KLENTENG DI BALI

Indahnya Klenteng Seng Hong Bio, Singaraja


Bali terkenal sebagai Pulau Seribu Pura karena banyaknya pura yang ada di seantero Bali. Namun, di Bali juga terdapat berbagai tempat ibadah agama lain karena penduduk Bali saat ini terdiri berasal dari berbagai suku/bangsa dengan agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah klenteng yang merupakan tempat ibadah Tri Darma (Tao, Budha, dan Kong Hu Cu). Menurut Wikipedia, Klenteng berasal dari kata Kwan Im Teng, tempat ibadah Tri Darma yang didirikan pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan dipersembahkan kepada Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih). Dari kata Kwan Im Teng inilah Orang Indonesia akhirnya lebih mengenal kata klenteng daripada vihara, yang kemudian melafalkannya sebagai klenteng hingga saat ini. 

Walaupun saya bukan penganut ajaran Tri Darma, saya suka melihat klenteng karena bangunannya unik dan menarik. Dengan dominasi warna merah yang menurut Etnis Tionghoa melambangkan keberuntungan, klenteng biasanya tampak menonjol dibanding bangunan-bangunan di sekitarnya. Lampion, ornamen naga dan berbagai ukiran lainnya juga semakin memperindah penampilan klenteng sehingga fotogenik untuk dijadikan objek foto. 

Bali yang penduduknya mayoritas beragama Hindu memiliki beberapa klenteng yang tersebar di berbagai sudut pulau. Berikut beberapa klenteng di Bali yang sempat saya kunjungi. 

Area Denpasar
Klenteng Cao Fuk Miao
Jl. Kargo Permai II No. 9, Denpasar



Klenteng Kwan Kong Bio
Jl. Gatot Subroto IV, Blok XI Ujung , Denpasar
 

 
Klenteng Ling Sii Miao (Griya Kongco Dwipayana)
Jl. By Pass Ngurah Rai, Belakang BPPT (Samping Waduk Muara Nusa Dua), Tanah Kilap, Denpasar

 

Vihara Satya Dharma
Jl. Raya Pelabuhan Benoa No. 108, Denpasar



Kabupaten Badung
Klenteng Caow Eng Bio
Jl. Segara Ening, Tanjung Benoa, Badung

 
 
Klenteng Leeng Gwan Bio (Vihara Dharmayana)
Jl. Blambangan, Kuta



Kabupaten Buleleng
Klenteng Ling Gwan Kiong
 Jl. Erlangga No. 65, Singaraja

 

Klenteng Seng Hong Bio 
Jl. Pulau Flores, Kampung Baru, Singaraja

 

Klenteng Su San Yee 
Jl. Gajah Mada, Singaraja





Kabupaten Gianyar
Klenteng Ong Ya Khong
Jl. Raya Batuan, Sukawati, Gianyar


Vihara Amurva Bhumi
Jl. Gajah Mada No.1, Blahbatuh, Gianyar


Kabupaten Klungkung
Klenteng Zhong Yi Miao (Vihara Dharma Ratna)
Jl. Ngurah Rai I, Semarapura (Klungkung)


Kabupaten Tabanan
Klenteng Kong Co Bio (Vihara Dharma Cattra)
Jl. Melati No. 18, Tabanan


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

GOA GONG, MELODI INDAH DARI PACITAN

Mengagumi keindahan stalaktit di Goa Gong


Kota Pacitan di Jawa Timur mendapat julukan “Kota 1001 Goa” karena banyaknya goa yang ada di wilayah tersebut. Salah satu goa yang menarik perhatian saya adalah Goa Gong yang disebut-sebut sebagai goa terindah di Asia Tenggara. Goa ini memiliki stalaktit dan stalakmit yang luar biasa indah, di mana salah satu stalaktitnya akan mengeluarkan suara seperti bunyi gong bila dipukul sehingga dinamakan Goa Gong.

Goa Gong berada di perbukitan kapur yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Pacitan atau sekitar 45 menit berkendara. Goa ini ditemukan oleh Mbah Noyosemito dan Mbah Joyorejo pada 1924 tetapi baru dibuka untuk umum pada tahun 1995. Jalan menuju Goa Gong cukup bagus dan mulus. Namun, jalan akan semakin sempit dan berkelok-kelok mendekati lokasi goa sehingga memerlukan keahlian dan kewaspadaan tinggi bagi pengendara kendaraan bermotor.

Saya dan teman memulai perjalanan ke Goa Gong dari Kota Solo, Jawa Tengah dengan rute Solo - Sukoharjo - Wonogiri - Baturetno - Donorojo - Goa Gong. Kami mengendarai sepeda motor untuk mencapai Goa Gong, agar hemat waktu dan biaya. Selain itu, kami juga berencana menjelajah sejumlah tempat menarik lainnya di Pacitan setelah mengunjungi Goa Gong.

 
 Jalan paving menuju Goa Gong

Perjalanan dari Solo ke Goa Gong memakan waktu sekitar tiga jam. Itu pun sempat berhenti dua kali untuk berteduh karena di tengah jalan kami dihadang hujan deras dan kami tidak membawa jas hujan. Kami segera membeli tiket masuk seharga Rp 5.000,00 per orang, begitu sampai di tempata parkir. Selanjutnya, kami harus berjalan kaki sekitar 150 meter melewati deretan warung penjual makanan dan souvenir untuk mencapai goa.  

