinggi di
sebelah barat. Di sana terdapat bangunan Madrasah Alauddin. Bangunan tanpa atap
ini tampak eksotis karena dindingnya terbuat dari batu alam yang dibiarkan
terbuka tanpa dilapisi semen. Pintu dan lorongnya yang berbentuk melengkung
seperti kubah juga membuatnya sedap dipandang mata. Tak heran kalau banyak
pengunjung banyak yang memanfaatkan tempat ini untuk berfoto.
Di depan bangunan Madrasah Alauddin ada sebuah
taman dengan bunga-bunga dan beberapa pohon peneduh yang rindang. Selain
sebagai tempat bersantai, taman ini juga menjadi lokasi strategis untuk
mengamati dan memotret Qutub Minar karena dari tempat ini Qutub Minar yang
berdiri menjulang setinggi 72,5 meter terlihat dengan jelas tanpa terhalang
bangunan lain. Adanya reruntuhan bangunan di sekitarnya, justru semakin
menambah eksotisme Qutub Minar yang sudah berusia ratusan tahun.
Qutub Minar
(Minar : kata yang berasal dar Bahasa Urdu yang berarti menara) merupakan
sebuah menara yang terbuat dari batu bata merah dengan ketinggian mencapai 72,5
meter. Menara ini dibangun atas perintah Sultan Qutub-Ud-Din
Aibak pada tahun 1193 sebagai tanda kemenangan atas Raja Hindu di Delhi. Qutub Minar dibuat dari batu bata merah dengan
bentuk tabung yang
semakin mengecil di bagian atasnya. Diameter dasarnya 14,32 meter dan diameter atasnya mengecill
menjadi 2,75 meter. Menara bata merah tertinggi di dunia ini terdiri dari lima
lantai/tingkat dengan ketinggian yang berbeda-beda. Tiga lantai pertama terbuat
dari bata merah seluruhnya sedangkan dua lantai teratasnya terbuat dari bata
merah dengan hiasan/aksen batu marmer putih. Setiap lantainya dilengkapi dengan
balkon yang melingkar dengan ornamen yang berbeda setiap lantainya,
tetapi masih mengadopsi gaya khas Mughal. Dinding
luar menara ini dihiasi Kaligrafi ayat suci Al Qur’an yang sangat indah.
Sementara itu, di dalam menara terdapat 379 anak tangga untuk mencapai puncak. Dulunya, pengunjung bisa menaiki Qutub Minar
hingga puncak. Namun, setelah terjadi kecelakaan di dalam menara yang menewaskan
puluhan pengunjung pada tahun 1981, Pemerintah India melarang
pengunjung menaiki Qutub Minar menara.
Berdiri paling tinggi di antara bangunan-bangunan lain di
sekitarnya membuat Qutub Minar sering tersambar petir. Selain itu, menara ini juga pernah diguncang gempa bumi berskala besar
beberapa kali. Kejadian tersebut mengakibatkan kerusakan di
beberapa bagian Qutub Minar tapi hebatnya Qutub Minar masih tetap
berdiri kokoh hingga saat ini. Hal ini terjadi
karena menara ini dibangun di
atas fondasi batu yang
kuat dan susunan bata merah di menara juga sangat rapat, rapi, dan nyaris
tanpa cacat. Dengan berbagai
keistimewaan yang dimilikinya, tak heran kalau Qutub Minar dinobatkan
sebagai salah satu Situs Warisan Dunia (World
Heritage Sites) oleh UNESCO.
Tak jauh dari Qutub
Minar, tepatnya di sebelah timur laut, berdiri Masjid Quwwat-ul-Islam. Masjid tertua di Delhi ini juga tak kalah unik dengan
Qutub Minar. Masjid ini dibangun
dengan model terbuka (hanya sisi timur/depan yang diberi dinding) dengan ratusan pilar batu berjajar rapi sebagai
tiang penopang masjid. Uniknya, pilar-pilar tersebut dihiasi ukiran bercorak
Hindu. Maklum, dulunya masjid ini adalah Kuil Agama Hindu.
