Thursday, 10 January 2013

ISLAND HOPPING IN SOUTH EAST LOMBOK


Menyusuri Pantai Gili Maringkik yang sangat unik



Berawal dari keisengan saya membuka Peta Lombok di Google Map, akhirnya saya menemukan gugusan pulau-pulau kecil (gili) yang belum dikenal banyak orang di Lombok timur bagian selatan (Lombok Tenggara). Ada Gili Maringkik, Gili Bembek, Gili Ree, Gili Belek, dan masih banyak lagi. Gili-gili tersebut tersebar di Teluk Kecibing, Lombok Timur. Kalau dilihat di Peta Lombok, berada di kaki kanan (ujung tenggara) Pulau Lombok. Dua gili yang menarik perhatian saya adalah Gili Maringkik dan Gili Bembek yang memiliki pantai unik, berbentuk memanjang dari pinggir pulau sampai ke tengah laut.

Saya langsung membayangkan, betapa serunya menjelajah gili-gili tersebut. berpindah dari satu gili ke gili lainnya, menjamah pantai perawannya, dan mencumbui biru lautnya. Maklum, saya adalah pecinta berat wisata ke pulau-pulau kecil, terutama yang masih sepi dan tersembunyi. Dan selama ini, sebagian besar gili di Lombok sudah saya jelajahi. Makanya saya bahagia tak terkira menemukan pulau-pulau mini tersebut.

Segera saja saya menghubungi teman-teman yang asli Lombok untuk menanyakan keberadaan Gili Maringkik dan Gili Bembek. Terutama, dermaga/pelabuhan untuk menyeberang ke sana. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak mengetahui keberadaan gili-gili tersebut. Waduh! Orang Lombok saja tidak tahu, bagaimana saya bisa menemukannya?

Syukurlah saya menemukan titik terang setelah saya mendata ulang teman-teman di Facebook. Saya menemukan seorang teman yang asli Lombok Timur. Saya yakin, pasti dia tahu Gili Maringkik dan Gili Bembek, setidaknya pernah mendengarnya. Dengan semangat 45, saya pun menghubungi teman yang asli Lombok Timur tersebut. Kabar gembiranya, dia bukan hanya tahu, tetapi malah pernah berkunjung ke Gili Maringkik. Untuk menyeberang ke Gili Maringkik dan Gili Bembek, kita bisa menyeberang dari Tanjung Luar, desa terdekat dengan kedua gili tersebut. Saya meminta dia untuk menemani saya mengunjungi gili-gili tersebut, tapi sayangnya dia tidak bisa karena sedang berada di luar kota. Karena saya sudah penasaran berat, saya pun nekad mengunjungi Gili Maringkik dan Gili Bembeq tanpa kawalan teman tersebut.

Di penghujung tahun 2012 yang hujan hampir setiap hari, saya berangkat ke Lombok bersama teman untuk mengunjungi Gili Maringkik dan Gili Bembek. Karena tinggal di Bali, kami pergi ke Lombok mengendarai  sepeda motor, dan menyeberangi Selat Lombok dengan ferry.  Kami sengaja memilih ferry yang berangkat dari Pelabuhan Padang Bay tengah malam agar tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok pagi hari. Selanjutnya, dari Pelabuha Lembar, kami langsung meluncur ke Tanjung Luar di Lombok Timur. Perjalanan dari Pelabuha Lembar ke Tanjung Luar memakan waktu sekitar dua jam. Itu pun kami sempat berhenti sebentar di Praya, Lombok Tengah untuk sarapan.

Tanjung Luar
Jalanan yang becek dan suasana pasar ikan yang hiruk pikuk menyambut kedatangan kami di Tanjung Luar. Aroma amis ikan tercium di mana-mana, membuat saya harus menahan nafas.  Nampak lalu lalang para pembeli dan nelayan yang menggotong ikan, yang semakin menambah semarak suasana Pasar Ikan Tanjung Luar. Meski tertarik ingin melihat suasana pasar, saya tidak mampir dulu. Saya ingat tujuan saya semula, mencari perahu ke Gili Maringkik.