 
 Pintu masuk Goa Gong

Medan yang berat dan melelahkan seolah sirna begitu kami memasuki Goa Gong. Kami disambut panorama menakjubkan stalaktit dan stalakmit yang menghiasi hampir seluruh lantai, dinding, dan langit-langit goa. Saya benar-benar terpana melihat stalaktit dan stalakmit sebanyak ini, sambung-menyambung dari satu sudut ke sudut lain menghiasi seluruh interior goa. Apalagi bentuk dan warna sangat beragam. Ada yang coklat, krem, dan jingga. Bentuknya juga sangat unik. Ada yang berbentuk bunga, ubur-ubur, usus hingga otak manusia. Disinari lampu warna-warni, stalaktit dan stalakmit tersebut tampak semakin menawan. Kami tak henti-hentinya berdecak kagum melihat kedahsyatan Goa Gong. Tak salah kalau Goa Gong dinobatkan sebagai goa terindah di Asia Tenggara.

 Stalaktit yang menakjubkan di dalam Goa Gong

Goa Gong yang memiliki tujuh ruang dan lima sendang itu sudah dirancang untuk dapat dimasuki siapa saja tanpa membawa peralatan khusus. Ruang pertama disebut Ruang Sendang Bidadari, karena di ruangan ini terdapat sendang kecil dengan air yang dingin dan bersih. Di sebelahnya adalah Ruang Bidadari, di mana menurut cerita yang beredar di kalangan penduduk setempat di ruangan ini kadang melintas bayangan seorang wanita yang cantik. Ruang tiga dan empat adalah ruang kristal dan marmer. Di ruangan ini tersimpan batu kristal dan marmer di sebelah atas dan di samping goa dengan kualitas yang sangat bagus. Ruang lima adalah ruangan yang paling luas. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara, yaitu, Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis dalam kerangka mempromosikan keberadaan Goa Gong ke mancanegara. Ruang enam adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang tujuh adalah ruang batu gong, di mana batu-batu tersebut akan mengeluarkan suara seperti gong bila dipukul.

 
 Berbagai bentuk stalaktit dan stalakmit yang unik di dalam Goa Gong

Lima sendang yang ada di dalam Goa Gong adalah Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan, dan Sendang Relung Nisto. Kelima sendang tersebut dipercaya penduduk setempat memiliki kekuatan magis, dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Untuk menjelajah goa seluas 256 meter persegi ini, Anda tak perlu khawatir akan tersesat karena di dalam goa sudah dibuat jalur penjelajahan yang dibuat memutar sehingga Anda dapat mengakhiri perjalanannya di titik keberangkatan. Asyiknya lagi, jalur tersebut juga sudah dilengkapi pagar besi dan lampu di beberapa tempat. Namun, Anda perlu hati-hati karena jalur tersebut naik turun mengikuti kontur tanah di dalam goa dan di beberapa tempat sangat sempit dengan stalaktit yang menggantung tepat di atasnya. Udara di dalam goa juga tidak pengap karena sudah dilengkapi beberapa kipas angin yang cukup besar. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

ISLAND HOPPING IN SOUTH EAST LOMBOK


Menyusuri Pantai Gili Maringkik yang sangat unik



Berawal dari keisengan saya membuka Peta Lombok di Google Map, akhirnya saya menemukan gugusan pulau-pulau kecil (gili) yang belum dikenal banyak orang di Lombok timur bagian selatan (Lombok Tenggara). Ada Gili Maringkik, Gili Bembek, Gili Ree, Gili Belek, dan masih banyak lagi. Gili-gili tersebut tersebar di Teluk Kecibing, Lombok Timur. Kalau dilihat di Peta Lombok, berada di kaki kanan (ujung tenggara) Pulau Lombok. Dua gili yang menarik perhatian saya adalah Gili Maringkik dan Gili Bembek yang memiliki pantai unik, berbentuk memanjang dari pinggir pulau sampai ke tengah laut.

Saya langsung membayangkan, betapa serunya menjelajah gili-gili tersebut. berpindah dari satu gili ke gili lainnya, menjamah pantai perawannya, dan mencumbui biru lautnya. Maklum, saya adalah pecinta berat wisata ke pulau-pulau kecil, terutama yang masih sepi dan tersembunyi. Dan selama ini, sebagian besar gili di Lombok sudah saya jelajahi. Makanya saya bahagia tak terkira menemukan pulau-pulau mini tersebut.

Segera saja saya menghubungi teman-teman yang asli Lombok untuk menanyakan keberadaan Gili Maringkik dan Gili Bembek. Terutama, dermaga/pelabuhan untuk menyeberang ke sana. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak mengetahui keberadaan gili-gili tersebut. Waduh! Orang Lombok saja tidak tahu, bagaimana saya bisa menemukannya?