Ketika Islam masuk ke Delhi, beberapa bagian
kuil dihancurkan dan sebagian dipertahankan, termasuk pilar-pilar tersebut.
Berjalan ke
utara, kami tiba di sebuah bangunan yang terbuat dari bata merah tanpa atap. Di
dalam banguna itu terdapat sebuah makam dengan batu nisan terbuat dari batu marmer
putih yang tak lain adalah makam Sultan Shamsud-Din Iltutmish, menantu Sultan Qutub-ud-Din Aibak.
Yang membuat saya terkagum-kagum, dinding bangunan makam tersebut dihiasi
ukiran dengan detil yang rumit dan kaligrafi ayat-ayat Al Quran yang indah. Di
dinding sebelah barat makam terdapat sebuah mihrab yang terbuat dari batu
marmer putih, beda dengan dinding bangunan lainnya yang terbuat dari bata
merah. Menariknya lagi, seluruh bagian mihrab tersebut dihiasi ukiran dan
kaligrafi ayat suci Al Quran yang sangat cantik.
Di ujung utara
Kompleks Qutub Minar
terdapat sebuah bangunan
yang belum jadi bernama Ala’i Minar. Bangunan
setinggi 24,5 meter ini dibangun oleh Ala-ud-Din Khalji
pada abad ke-12. Konon, bangunan ini akan dibuat menara
dengan tinggi dua kali lipat Qutub Minar. Namun, pembangunan tersebut terhenti
karena Ala-ud-Din Khalji meninggal dunia ketika Ala’i minar mulai dibangun.
Alhasil, hanya fondasi menara yang sudah
jadi. Andai saja Ala’i Minar selesai dibangun pasti menambah keindahan kompleks Qutub Minar.
Menuju ke sana
Untuk mencapai
Qutub Minar, Anda harus terbang ke New Delhi, ibu kota India. Dari Jakarta
tidak ada penerbangan langsung ke New Delhi. Biasanya pesawat akan transit dulu
di Singapura, Kuala Lumpur atau Bangkok sebelum terbang ke New Delhi.
Selanjutnya, dari New Delhi Anda bisa naik taksi menuju Qutub Minar. Kalau
ingin lebih hemat, dari pusat Kota New Delhi Anda bisa naik Metro (kereta bawah
tanah) jalur kuning (jurusan Huda City
Center) dan turun di Stasiun Qutab Minar. Kemudian,naik bajaj hingga tiba
di Qutub Minar.
Things to Know
- Untuk mengunjungi India, Warga Negara Indonesia harus memiliki Visa India. Namun, sekarang sudah ada fasilitas Visa on Arrival yang bisa Anda dapatkan di bandara-bandara Internasional di India, atau kalau mau lebih praktis Anda bisa mengurus Electric Tourist Visa (e-TV) secara on line.
- Waktu terbaik mengunjungi India adalah dari Bulan November sampai Maret saat India memasuki musim dingin. Saat memasuki musim panas, cuaca di India sangat panas dengan suhu udara bisa mencapai 45 derajat Celcius.
- Bila Anda mengunjungi India saat musim panas, jangan lupa bawa masker karena kota-kota di India sangat berdebu.
- Waktu terbaik mengunjung/memotreti Qutub Minar adalah sore hari karena kompleks situs ini akan terkena sinar matahari dari arah barat sehingga Anda bisa mendapatkan pencahayaan yang baik untuk foto Anda.
- Qutub Minar merupakan situs peninggalan peradaban Islam. Karena itu, kenakan busana yang sopan dan menutup aurat.
- Sediakan waktu minimal dua jam untuk menjelajah dan memotret Qutub Minar karena kompleks situs bersejarah ini cukup luas serta mempunyai banyak bangunan eksotis dan fotogenik.***