 
Perahu nelayan di Dermaga Tanjung Luar

Setelah memarkir kendaraan di dekat sebuah warung, saya segera berjalan menuju dermaga kecil yang berada di sebelah timur pasar. Sebagai informasi, di Tanjung Luar terdapat dua buah dermaga. Di sebelah barat pasar ikan terdapat dermaga utama untuk perahu-perahu besar dan di sebelah timur pasar ikan terdapat dermaga kecil untuk sampan penduduk sekitar, terutama untuk penduduk dari gili-gili yang berada di Teluk Kecibing, tak jauh dari Tanjung Luar.

Saya mendatangi seorang nelayan yang sedang duduk-duduk santai di atas perahunya untuk menanyakan perahu yang akan berangkat ke Gili Maringkik. Tak disangka, ternyata nelayan tersebut adalah Warga Gili Maringkik. Dia sedang menjual ikan hasil tangkapannya di Pasar Ikan Tanjung Luar sekalian mengantar istrinya belanja kebutuhan sehari-hari. Dia akan kembali ke Gili Maringkik jam 10.00. Dia bersedia mengantar saya keliling Gili Maringkik dan gili-gili lainnya setelah istrinya selesai belanja. Karena saya ingin berangkat pagi-pagi, oleh Pak Nelayan tersebut, saya dikenalkan ke Pak Saidi, temannya yang juga berasal dari Gili Maringkik. Pak Saidi juga sedang menunggu istrinya yang belanja di pasar dan akan kembali ke Gili Maringkik jam 08.00.

Saya mengutarakan niat saya untuk mengunjungi ke Gili Maringkik dan gili-gili lainnya di Teluk Kecibing, dengan menumpang perahunya. Pak Saidi menyarankan saya untuk menyewa perahunya saja karena sulit untuk mencari perahu yang kembali ke Tanjung Luar di siang/sore hari. Beliau akan mengantar saya dan teman menjelajahi gili-gili di kawasan Teluk Kecibing sampai siang hari. Pasalnya di sore hari, biasanya gelombang cukup tinggi di kawasan tersebut. setelah terjadi kesepakatan harga, saya pun menerima tawaran Pak Saidi.

 

Sambil menunggu perahu yang akan berangkat ke Gili Maringkik, saya jalan-jalan di sekitar dermaga dan Pasar Ikan Tanjung Luar. Di dekat dermaga, saya melihat pada beberapa orang nelayan yang sedang menurunkan ikan dari perahu.  Dari kejauhan, ikan yang dibawa para nelayan tersebut, terlihat seperti hiu. Untuk memastikan apakah benar hiu, saya mendekatinya. Dan ternyata memang benar hiu. Tanjung Luar memang penghasil hiu terbesar di Lombok. Dari informasi nelayan setempat, setiap bulannya rata-rata terjadi penjualan hiu 500 ekor di Tanjung Luar. Hiu-hiu tersebut kebanyakan untuk diekspor ke Jepang dan Taiwan yang harganya mencapai jutaan rupiah.

 Ikan segede gaban di Pasar Ikan Tanjung Luar

Dari dermaga, saya berjalan menuju Pasar Ikan Tanjung Luar. Suasan lebih semarak di pasar. Aneka macam ikan dan hewan-hewan laut lainnya, yang biasanya hanya bisa saya lihat di televise, bisa saya lihat secara langsung. Mulai dari ikan pari, tuna, tongkol, cakalang, kepiting hingga cumi-cumi. Semua dalam keadaan segar karena baru turun dari perahu nelayan. Saya menemukan banyak objek foto yang menarik di pasar tersebut. Salah satu yang menyita perhatian saya adalah ikan yang besarnya seukuran orang dewasa. Luar biasa! Tanjung Luar memang surganya ikan dan hasil laut.

Jam 08.10 Pak Saidi mengajak saya dan teman untuk naik ke perahu. Selain saya dan teman, ada lima orang ibu-ibu (salah satunya adalah istri Pak Saidi) dan seorang gadis kecil yang naik perahu tersebut. Mereka semua adalah Warga Gili Maringkik yang selesai belanja barang kebutuhan sehari-hari di Pasar Tanjung Luar.