Syukurlah saya menemukan titik terang setelah saya mendata ulang teman-teman di Facebook. Saya menemukan seorang teman yang asli Lombok Timur. Saya yakin, pasti dia tahu Gili Maringkik dan Gili Bembek, setidaknya pernah mendengarnya. Dengan semangat 45, saya pun menghubungi teman yang asli Lombok Timur tersebut. Kabar gembiranya, dia bukan hanya tahu, tetapi malah pernah berkunjung ke Gili Maringkik. Untuk menyeberang ke Gili Maringkik dan Gili Bembek, kita bisa menyeberang dari Tanjung Luar, desa terdekat dengan kedua gili tersebut. Saya meminta dia untuk menemani saya mengunjungi gili-gili tersebut, tapi sayangnya dia tidak bisa karena sedang berada di luar kota. Karena saya sudah penasaran berat, saya pun nekad mengunjungi Gili Maringkik dan Gili Bembeq tanpa kawalan teman tersebut.

Di penghujung tahun 2012 yang hujan hampir setiap hari, saya berangkat ke Lombok bersama teman untuk mengunjungi Gili Maringkik dan Gili Bembek. Karena tinggal di Bali, kami pergi ke Lombok mengendarai  sepeda motor, dan menyeberangi Selat Lombok dengan ferry.  Kami sengaja memilih ferry yang berangkat dari Pelabuhan Padang Bay tengah malam agar tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok pagi hari. Selanjutnya, dari Pelabuha Lembar, kami langsung meluncur ke Tanjung Luar di Lombok Timur. Perjalanan dari Pelabuha Lembar ke Tanjung Luar memakan waktu sekitar dua jam. Itu pun kami sempat berhenti sebentar di Praya, Lombok Tengah untuk sarapan.

Tanjung Luar
Jalanan yang becek dan suasana pasar ikan yang hiruk pikuk menyambut kedatangan kami di Tanjung Luar. Aroma amis ikan tercium di mana-mana, membuat saya harus menahan nafas.  Nampak lalu lalang para pembeli dan nelayan yang menggotong ikan, yang semakin menambah semarak suasana Pasar Ikan Tanjung Luar. Meski tertarik ingin melihat suasana pasar, saya tidak mampir dulu. Saya ingat tujuan saya semula, mencari perahu ke Gili Maringkik.

 
Perahu nelayan di Dermaga Tanjung Luar

Setelah memarkir kendaraan di dekat sebuah warung, saya segera berjalan menuju dermaga kecil yang berada di sebelah timur pasar. Sebagai informasi, di Tanjung Luar terdapat dua buah dermaga. Di sebelah barat pasar ikan terdapat dermaga utama untuk perahu-perahu besar dan di sebelah timur pasar ikan terdapat dermaga kecil untuk sampan penduduk sekitar, terutama untuk penduduk dari gili-gili yang berada di Teluk Kecibing, tak jauh dari Tanjung Luar.

Saya mendatangi seorang nelayan yang sedang duduk-duduk santai di atas perahunya untuk menanyakan perahu yang akan berangkat ke Gili Maringkik. Tak disangka, ternyata nelayan tersebut adalah Warga Gili Maringkik. Dia sedang menjual ikan hasil tangkapannya di Pasar Ikan Tanjung Luar sekalian mengantar istrinya belanja kebutuhan sehari-hari. Dia akan kembali ke Gili Maringkik jam 10.00. Dia bersedia mengantar saya keliling Gili Maringkik dan gili-gili lainnya setelah istrinya selesai belanja. Karena saya ingin berangkat pagi-pagi, oleh Pak Nelayan tersebut, saya dikenalkan ke Pak Saidi, temannya yang juga berasal dari Gili Maringkik. Pak Saidi juga sedang menunggu istrinya yang belanja di pasar dan akan kembali ke Gili Maringkik jam 08.00.

Saya mengutarakan niat saya untuk mengunjungi ke Gili Maringkik dan gili-gili lainnya di Teluk Kecibing, dengan menumpang perahunya. Pak Saidi menyarankan saya untuk menyewa perahunya saja karena sulit untuk mencari perahu yang kembali ke Tanjung Luar di siang/sore hari. Beliau akan mengantar saya dan teman menjelajahi gili-gili di kawasan Teluk Kecibing sampai siang hari. Pasalnya di sore hari, biasanya gelombang cukup tinggi di kawasan tersebut. setelah terjadi kesepakatan harga, saya pun menerima tawaran Pak Saidi.

 

Sambil menunggu perahu yang akan berangkat ke Gili Maringkik, saya jalan-jalan di sekitar dermaga dan Pasar Ikan Tanjung Luar. Di dekat dermaga, saya melihat pada beberapa orang nelayan yang sedang menurunkan ikan dari perahu.  Dari kejauhan, ikan yang dibawa para nelayan tersebut, terlihat seperti hiu. Untuk memastikan apakah benar hiu, saya mendekatinya. Dan ternyata memang benar hiu. Tanjung Luar memang penghasil hiu terbesar di Lombok. Dari informasi nelayan setempat, setiap bulannya rata-rata terjadi penjualan hiu 500 ekor di Tanjung Luar. Hiu-hiu tersebut kebanyakan untuk diekspor ke Jepang dan Taiwan yang harganya mencapai jutaan rupiah.

