DI BALIK KEINDAHAN PULAU PANGABATANG
Posted in
Labels:
East Nusa Tenggara,
Fascinating Flores
|
at
16:12
Pulau Pangabatang yang mungil dan indah |
Pulau Pangabatang adalah sebuah pulau mungil yang
terletak di Teluk Maumere, sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif,
pulau ini masuk ke dalam wilayah Desa Perumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau Pangabatang terkenal akan keindahan
pantai dan alam bawah lautnya. Tak heran kalau pulau mungil ini ramai
dikunjungi turis di akhir pekan atau hari libur. Apalagi setelah Pulau
Pangabatang menjadi lokasi syuting acara jalan-jalan di salah satu stasiun
televisi swasta nasional. Jadi semakin banyak turis yang datang, baik turis
lokal maupun turis asing. Sayangnya,
kebanyakan turis hanya menjelajah bagian timur dan selatan pulau yang jauh dari
pemukiman penduduk. Memang bagian tersebut sangat indah, karena terdapat sebuah
tanjung dengan pasir putih yang memanjang ke tengah laut saat laut surut dengan
air laut biru muda (turquoise). Sangat
jarang turis yang menyempatkan diri mampir ke perkampungan penduduk yang ada di
ujung barat pulau sehingga tidak tahu keadaan yang sesungguhnya Pulau
Pangabatang.
Tanjung pasir putih di ujung timur Pulau Pangabatang |
Ketika pertama kali mengunjungi Pulau Pangabatang,
saya juga seperti turis kebanyakan yang hanya menjelajah bagian timur pulau.
Kegiatan yang saya lakukan hanyalah snorkeling
dan bermain-main di pantai tanpa mampir ke perkampungan penduduk. Namun, karena
saya masih penasaran dan belum puas dengan Pulau Pangabatang ini, saya datang
lagi mengunjungi pulau cantik ini satu tahun kemudian. Tak tanggung-tanggung,
dalm kunjungan kedua kali ini, saya menginap semalam di sana. Karena di Pangabatang
tak ada hotel atau penginapan, saya menginap di rumah penduduk (kenalannya
teman), namanya Pak Sartono. Sayangnya saat itu, Pak Sartono sedang melaut
sehingga saya tidak bisa bertemu beliau. Namun, istri, anak dan adik Pak
Sartono mau menerima kedatangan saya dengan tangan terbuka meski kami belum
pernah ketemu/kenal sebelumnya. Bahkan anak dan adik beliau mau menemani saya
keliling pulau dan bermain-main di pantai. Tetangga beliau yang tak lain adalah
Kepala Dusun Pulau Pangabatang (Pak Ba’ding) juga menemani saya ngobrol-ngobrol
di rumah Pak Sartono. Dari mereka, saya mendengar banyak cerita dan fakta
menarik sekaligus miris tentang Pulau Pangabatang yang belum diketahui banyak
orang. Berikut beberapa fakta tentang Pulau Pangabatang yang mungkin belum Anda
ketahui.
Air laut sebening kaca berwarna hijau toska di sebelah barat Pulau Pangabatang |
Dimiliki
Seseorang
Pulau Pangabatang dimiliki oleh seseorang (saya tak
bisa menyebutkan namanya) yang tinggal di Maumere. Untungnya pemilik pulau ini
adalah Warga Negara Indonesia asli (bukan orang asing) dan beliau baik hati
mengizinkan pulaunya ditinggali penduduk tanpa memungut bayaran sepeser pun.
Jadi, Warga Pulau Pangabatang stastusnya adalah numpang di pulau tersebut.
Pemukiman penduduk di Pulau Pangabatang tergenang air laut saat pasang |
Tergenang
saat pasang
Pulau Pangabatang memiliki daratan yang luasnya
hanya sekitar hektar dengan kontur pulau yang datar. Hanya bagian tengah pulau
terdapat bukit batu dengan ketinggian tak sampai 10 meter di atas permukaan
laut. Anehnya, pemukiman penduduk berada
di ujung barat pulau yang permukaannya datar dan rendah. Alhasil, saat air laut
pasang, pemukiman tersebut akan tergenang air laut dengan ketinggian sampai
selutut orang dewasa.
Tidak ada
listrik
Sampai dengan tahun 2016, PLN belum masuk ke
Pangabatang. Untuk penerangan di malam hari, warga mengandalkan genset yang
dimiliki beberapa orang di sana. Listrik tersebut menyala dari jam 18.00 -
22.00 setiap harinya.
Tidak ada
sumber air tawar
Seperti kebanyakan pulau kecil lainnya, di
Pangabatang juga tidak ada sumber air tawar. Jadi, untuk keperluan makan dan
minum, warga Pangabatang harus mengambil air dari daratan Pulau Flores atau
mengandalkan air hujan yang ditampung di bak-bak penampungan. Untuk keperluan
mandi dan mencuci sehari-hari, penduduk mengambil air dari sumur di pulau yang
airnya payau. Ada tiga buah sumur di Pangabatang tapi semua airnya payau.
Tidak punya
toilet
Sebagian besar warga Pangabatang belum memiliki
kamar mandi dan toilet yang layak. Kamar mandi hanya beruba bilik sederhana
tanpa ada toilet. Beberapa rumah yang letaknya persis di bibir pantai memiliki
toilet dengan pembuangan langsung di laut. Yang tidak punya toilet, mereka
biasa buang air besar di hutan bakau (mangrove) di bagian selatan kampung. Pada
kunjungan kedua saya di Pangabatang, di sana sedang dibangun sarana MCK (WC
Umum) bantuan dari pemerintah.
Belum ada
sekolah
Sampai saat ini, di Pangabatang belum terdapat
sekolah “yang sebenarnya”. Di pulau tersebut hanya terdapat satu Sekolah Dasar
dari kelas I sampai kelas III. Bagi murid yang naik ke kelas IV harus
melanjutkan sekolah di pulau tetangga (Pulau Dambila dan Pulau Perumaan) dan
mereka harus menginap di rumah saudara/kerabat di pulau tersebut karena tidak
mungkin tiap hari bolak-balik antar pulau karena jaraknya cukup jauh. Anak-anak
tersebut biasanya berangkat ke Pulau Dambila/Perumaan Senin pagi dan kembali ke
Pangabatang Sabtu siang. Bayangkan! Anak kelas IV SD harus berpisah dari orang
tuanya setiap hari dan hanya bisa bertemu orang tua tiap akhir pekan.
(Edyra)***
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
28 June 2016 at 11:45
Aku udah dua kali menginap di Pangabatang, pertama kali menginap di masjid yang bikin badan remuk semua, yang kedua di rumah pak Sartono yang paling nyaman. Lantai bambunya bikin tidur nyenyak... Sempet bangun malam gak mas? Malem setelah genset mati itu yang paling cakep, liat langit penuh taburan bintang
28 June 2016 at 11:54
Nggak sempet mas. Udah kecapekan, jadi tidurnya nyenyak banget.