Perjalanan ke Gili Maringkik sangat menyenangkan. Laut tenang tanpa gelombang dan cuaca cerah dengan langit biru. Nampak pulau-pulau kecil dan bagan-bagan nelayan yang bertebaran di kanan-kiri kami. Saya benar-benar bersyukur bisa menikmati cuaca cerah dan pemandangan indah di Teluk Kecibing. Maklum, hari-hari sebelumnya hujan turun hampir setiap hari di Bali. Jadi, sudah lama saya merindukan langit biru tanpa awan kelabu.

Mendekati Gili Maringkik, laut menjadi dangkal. Mungkin kedalaman lautnya hanya sebetis orang dewasa. Pak Saidi mengarahkan haluan perahu menuju sisi laut yang lebih dalam agar perahu tidak kandas. Dari situ, sudah kelihatan pantai andalan Gili Maringkik yang menjorok ke tengah laut, seperti yang saya liat di Google Map. Saya semakin tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Gili Maringkik.


Gili Maringkik
Tak sampai setengah jam, perahu segera merapat di dermaga Gili Maringkik. Saya dan teman segera meloncat turun dari perahu. Lucunya, saat kami akan beranjak dari dermaga, ada ibu-ibu yang tadi bareng satu perahu, minta difoto. Saya pun menuruti permintaan mereka. Mereka nampak gembira ketika saya tunjukkan hasil foto di layar LCD kamera.

 
Gili Maringkik

Petualangan di Gili Maringkik saya awali di pantai unik yang berada tak jauh dari dermaga. Pantai inilah yang membuat saya penasaran setengah mati untuk mengunjungi Gili Maringkik. Pantai di Gili Maringkik  bentuknya sangat unik. Kalau kebanyakan pantai biasanya berbentuk memanjang atau melengkung di pinggir pulau, pantai di Gili Maringkik bentuknya memanjang dan melengkung (mirip bulan sabit) dari pinggir pulau hingga ke tengah laut dan mengarah ke pulau tetangga (Gili Bembek). Bahkan ketika laut sedang benar-benar surut, pantai tersebut nyambung dengan daratan Gili Bembek, sehingga menyatukan Gili Bembek dan Gili Maringkik. Jarang-jarang kan, ada pantai seperti ini. Setahu saya, di Indonesia hanya ada tiga pantai berbentuk seperti ini, yaitu : Pantai Ngurtafur di Pulau Warbal, Maluku Tenggara, Pantai Gili Maringkik, dan Pantai Gili Bembek.Menariknya lagi, air laut di sekitar pantai unik tersebut sangat jernih dan berwarna hijau toska. Benar-benar membuat saya takjub dan tak bisa berkata-kata. Tanpa hentinya jari telunjuk saya menekan rana kamera untuk mengabadikan panorama surgawi di hadapan saya.

 
Pantai unik di Gili Maringkik

Puas memotret pantai bulan sabit, saya berniat menjelajah daratan Gili Maringkik. Saya berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di antara rumah-rumah penduduk yang sangat padat. Gili Maringkik termasuk salah satu pulau terpadat di Indonesia. Dengan luas sekitar 25 hektar, Gili Maringkik didiami sekitar 675 kepala keluarga yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, mereka juga memelihara kambing untuk penghasilan tambahan. Rumah-rumah di Gili Maringkik kebanyakan berbentuk rumah panggung dan saling berhimpitan satu-sama lain. Fasilitas di pulau ini tergolong lengkap, meski sederhana. Di Gili Maringkik terdapat kantor kepala desa, masjid dan sekolah (SD dan SMP). Jalan di pulau berupa lorong-lorong sempit yang berkelok-kelok di antara rumah-rumah penduduk. Sebagian sudah di-paving dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah.

 
 Rumah-rumah penduduk di Gili Maringkik

Menyusuri lorong-lorong sempit, tak terasa saya tiba di pantai yang berada di balik pulau. Saya disambut gerombolan anak-anak kecil yang sedang mandi dengan gembira di laut. Tak tahan melihat air laut yang hijau kebiruan, saya pun nyebur ke laut, bergabung bersama anak-anak Gili Maringkik. Meski cuaca sangat terik, saya tak mempedulikannya. Sayang sekali sudah berkunjung jauh-jauh ke Gili Maringkik, tapi tidak menikmati keindahan pantainya.

 
 Pantai di belakang Gili Maringkik

Gili Bembek
Selesai mencumbui lautan Gili Maringkik, saya kembali ke dermaga. Pak Saidi sudah menunggu saya di dekat dermaga, ketika saya tiba. Kami segera melanjutkan petualangan ke gili-gili lain di kawasan Teluk Kecibing. Kali ini kami menuju Gili Bembek yang berada tak jauh dari Gili Maringkik. Pulau ini sering disebut juga Pulau Kambing karena dulunya sering dimanfaatkan untuk menggembalakan kambing oleh warga pulau sekitar. Pulau yang luasnya hanya 1 hektar ini dihuni oleh sepasang suami istri yang tak lain adalah saudaranya Pak Saidi. Gili Bembek dikelilingi tiga pulau, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah barat, dan Gili Bembek Kodek (Pulau Kambing Kecil) di sebelah selatan. Gili Bembek akan menyatu dengan Gili Maringkik dan Gili Bembek Kodek pada saat surut. Ini terjadi karena Gili Bembek memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke pulau-pulau lainnya seperti pantai di Gili Maringkik.

 
Menuju Gili Kuri

Gili Kuri
Dari Gili Bembek, kami menuju Gili Kuri yang berada di sebelah baratnya. Pulau mungil ini tak berpenghuni dan hanya dimanfaatkan warga pulau-pulau sekitar untuk memancing. Saat kami tiba di sana, tak ada seorang pun pengunjung lain selain kami bertiga. Jadi, serasa berada di pulau pribadi. Sayangnya Gili Kuri tak memiliki pantai, karena pinggiran pulaunya berupa tebing-tebing karang yang cukup tinggi. Jadi, kami tak berlama-lam di pulau ini.

 
Gili Kuri

Gili Ree
Pulau terakhir yang kami kunjungi adalah Gili Ree. Pulau ini letaknya cukup jauh dari ketiga pulau pertama tapi lebih dekat ke daratan Pulau Lombok. Tetangga dekat Gili Ree adalah Gili Belek yang berada di sebelah baratnya.

 
 Gili Ree

Sekelompok pemancing menyambut kedatangan kami di dermaga Gili Ree. Mereka berbaris rapi di sepanjang dermaga dengan kail masing-masing. Beberapa dari mereka, kailnya sudah berhasil menangkap ikan. Gila! Di sekitar dermaga saja, ikan sudah banyak, apalagi di tengah laut. Pastinya ikannya pasti jauh lebih melimpah.

Gili Ree merupakan pulau mungil yang padat penduduk. Saking padatnya, hamper tak ada tanah lapang di Gili Ree. Rmah-rumah penduduk juga saling berhimpitan satu sama lain. Daratan Gili Ree terdiri dari tanah kapur, batu karang, pantai berpasir kasar dan tebing berbatu dengan tutupan vegetasi hanya sekitar 10%. Di Gili Ree tidak terdapat sumber air tawar, sehingga kebutuhan air tawar harus didatangkan dari daratan Pulau Lombok melalui pipa di dasar laut.

Kunjungan ke Gili Ree, mengakhiri acara perburuan pulau-pulau kecil di Teluk Kecibing, Lombok Timur.  Dalam waktu sekitar empat jam, kami berhasil mengunjungi empat pulau cantik dengan keunikan masing-masing. Sebenarnya masih ada beberapa pulau yang belum sempat kami sambangi. Namun, kami harus segera kembali ke Tanjung Luar karena takut ombak akan semakin besar di sore hari. Saya berjanji, suatu hari nanti akan kembali mengunjungi gili-gili unik ini.  (edyra)***


No comments:

Post a Comment