 Ikan segede gaban di Pasar Ikan Tanjung Luar

Dari dermaga, saya berjalan menuju Pasar Ikan Tanjung Luar. Suasan lebih semarak di pasar. Aneka macam ikan dan hewan-hewan laut lainnya, yang biasanya hanya bisa saya lihat di televise, bisa saya lihat secara langsung. Mulai dari ikan pari, tuna, tongkol, cakalang, kepiting hingga cumi-cumi. Semua dalam keadaan segar karena baru turun dari perahu nelayan. Saya menemukan banyak objek foto yang menarik di pasar tersebut. Salah satu yang menyita perhatian saya adalah ikan yang besarnya seukuran orang dewasa. Luar biasa! Tanjung Luar memang surganya ikan dan hasil laut.

Jam 08.10 Pak Saidi mengajak saya dan teman untuk naik ke perahu. Selain saya dan teman, ada lima orang ibu-ibu (salah satunya adalah istri Pak Saidi) dan seorang gadis kecil yang naik perahu tersebut. Mereka semua adalah Warga Gili Maringkik yang selesai belanja barang kebutuhan sehari-hari di Pasar Tanjung Luar.

Perjalanan ke Gili Maringkik sangat menyenangkan. Laut tenang tanpa gelombang dan cuaca cerah dengan langit biru. Nampak pulau-pulau kecil dan bagan-bagan nelayan yang bertebaran di kanan-kiri kami. Saya benar-benar bersyukur bisa menikmati cuaca cerah dan pemandangan indah di Teluk Kecibing. Maklum, hari-hari sebelumnya hujan turun hampir setiap hari di Bali. Jadi, sudah lama saya merindukan langit biru tanpa awan kelabu.

Mendekati Gili Maringkik, laut menjadi dangkal. Mungkin kedalaman lautnya hanya sebetis orang dewasa. Pak Saidi mengarahkan haluan perahu menuju sisi laut yang lebih dalam agar perahu tidak kandas. Dari situ, sudah kelihatan pantai andalan Gili Maringkik yang menjorok ke tengah laut, seperti yang saya liat di Google Map. Saya semakin tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Gili Maringkik.


Gili Maringkik
Tak sampai setengah jam, perahu segera merapat di dermaga Gili Maringkik. Saya dan teman segera meloncat turun dari perahu. Lucunya, saat kami akan beranjak dari dermaga, ada ibu-ibu yang tadi bareng satu perahu, minta difoto. Saya pun menuruti permintaan mereka. Mereka nampak gembira ketika saya tunjukkan hasil foto di layar LCD kamera.

 
Gili Maringkik

Petualangan di Gili Maringkik saya awali di pantai unik yang berada tak jauh dari dermaga. Pantai inilah yang membuat saya penasaran setengah mati untuk mengunjungi Gili Maringkik. Pantai di Gili Maringkik  bentuknya sangat unik. Kalau kebanyakan pantai biasanya berbentuk memanjang atau melengkung di pinggir pulau, pantai di Gili Maringkik bentuknya memanjang dan melengkung (mirip bulan sabit) dari pinggir pulau hingga ke tengah laut dan mengarah ke pulau tetangga (Gili Bembek). Bahkan ketika laut sedang benar-benar surut, pantai tersebut nyambung dengan daratan Gili Bembek, sehingga menyatukan Gili Bembek dan Gili Maringkik. Jarang-jarang kan, ada pantai seperti ini. Setahu saya, di Indonesia hanya ada tiga pantai berbentuk seperti ini, yaitu : Pantai Ngurtafur di Pulau Warbal, Maluku Tenggara, Pantai Gili Maringkik, dan Pantai Gili Bembek.Menariknya lagi, air laut di sekitar pantai unik tersebut sangat jernih dan berwarna hijau toska. Benar-benar membuat saya takjub dan tak bisa berkata-kata. Tanpa hentinya jari telunjuk saya menekan rana kamera untuk mengabadikan panorama surgawi di hadapan saya.

 
Pantai unik di Gili Maringkik

Puas memotret pantai bulan sabit, saya berniat menjelajah daratan Gili Maringkik. Saya berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di antara rumah-rumah penduduk yang sangat padat. Gili Maringkik termasuk salah satu pulau terpadat di Indonesia. Dengan luas sekitar 25 hektar, Gili Maringkik didiami sekitar 675 kepala keluarga yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain itu, mereka juga memelihara kambing untuk penghasilan tambahan. Rumah-rumah di Gili Maringkik kebanyakan berbentuk rumah panggung dan saling berhimpitan satu-sama lain. Fasilitas di pulau ini tergolong lengkap, meski sederhana. Di Gili Maringkik terdapat kantor kepala desa, masjid dan sekolah (SD dan SMP). Jalan di pulau berupa lorong-lorong sempit yang berkelok-kelok di antara rumah-rumah penduduk. Sebagian sudah di-paving dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah.

 
 Rumah-rumah penduduk di Gili Maringkik

Menyusuri lorong-lorong sempit, tak terasa saya tiba di pantai yang berada di balik pulau. Saya disambut gerombolan anak-anak kecil yang sedang mandi dengan gembira di laut. Tak tahan melihat air laut yang hijau kebiruan, saya pun nyebur ke laut, bergabung bersama anak-anak Gili Maringkik. Meski cuaca sangat terik, saya tak mempedulikannya. Sayang sekali sudah berkunjung jauh-jauh ke Gili Maringkik, tapi tidak menikmati keindahan pantainya.

