Wednesday, 31 August 2016

PERSINGGAHAN SESAAT DI PULAU PEMANA KECIL



Sejenak menikmati keindahan Pulau Kambing

Nama resmi pulau mungil itu adalah Pemana Kecil. Namun, di kalangan Warga Maumere dan sekitarnya lebih dikenal dengan nama Pulau Kambing. Saya tidak tahu asal mula penamaan Pulau Kambing. Ketika saya menginjakkan kaki di sana, tak ada satu pun kambing yang tampak. Bentuk fisik pulau juga tidak mirip kambing sama sekali. Mungkin dulunya ada banyak kambing di sana atau pernah menjadi tempat penggembalaan kambing sehingga dijadikan nama pulau.

Keberadaan Pulau Pemana Kecil (Kambing) sebenarnya sudah saya ketahui cukup lama. Namun, saya baru melihatnya secara langsung pada tahun 2015, saat saya mengunjungi Pulau Besar yang berada tak jauh dari Pulau Besar. Dari Kampung Nele, yang berada di pesisir utara Pulau Besar, Pulau Kambing yang mungil terlihat dengan jelas. Pasir putih dan laut biru yang mengelilinginya begitu menggoda saya untuk segera mencumbunya. Sayangnya, waktu itu saya tak punya banyak waktu untuk mampir ke pulau cantik tersebut. Jadi, saya harus menahan keinginan untuk mengunjunginya dan cukup berpuas diri memandangnya dari beranda rumah kenalan yang lokasinya persis di bibir pantai utara Pulau Besar.



Setelah delapan bulan menunggu, akhirnya kesempatan untuk mengunjungi Pulau Kambing datang juga. Agustus 2016, saya mampir sejenak ke Pulau Kambing saat perjalanan menuju Pulau Sukun. Saya memang minta kepada Pak Muhiding (ayahnya teman sekaligus pemilik perahu) untuk singgah sejenak di Pulau Kambing, di tengah perjalanan ke Pulau Sukun.



Lokasi Pulau Kambing berada di sebelah timur Pulau Pemana dan di sebelah utara Pulau Besar. Secara administratif, pulau tak berpenghuniini masuk ke dalam wilayah Desa Pemana, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk mencapai Pulau Kambing, butuh waktu sekitar dua jam berperahu dari Pelabuhan TPI Maumere. 

 
Dari kejauhan, pasir putih dan laut hijau kebiruan (aquamarine) yang mengelilingi Pulau Kambing sudah terlihat jelas. Semakin mendekati pulau, air lautnya semakin bening dengan gradasi warna yang menawan, membuat saya tak sabar untuk segera menjamahnya. Makanya, begitu perahu merapat di pantai barat pulau, saya segera meloncat turun dan berlarian di atas pasir putihnya. 

 
Pulau Kambing berukuran sangat imut, dengan daratan tak sampai 1 km2. Kalau dilihat dari Google Map, Pulau Kambing berbentuk bulat panjang dengan ujung mengerucut di bagian barat. Kontur pulau sebagian besar datar dengan ditumbuhi rerumputan, semak-semak, dan sedikit pepohonan. Ada juga beberapa pohon cemara laut yang tumbuh di pantai utara pulau. Di bagian timur Pulau Kambing terdapat sebuah bukit kecil yang merupakan titik tertinggi pulau. Menariknya, hampir seluruh bagian pulau (selain bagian timur) dikelilingi pasir putih bersih dan laut hijau kebiruan yang membuatnya sedap dipandang mata. Dari keterangan teman, terumbu karang di sekitar Pulau Kambing cukup indah dan beragam sehingga cocok untuk snorkeling. Sayangnya saya tidak bisa membuktikan ucapan teman tersebut karena waktu saya sangat terbatas. Penumpang perahu sudah menunggu saya untuk melanjutkan perjalanan ke Pulau Sukun yang masih dua jam perjalanan. (Edyra)***

Tuesday, 16 August 2016

ADA "LAUT MATI" DI PULAU ROTE

Menikmati suasana sore yang indah di Laut Mati


Rote merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang lokasinya berada paling selatan negeri ini. Meski letaknya terpencil, pulau kecil yang masuk ke dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mempunyai bentang alam yang menarik, mulai dari pantai berpasir putih, savana luas membentang hingga danau-danau cantik. 

Jalan tanah berbatu di dekat Laut Mati
  
Bicara tentang danau, Rote mempunyai banyak danau dengan berbagai ukuran. Danau-danau tersebut tersebar di berbagai penjuru pulau tapi sebagian besar berada di bagian timur yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rote Timur. Dari sekian banyak danau tersebut ada sebuah danau cantik yang oleh warga setempat bisa disebut Laut Mati.
 
Danau Laut Mati yang indah dengan air danau berwarna hijau toska
 
Danau Laut Mati terletak di Desa Sotimori, Kecamatan Landuleko, Kabupaten Rote Ndao. Dari Kota Ba’a butuh waktu sekitar dua jam untuk mencapainya. Setengah perjalanan, kondisi jalan cukup bagus. Namun, setelah memasuki kawasan Rote Timur jalan mulai rusak, aspal mulai terkelupas di mana-mana. Di ebberapa tempat, jalanan berubah menjadi jalan tanah berbatu. Parahnya lagi, tidak ada satu pun rambu-rambu yang menunjukkan arah menuju Laut Mati. Untungnya saat itu, saya dan teman-teman diantarkan oleh sopir kantor yang sudah hafal jalan menuju ke sana.  Kalau tidak, mungkin kami sudah tersesat karena banyak melewati persimpangan jalan tanpa ada rambu-rambu sama sekali. 

Batu karang unik di pinggir danau
 
Pasir Laut Mati yang unik dan berwarna pink
 
Setelah dua jam berkendara, akhirnya kami tiba di Laut Mati yang ternyata lokasinya berada tepat di pinggir jalan. Mata kami yang tadinya ngantuk, mendadak jadi segar melihat air danau yang berwarna hijau kebiruan. Sekilas, laut Mati memang mirip laut karena danaunya cukup luas dan di pinggir danau terdapat pantai berpasir putih dengan hiasan batu-batu karang. Di tengah danau juga terdapat beberapa pulau karang mungil yang semakin menambah eksotis suasana danau. Ada juga pohon mangrove di pinggir danau yang dekat jalan raya. Ketika saya perhatikan dengan seksama, ternyata pasir di pinggir Laut Mati cukup unik, tidak seperti pasir pantai kebanyakan. Pasirnya agak kasar dan berwarna pink dengan taburan rumput kering dan pecahan kulit kerang.



Pohon mangrove yang rimbun di pinggir danau
 
Asyiknya lagi, saat itu tak ada pengunjung lain selain rombongan kami berlima sehingga kami bebas menjelajah berbagai sudut danau. Ditemani semilir angin sore yang sepoi-sepoi, saya berjalan ke sisi danau yang dihiasi batu-batu karang dengan bentuk yang unik, sementara teman-teman lain asyik berfoto dan duduk-duduk di pinggir danau. Sambil mengabadikan keindahan Laut Mati dengan kamera kesayangan, saya mencicipi air Laut Mati yang ternyata asin seperti air laut. Banyak yang bilang bahwa air di Laut Mati lebih asin daripada air laut tapi sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan rumor tersebut. Semoga suatu hari nanti ada para ahli yang bisa mengunggkap misteri yang tersimpan di Laut Mati. (Edyra)***