 
 Pantai di belakang Gili Maringkik

Gili Bembek
Selesai mencumbui lautan Gili Maringkik, saya kembali ke dermaga. Pak Saidi sudah menunggu saya di dekat dermaga, ketika saya tiba. Kami segera melanjutkan petualangan ke gili-gili lain di kawasan Teluk Kecibing. Kali ini kami menuju Gili Bembek yang berada tak jauh dari Gili Maringkik. Pulau ini sering disebut juga Pulau Kambing karena dulunya sering dimanfaatkan untuk menggembalakan kambing oleh warga pulau sekitar. Pulau yang luasnya hanya 1 hektar ini dihuni oleh sepasang suami istri yang tak lain adalah saudaranya Pak Saidi. Gili Bembek dikelilingi tiga pulau, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah barat, dan Gili Bembek Kodek (Pulau Kambing Kecil) di sebelah selatan. Gili Bembek akan menyatu dengan Gili Maringkik dan Gili Bembek Kodek pada saat surut. Ini terjadi karena Gili Bembek memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke pulau-pulau lainnya seperti pantai di Gili Maringkik.

 
Menuju Gili Kuri

Gili Kuri
Dari Gili Bembek, kami menuju Gili Kuri yang berada di sebelah baratnya. Pulau mungil ini tak berpenghuni dan hanya dimanfaatkan warga pulau-pulau sekitar untuk memancing. Saat kami tiba di sana, tak ada seorang pun pengunjung lain selain kami bertiga. Jadi, serasa berada di pulau pribadi. Sayangnya Gili Kuri tak memiliki pantai, karena pinggiran pulaunya berupa tebing-tebing karang yang cukup tinggi. Jadi, kami tak berlama-lam di pulau ini.

 
Gili Kuri

Gili Ree
Pulau terakhir yang kami kunjungi adalah Gili Ree. Pulau ini letaknya cukup jauh dari ketiga pulau pertama tapi lebih dekat ke daratan Pulau Lombok. Tetangga dekat Gili Ree adalah Gili Belek yang berada di sebelah baratnya.

 
 Gili Ree

Sekelompok pemancing menyambut kedatangan kami di dermaga Gili Ree. Mereka berbaris rapi di sepanjang dermaga dengan kail masing-masing. Beberapa dari mereka, kailnya sudah berhasil menangkap ikan. Gila! Di sekitar dermaga saja, ikan sudah banyak, apalagi di tengah laut. Pastinya ikannya pasti jauh lebih melimpah.

Gili Ree merupakan pulau mungil yang padat penduduk. Saking padatnya, hamper tak ada tanah lapang di Gili Ree. Rmah-rumah penduduk juga saling berhimpitan satu sama lain. Daratan Gili Ree terdiri dari tanah kapur, batu karang, pantai berpasir kasar dan tebing berbatu dengan tutupan vegetasi hanya sekitar 10%. Di Gili Ree tidak terdapat sumber air tawar, sehingga kebutuhan air tawar harus didatangkan dari daratan Pulau Lombok melalui pipa di dasar laut.

Kunjungan ke Gili Ree, mengakhiri acara perburuan pulau-pulau kecil di Teluk Kecibing, Lombok Timur.  Dalam waktu sekitar empat jam, kami berhasil mengunjungi empat pulau cantik dengan keunikan masing-masing. Sebenarnya masih ada beberapa pulau yang belum sempat kami sambangi. Namun, kami harus segera kembali ke Tanjung Luar karena takut ombak akan semakin besar di sore hari. Saya berjanji, suatu hari nanti akan kembali mengunjungi gili-gili unik ini.  (edyra)***


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

BEAUTIFUL "GILIS" AROUND LOMBOK


Jalan-jalan di Pantai Gili Maringkik yang unik

Pulau Lombok dikelilingi pulau-pulau kecil yang disebut Gili dalam Bahasa Sasak (Suku Asli Lombok). Jumlah gili di sekitar Pulau Lombok mencapai 30-an. Yang paling tenar adalah “Trio Gili di Lombok Utara,” yaitu : Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Ketiga gili ini terkenal hingga ke mancanegara berkat keindahan pantainya dan kecantikan alam bawah lautnya sehingga mayoritaas pengunjung gili ini adalah turis asing. Yang belakangan mulai ngetop adalah “Trio Gili di Lombok Barat Daya,” yaitu : Gili Nanggu, Gili Tangkong, dan Gili Sudaq. Gili Kondo di Lombok Timur juga mulai naik daun akhir-akhir ini. Daya tarik gili-gili di Lombok adalah pantai berpasir putih, air laut sebening Kristal, dan panorama bawah laut yang menakjubkan. Bagi pecinta pantai/laut dan olahraga air (water sport) seperti snorkeling dan menyelam (diving), pulau kecil (gili) adalah surga. Begitu pula dengan saya yang memang pecinta berat pantai dan pulau-pulau kecil. Tinggal di Lombok selama tiga tahun (2002 - 2005) dan di Bali selama empat tahun lebih (2008 - sekarang), merupakan salah satu anugerah terindah dalam hidup saya. Saya bisa menjelajahi gili-gili yang sebagian besar masih sepi, alami dan tak berpenghuni, sesuai keinginan saya. Uniknya lagi gili-gili tersebut ukurannya sangat beragam. Yang paling imut-imut adalah Gili Kijuk, yang luasnya mungkin hanya seukuran lapangan bola voli dan yang paling besar adalah Gili Gede, yang luasnya mencapai belasan hektar.

Saya punya obsesi mengunjungi semua gili di sekitar Lombok suatu hari nanti agar bisa melihat berbagai keunikan di gili-gili tersebut. Sampai dengan 1 Januari 2013 ini, saya bersyukur bisa menjejakkan kaki di 18 gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Berikut gili-gili cantik nan unik di sekitar Lombok yang berhasil saya kunjungi.

 
 Dermaga Gili Trawangan di kala sunrise

1. Gili Trawangan (2003) 
Gili yang paling ngetop di Lombok. Gili berpenduduk ini terletak di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, berdekatan dengan Gili Meno dan Gili Air. Saya mengunjungi Gili Trawangan pada tahun 2003 (saya lupa tanggal pastinya) bersama Mas Ade dan Mas Ponco (teman-teman dari KPP Mataram). Thanks a lot for Mas Ponco yang telah mengajak saya mengunjungi salah satu pulau terindah di dunia ini.

 Naik sepeda motor ke Gili Imut

2. Gili “Imut” Genting (9 Februari 2004)
Gili Genting terletak di Desa Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Saya mengunjungi pulau ini bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram, yang biasa jalan bareng keliling Lombok tiap akhir pekan. Karena bentuknya unik mirip penyu, oleh masyarakat sekitar sering disebut Gili Penyu. Namun, saya lebih suka menyebutnya “Gili Imut” karena ukurannya memang imut-imut. Teman-teman pun tak ada yang protes dengan julukan yang saya berikan sehingga di antara kami Gili Genting lebih terkenal dengan sebutan Gili Imut. Ini merupakan salah satu gili favorit saya di Lombok, yang tidak pernah bosan saya kunjungi meski berkali-kali. Sampa saat ini, setidaknya sudah lima kali saya menyambangi Gili Imut, tiga kali di antaranya saya berhasil menjejakkan kai di sana. Keunikan Gili Imut adalah letaknya yang sangat dekat dengan daratan Pulau Lombok dan adanya tanjung berbentuk lidah di dekatnya, yang disebut Tanjung Elaq-Elaq oleh penduduk setempat. Bahkan pada saat surut, pulau ini menyatu dengan Pulau Lombok. Saat pasang pun, tinggi air laut di selat yang memisahkan Gili Imut dengan Pulau Lombok hanya mencapai selutut orang dewasa. Sehingga kita tak perlu bersusah-susah naik perahu/sampan untuk menyeberang ke gili ini. Cukup berjalan kaki beberapa menit, kita bisa menjejakkan keki di Gili Imut. Bahkan, saya pernah menaiki sepeda motor hingga pulau ini.

 
 Main pasir di Gili Air

3. Gili Air (19 Desember 2004)
Gili Air berada di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, tetanggan dengan Gili Meno dan Gili Trawangan yang sama-sama terkenal akan keindahan alam bawah lautnya. Saya mengunjungi Gili Air bersama teman dekat (Imas) di akhir tahun 2004.

 Bersama teman-teman di "pedalaman" Gili Nanggu

4. Gili Nanggu (4 Juli 2004)
Dua kali saya mengunjungi Gili Nanggu. Yang pertama bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram, pada tahun 2004. Saya lupa tanggal pastinya, yang pasti tahun 2004. Yang kedua bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram juga (khusus cowok), pada tanggal 4 Juli 2004. Pulau yang terletak di Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat ini berukuran cukup kecil dan tak berpenghuni. Di pulau ini terdapat sebuah hotel, yaitu Gili Nanggu Resort.

 Gili Tikus

5. Gili Tikus (11 Maret 2005)
Saya mengetahui pulau mungil ini secara tak sengaja. Saat masih tinggal di Lombok, ada seorang teman yang asli Lombok Timur mengajak jalan-jalan ke tempat saudaranya di daerah Serewe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Ternyata di Serewe ada pantai berpasir putih yang cantik dan masih sangat sepi. Ada juga pulau kecil tak jauh dari Pantai Serewe, namanya Gili Tikus. Pulau ini dinamakan Gili Tikus karena dulu banyak ditemukan sarang tikus di sana. Gili Tikus termasuk pulau mini, luasnya hanya sebesar lapangan futsal sehingga bisa dikelilingi dalam waktu 10 menit saja. Uniknya, kita juga tak perlu naik sampan untuk menuju Gili Tikus karena selat yang memisahkan gili ini dengan Pulau Lombok sangat sempit dan dangkal. Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit, kita akan sampai di Gili Tikus.

 Pantai Gili Lawang yang banyak ditumbuhi mangrove

6. Gili Lawang (20 Agustus 2005)
Gili Lawang terletak di lepas pantai Lombok Timur, bertetangga dengan Gili Sulat. Secara administratif, gili ini berada di Desa Tekalok, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Saya mengunjungi Gili Lawang pada tanggal 20 Agustus 2005, kalau nggak salah setelah pengumuman ujian D IV STAN. Seperti biasa, saya menjelajah pulau ini ramai-ramai bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram. Saking banyaknya peserta yang ikut ke Gili Lawang, speed boat yang kami sewa dari Desa Tekalok harus bolak-bolak dua kali karena tak muat bila diangkut sekali jalan. Pulau ini dikelilingi hutan bakau (mangrove) dan tak berpenghuni. Keistimewaan Gili Lawang adalah alam bawah lautnya yang spektakuler. Terumbu karangnya masih sangat rapat dan bermacam-macam jenisnya. Karang keras (hard coral) maupun karang lunak (soft coral) semuanya ada dan dalam kondisi sangat baik. Ikannya juga sangat banyak dan beraneka ragam. Cuma, kita harus berenang agak jauh ke tengah. 

Gili Meno dilihat dari Gili Trawangan

7. Gili Meno (2 September 2005)
Meski berada di antara Gili Air dan Gili Trawangan, saya baru bisa menyambangi pulau ini pada tanggal 2 September 2005, menjelang kepindahan saya ke Jakarta. Saya mengunjungi Gili Meno bersama teman-teman satu seksi atas ajakan Bu Komang. Saya sangat berterima kasih kepada Bu Komang atas kebaikan hatinya mengajak kami jalan-jalan ke Gili Meno. Asyiknya lagi, kami menginap semalam di pulau ini, yaitu di Hotel Gazebo Gili Meno, salah satu hotel terbaik di Gili Meno saat itu. Alhasil, kami puas snorkeling, jalan-jalan keliling pulau hingga melihat sunset dan sunrise. Gili Meno merupakan pulau paling sepi di antara Trio Gili Trameno (Gili Trawangan, Meno Air), sangat cocok untuk bulan madu. Di pulau ini terdapat danau kecil (laguna) berair asin di bagian barat pulau dan Taman Burung Gili Meno (Gili Meno Bird Park) yang dimiliki oleh orang pribadi.

 
Ujung Betok

8. Ujung Betok (5 Mei 2012)
Saya mengetahui pulau ini dari sebuah foto di majalah penerbangan (inflight magazine) sebuah maskapai penerbangan nasional. Ujung Betok terletak di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Saya tertarik mengunjungi Ujung Betok karena pulau super imut ini sudah dihubungkan dengan jembatan dengan daratan Pulau Lombok. Uniknya lagi, meski ukurannya imut-imut (mungkin hanya seukuran lapangan bola voli), Ujung Betok ada penghuninya dan sangat padat.

 Daratan pasir yang menghubungkan Gili Sunut dan daratan Pulau Lombok. 



9.      Gili Sunut (9 Juni 2012)
Gara-gara membaca blog teman, saya tertarik mengunjungi Gili Sunut yang terletak di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, tak jauh dari Pantai Tangsi (Pink Beach) yang belakangan mulai ngetop. Keunikan Gili Sunut adalah daratannya yang nyambung dengan Pulau Lombok ketika laut sedang surut. Saat pasang pun, air laut di selat yang memisahkannya dengan Pulau Lombok hanya setinggi lutut orang dewasa. Jadi kita bisa berjalan kaki menuju pulau kecil berpenghuni ini. Kabar terakhir, Gili Sunut akan dibangun menjadi sebuah pulau wisata (resort island) dan semua penghuninya akan dipindahkan ke Desa Teranjah-Anjah, tak jauh dari pulau tersebut. 

 
 Gili Sudak
 
10.  Gili Sudak (10 Juni 2012)
Gili Sudak merupakan anggota “Trio Gili di Lombok Barat Daya,” bertetangga dengan Gili Nanggu, Gili Tangkong di sebelah barat dan Gili Kedis di sebelah timur. Kalau turis kebanyakan mengunjungi Gili Sudak dari Desa Tawun, Kecamatan Sekotong  dengan menyewa perahu yang sangat mahal, saya mengunjungi pulau ini dari Dusun Medang, Desa Sekotong Barat dan hanya perlu mengeluarkan uang Rp 10.000,00 untuk biaya perahu. Pulau berpasir putih dengan panorama bawah laut yang indah ini sangat sepi dan masih alami karena hanya dihuni beberapa orang. Di pulau ini terdapat sebuah restoran yang sudah tutup saat saya berkunjung ke sana.

 
 Gili Kedis

11.  Gili Kedis (10 Juni 2012)
Saya mengetahui pulau ini dari seorang teman Facebook yang asli Lombok (Duta). Melihat foto-foto bawah laut Gili Kedis yang dipamerkan Duta di akun Facebooknya, saya jadi tertarik mengunjunginya. Alhasil, saya menodong Duta untuk mengantarkan saya mengunjungi  Gili Kedis. Syukurlah, Duta yang baik hati bersedia  menemani saya dan teman jalan-jalan ke pulau yang super mini yang terletak di daerah Sekotong, Lombok Barat ini. Luas Gili Kedis mungkin hanya dua kali lapangan bola voli. Namun, di balik ukurannya yang mungil tersimpan keindahan bawah laut yang memukau. Cukup ber-snorkeling beberapa meter saja dari bibir pantai, kita sudah bisa melihat beragam terumbu karang dan ikan-ikan cantik aneka warna.

 
Gili Gede

12. Gili Gede (6 Oktober 2012)
Saya menginjakkan kaki di Gili Gede hanya sebentar, karena hanya “transit” dalam perjalanan ke Gili Rengit.  Lagi-lagi, kunjungan ke Gili Gede dan Gili Rengit juga atas ajakan Duta. Gili Gede terletak di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Sesuai namanya, Gili Gede merupakan gili paling besar di sekitar Lombok. Gili Gede termasuk salah satu gili yang berpenduduk di Lombok. Di Gili Gede terdapat lima kampung/dusun, yaitu : Gedangsiang, Pegametan, Orong Bukal, Labuan Cenik, dan Tanjungan. Kelima kampung tersebut letaknya tersebar di berbagai penjuru pulau. Pantai di sekeliling Gili Gede berpasir putih dengan air laut sangat bening, membuat siapa pun tergoda untuk berenang.

 
Dermaga di Gili Rengit

13. Gili Rengit (6 Oktober 2012)
Pulau ini terletak di sebelah utara Gili Gede. Luasnya sekitar 22 hektar dan tidak berpenghuni. Daya tarik Gili Rengit adalah keindahan alam bawah lautnya yang masih terjaga. Terumbu karang terhampar luas tak jauh dari bibir pantai, ikan-ikan cantik beragam jenisnya. Yang membuat saya takjub adalah banyaknya karang ungu di sekitar Gili Rengit. Dari sekian banyak tempat snorkeling yang pernah saya coba, hanya di Gili Rengit saya bisa melihat begitu banyak karang ungu.

 Gili Kijuk

14.   Gili Kijuk  (7 Oktober 2012)
Mungkin inilah gili paling imut di sekitar Lombok. Letaknya di pinggir Jalan Raya Sekotong di Desa Tawun, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pulau ini berada tak jauh dari Gili Kedis dan Gili Sudaq. Gili Kijuk akan menyatu dengan daratan Pulau Lombok pada saat surut. Jadi kita bisa berjalan kaki untuk mencapainya.  

 Pantai di Gili Maringkik, yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke tengah laut

15.  Gili Maringkik (30 Desember 2012)
Saya mengetahui Gili Maringkik dari Google Map. Letaknya di Kecamatan Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur, sekitar 20 menit naik perahu dari Tanjung Luar. Sebenarnya Gili Maringkik bukan pulau tujuan wisata tetapi pulau kecil yang padat penduduk. Yang membuat saya tertarik mengunjungi Gili Maringkik adalah adanya pantai yang unik di pulau ini. Berbeda dengan pantai pada umumnya yang terletak di sepanjang tepian pulau, Gili Maringkik memiliki pantai yang bentuknya memanjang dan melengkung dari tepi pulau hingga ke tengah laut seperti bulan sabit. Lengkungan pantai ini mengarah ke Gili Bembeq, pulau tetangganya. Bahkan, pada saat laut benar-benar surut, Gili Maringkik menyatu dengan Gili Bembeq. Sayangnya, kita hanya bisa melihat pantai unik ini saat laut sedang surut. Saat pasang, lengkungan pantai ini akan menghilang tinggal beberapa meter saja dari bibir pantai Gili Maringkik.

 
 Pulau Kambing Kecil (kiri) dan Gili Bembeq (kanan)

16.  Gili Bembeq (30 Desember 2012)
Pulau unik ini letaknya di dekat Gili Maringkik, bahkan menyatu pada saat laut surut. Gili Bembeq sering disebut juga sebagai Pulau Kambing karena dulunya pulau ini tempat warga pulau-pulau sekitar menggembalakan kambing di pulau ini. Gili Bembeq dikelilingi tiga pulau yang akan menyatu saat surut, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah barat, dan Pulau Kambing Kecil di sebelah selatan. Ini terjadi karena Gili Bembeq memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke pulau-pulau lainnya. 

 
 Gili Kuri

17.  Gili Kuri (30 Desember 2012)
Pulau ini terletak di sebelah barat Gili Bembeq. Gili Kuri akan menyatu dengan Gili Bembeq pada saat laut surut. Pulau mungil ini tak berpenghuni dan hanya dimanfaatkan warga pulau-pulau sekitar untuk memancing.

 
 Gili Ree

18.  Gili Ree (30 Desember 2012)
Gili Ree merupakan pulau kecil yang padat penduduk di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Pulau ini bertetangga dengan Gili Beleq di sebelah barat dan Gili Kuri di sebelah timur. Daratan Gili Ree terdiri dari tanah kapur, batu karang, pantai berpasir kasar dan tebing berbatu dengan tutupan vegetasi hanya sekitar 10%. Di Gili Ree tidak terdapat sumber air tawar, sehingga kebutuhan air tawar harus didatangkan dari daratan Pulau Lombok melalui pipa di dasar laut. (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments