GILI RENGIT ISLAND, ANOTHER UNDER WATER PARADISE IN WEST LOMBOK


Asyiknya menjelajah bawah laut Gili Rengit.

Berawal dari ajakan teman di Facebook, akhirnya tercapai juga impian saya untuk menyambangi Gili Rengit, sebuah pulau kecil di daerah Pelangan, Lombok Barat. Saya bela-belain naik ferry seorang diri, menyeberangi Selat Bali demi pulau impian, Gili Rengit. Dulu, waktu masih tinggal di Lombok, saya sempat mendengar nama pulau ini. Namun, karena minimnya informasi tentang Gili Rengit, sampai saya pindah ke Jakarta, saya belum sempat mengunjungi pulau ini. Alhamdulillah, beberapa tahun kemudian, saya bisa menginjakkan kaki di Gili Rengit. 

Perjalanan menuju Gili Rengit, saya awali dari rumah teman saya (Duta) di Gerung, Lombok Barat. Dari sana, saya, Duta, dan 5 orang teman baru menempuh perjalanan darat dengan sepeda motor menuju Desa Pelangan, desa terdekat untuk menyeberang ke Gili Gede dan Gili Rengit. Di tengah jalan, kami sempat berhenti di Pantai Sundancer karena si Duta kelaparan, mau ngisi perut dulu. Sambil menunggu Duta dan teman-teman lainnya makan, kami jalan-jalan dan foto-foto di Dermaga Sundancer. Total perjalanan dari Gerung ke Desa Pelangan (termasuk berhenti sejenak di Pantai Sundancer) memakan waktu sekitar satu jam. 

Begitu tiba di Pelangan, Duta segera menghubungi Pak Nelayan yang biasa membawa ambulan air Gili Gede (saya lupa namanya. Ambulan air tersebut biasa digunakan untuk mengangkut Warga Gili Air yang sakit. Pak Nelayan tersebut yang akan menjadi nahkoda perahu kami untuk berlayar menuju ke Gili Gede dan Gili Rengit. Namun, setelah dihubungi beberapa kali tidak bisa nyambung dan kita tunggu sekian lama Pak Nelayan tadi tidak juga menampakkan batang hidungnya (dan perahunya tentunya), kita memutuskan untuk ikut angkutan perahu (public boat) penduduk Gili Gede. Dari sana, nanti Duta akan mencoba menghubungi lagi Pak Nelayan agar mengantar kami menuju Gili Rengit. Biaya perahu ke Gili Gede cukup murah, hanya Rp 5.000,00 per orang. 

Perjalanan ke Gili Gede memakan waktu sekitar 15 menit karena kami menuju ke sebuah kampung yang terletak di sisi timur Gili Gede. Sebagai informasi, Gili Gede adalah gili (pulau kecil) paling gede di antara gili-gili lainnya di sekeliling Lombok, makanya dinamakan Gili Gede. Gili Gede termasuk salah satu gili yang berpenduduk di Lombok. Di Gili Gede terdapat lima kampung/dusun (Gedangsiang, Pegametan, Orong Bukal, Labuan Cenik, dan Tanjungan) yang letaknya tersebar di berbagai penjuru pulau, dengan kampung terdekat, berada di sisi selatan Gili Gede. 

Begitu tiba di Gili Gede, Duta segera mencari perahu yang bisa mengantar kami ke Gili Rengit sementara saya dan teman-teman yang lain sholat zuhur dulu di masjid terdekat. Selesai sholat, kami duduk-duduk di berugaq (gazebo) di pinggir pantai sambil ngobrol-ngobrol dengan penduduk setempat. Saya rada malas jalan-jalan keliling pulau karena saat itu cuaca sangat panas di Gili Gede. Saya sudah cukup puas memandangi pantai berpasir putih dengan air laut hijau toska di depan berugaq. 

Setelah perahu siap, kami segera melanjutkan perjalanan ke Gili Rengit yang terletak di sebelah utara Gili Gede. Perjalanan ke Gili Rengit memakan waktu sekitar 15 menit. Sepanjang jalan, kami disuguhi panorama pantai sebening kristal yang membuat kami ingin nyemplung. 

 

Setelah perahu merapat di Gili Rengit, kami segera berloncatan turun. Kami semua tak sabar ingin menikmati keindahan bawah laut Gili Rengit. Namun, saya tidak langsung nyemplung. Saya jalan-jalan dulu keliling pulau untuk melihat-lihat suasana pulau sekaligus memotret sudut-sudut menarik Gili Rengit. Konon kabarnya, Gili Rengit telah dimiliki oleh seorang pengusaha. Di pulau seluas 22 hektar ini telah dibangun dermaga, bar, dan restoran lengkap dengan toilet dan kamar ganti. Restoran tersebut hanya buka bila ada tamu/turis yang datang. Biasanya turis asing yang datang ke Gili Rengit ikut tur dari Bali dengan tujuan Nusa Lembongan, Nusa Penida dan Gili Rengit. 

 

Selesai menjelajah daratan Gili Rengit, saya segera bergabung dengan teman-teman untuk snorkeling di sebelah kiri (barat) dermaga. Segera saya kenakan masker dan snorkel yang saya bawa dari rumah. Dan begitu nyemplung, saya segera disambut aneka terumbu karang warna-warni dan ikan-ikan lucu yang berenang kesana-kemari. Terumbu karangnya cukup beragam dengan kondisi yang baik. Kebanyakan jenis karang keras (hard coral). Ada juga karang keras berwarna ungu yang jarang saya temui di tempat lain. Ikannya juga cukup banyak dan beraneka ragam. Asyiknya lagi, arusnya bergerak ke bibir pantai sehingga kami tak perlu khawatir bakal terseret arus ke tengah laut. 

 

 

Puas snorkeling di sebelah barat dermaga, saya dan teman-teman pindah ke sebelah timur (kanan) dermaga. Dalam perjalanan menuju ke timur dermaga, saya melewati rombongan wisatawan yang sedang makan tak jauh dari dermaga. Tak disangka, tak diduga, ternyata ada dua orang teman saya (Mas Puguh dan Mbak Barkah) dalam rombongan tersebut. Dunia memang sempit. Saya benar-benar tak menyangka bisa ketemu teman lama yang sudah lima tahun tak pernah ketemu di pulau kecil tersembunyi, seperti Gili Rengit ini. Kami pun ngobrol-ngobrol sebentar. 

 

Setelah ngobro-ngobrol dengan Mas Puguh dan Mbak barkah, saya snorkeling di sisi timur dermaga yang ternyata jauh lebih indah daripada di sisi barat dermaga. Terumbu karangnya lebih beragam dan ikannya lebih banyak. Yang membuat saya takjub adalah hamparan karang ungu yang cukup luas di spot ini. baru kali ini, saya melihat hamparan karang ungu seluas ini. Saya benar-benar terpana dibuatnya. 

 

Tak terasa hari beranjak sore. Kami harus segera meninggalkan Gili Rengit karena takut ombak akan besar di sore hari. Serunya, dalam perjalanan pulang kali ini, rute kami berbeda dengan rute keberangkatan. Pak Nahkoda membawa perahu melewati sisi barat Gili Gede, sehingga tanpa sengaja kami sudah mengelilingi Gili Gede secara keseluruhan. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

GARDEN HOPPING IN CHANGI AIRPORT

Santai sejenak di Sunflower Garden, Changi Airport

Tak selamanya menunggu keberangkatan pesawat ataupun transit di bandara, menjadi kegiatan yang membosankan. Jika Anda kebetulan sedang berada di Bandara Changi (Changi Airport), Singapura, kegiatan tersebut akan terasa menyenangkan. Hal itu terjadi karena fasilitas yang ada di Bandara Changi benar-benar dibuat untuk memanjakan para penumpang yang sedang transit atau menunggu keberangkatan pesawat. Anda bisa jalan-jalan keliling bandara untuk belanja atau sekedar cuci mata. Bagi Anda pecinta taman, Anda sangat dimanjakan di Bandara Changi karena setidaknya ada tujuh macam taman di bandara tersebut, antara lain : taman anggrek, bambu, kaktus, dan kupu-kupu. Berikut taman-taman yang bisa Anda jelajahi di Bandara Changi. 

Terminal 1
Taman Heliconia (Heliconia Garden)
Taman Heliconia berada di Level 3, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 1. Letaknya dekat dengan Stasiun Skytrain D. Di taman ini terdapat lebih dari 20 spesies Heliconia. 

Taman Kaktus (Cactus Garden) 
Taman Kaktus terletak Level 3, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 1, tak jauh dari Stasiun Skytrain D. Taman ini mengoleksi lebih dari 100 spesies kaktus yang berasal dari Benua Afrika, Amerika dan Asia. 

 

Terminal 2 
Taman Anggrek (Orchid Garden)
Berada di Level 2, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 2, hanya 1 menit dari Stasiun Skytrain F. Koleksi anggrek di taman ini cukup beragam dengan warna-warni yang menawan. Salah satu koleksi andalannya adalah “Anggrek Vanda Miss Joaquim,” Bunga Nasional Singapura. 

 

Taman Bambu (Bamboo Garden)
Taman bambu terletak di Level 2, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 2, tak jauh dari Stasiun Skytrain F. Ada berbagai jenis bambu di sini, mulai dari bambu hitam, bambu kuning hingga Buddha’s Belyy Bamboo.

Taman Bunga Matahari (Sunflower Garden) 
Ini salah satu taman favorit saya di Bandara Changi. Letaknya agak tersembunyi di di Level 3, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 2, tak jauh dari Stasiun Skytrain F. Taman ini akan terlihat makin menarik di malam hari berkat permainan lampu warna-warni. Dari taman ini, Anda juga bisa melihat pesawat yang parkir di bandara. 

 

Taman Pakis (Fern Garden) 
Taman pakis berada di Level 2, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 2, tak jauh dari Stasiun Skytrain E. Beragam jenis tanaman pakis/paku ada di taman ini. salah satu yang paling menarik perhatian adalah jenis Dicksonia antarctica yang dipercaya telah berumur 400 tahun lebih. Selain tanaman pakis, di taman ini juga terdapat kolam ikan yang berisi berbagai jenis ikan koi. 

 

Terminal 3
Taman Kupu-Kupu (Butterfly Garden)
Ini juga taman favorit saya di Bandara Changi. Letaknya di Level 2 dan 3, Area Keberangkatan (Departure Area) Terminal 3, tak jauh dari Stasiun Skytrain B. Taman ini merupakan taman kupu-kupu di bandara yang pertama di dunia. Anda akan melihat beragam spesies kupu-kupu yang berbeda setiap musimnya. Gemericik air terjun buatan yang ada di taman ini juga semakin memperindah suasana taman.

 

Taman Pakis (Fern Garden) 
Di Terminal 3 juga terdapat taman pakis seperti di Terminal 2. Letaknya di Level 1, Area Kedatangan (Arrival Area), tak jauh dari Stasiun Skytrain B. 

Itulah taman-taman cantik yang bisa Anda jelajahi di Bandara Changi. Semuanya gratis dikunjungi dan mudah dicari, kecuali Taman Kaktus dan Taman Bunga Matahari yang letaknya agak tersembunyi. Namun, jangan khawatir karena ada petunjuk arah yang jelas ke taman-taman tersebut. Jika Anda masih kebingungan, ambil saja brosur “Garden Trail @ Changi” yang berisi peta dan petunjuk arah ke berbagai taman tersebut atau tanya saja petugas bandara di kounter informasi. Untuk pindah antar terminal, Anda tak usah khawatir akan kecapekan karena sudah ada Skytrain gratis yang tersedia setiap tiga hingga lima menit. Selamat berpetualang di Bandara Changi! (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

ASYIKNYA MENGINAP GRATIS DI LONDON



Hang out bersama Marrion, Sonia dan Nick di tepi Sungai Hackney

Betapa beruntungnya saya bisa menginap gratis di London selama seminggu. Saya bisa jalan-jalan keliling London dan sekitarnya tanpa harus mengeluarkan biaya akomodasi. Ini terjadi berkat kebaikan hati kebaikan hati seorang teman backpacker bernama Sonia Mimouni, Gadis Perancis yang tinggal di Hackney, London. Sebenarnya saya di London selama dua minggu lebih (sejak kedatangan sampai kembali ke Indonesia), tetapi separuhya saya gunakan untuk jalan-jalan ke Skotlandia dan Maroko. Jadi, total saya berada di Rumah Sonia adalah seminggu.

Saya mengenal Sonia ketika sedang mengantri di Kantor Imigrasi Aranyaprathet Thailand (perbatasan dengan Kamboja),tanggal 9 Agustus 2008. Saat itu, Sonia berdiri di depan saya. Karena antrian cukup panjang, saya pun mengajak ngobrol Sonia yang ternyata berasal dari Perancis tetapi tinggal di London. Tak lupa kami saling bertukar alamat email dan Facebook. Sonia juga menawari saya untuk menginap di rumahnya di London, kalau nanti jalan-jalan di London. Tawaran yang menyenangkan bukan?

Tiga tahun berselang, tepatnya April 2011, saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke London. Sebelum berangkat, saya pun menghubungi Sonia via email dan mengutarakan niat untuk menginap di rumahnya. Dengan senang hati, Sonia mengizinkan saya menginap di rumahnya. Dia memberi alamat lengkap rumahnya dan nomor ponselnya. Dia meminta saya menghubunginya lagi, bila waktu keberangkatan saya ke London sudah dekat.

Sehari sebelum keberangkatan, saya memberi tahu Sonia via email jadwal kedatangan saya di London. Harapan saya, Sonia bisa menjemput saya di bandara atau di tempat lain di London yang gampang dicari. Sayangnya, saya lupa memberi tahu Sonia, bandara tempat saya mendarat. Saya lupa kalau bandara di London itu ada lima buah. Jadi, saya tidak memberi tahu bandara tempat saya akan mendarat. Sialnya, ketika mendarat di London Stansted Airport, baterai ponsel saya habis. Parahnya lagi saya tidak membawa ponsel lain. Mau menghubungi Sonia lewat internet, saya tidak punya uang Pound pecahan kecil. Padahal saat itu sudah lewat tengah malam. Untunglah sebelumnya saya sudah pesan hotel lewat internet untuk jaga-jaga. Setelah mendapat Peta London gratisan di kounter informasi dan tahu bus yang menuju Victoria Bus Station, saya pun naik bus menuju pusat Kota London.
London Victoria Station

Karena sampai di London dinihari, saya kebingungan arah (disorientasi). Saya harus putar-putar cukup lama untuk mencari alamat hotel saya. Saya juga nanya orang sampai beberapa kali untuk menemukan alamat hotel saya. Setelah satu jam lebih putar-putar, akhirnya saya bisa menemukan hotel saya. Ternyata hotel saya berada tak begitu jauh dari Victoria Bus Station seperti yang tercantum di internet. Saya salah arah, sehingga harus berjalan cukup jauh menuju hotel. Untungnya Kota London aman, sehingga saya tak mengalami kejadian buruk apa pun walaupun harus berjalan sendirian di pagi buta (dinihari).
Bus No.38, dengan rute Victoria Bus Station - Clapton Pond (Hackney)

Keesokan harinya, saya mencoba menghubungi Sonia via email dan ponsel tapi tak ada jawaban. Hari kedua di London, saya baru berhasil menghubungi Sonia. Dia minta maaf tidak bisa menjemput saya karena tidak tahu bandara tempat saya mendarat. Dia juga meminta saya segera check out dari hotel dan pindah ke rumahnya. Dia memberi tahu bus yang harus saya naiki untuk menuju rumahnya di daerah Hackney dan dia akan menjemput saya di halte terdekat.
 Rumah Sonia di Hackney, London

Begitu tiba di halte, saya menelpon Sonia. Dan Alhamdulillah, dia benar-benar menjemput saya di halte tersebut. kami langsung jalan kaki ke rumahnya yang berada tak jauh dari halte tersebut. Rumah Sonia terdiri dari tiga lantai dan terbuat dari bata merah terbuka seperti rumah-rumah di London kebanyakan. Di rumah tersebut, Sonia tinggal bersama kekasihnya (Nick Toladay) dan dua orang temannya. Saya disuruh tinggal di kamar kekasihnya karena Nick akan pulang ke rumahnya di Oxford untuk liburan. Saya diberi kunci rumah agar bebas keluar masuk rumah sepulang jalan-jalan. Saya juga diajak jalan-jalan ke tempat-tempat hang out di sekitar London yang tidak diketahui turis.
Clapton Pond Park

Saya benar-benar beruntung bisa tinggal di rumah Sonia. Saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya akomodasi di London yang terkenal sebagai kota mahal. Bahkan saya bisa jalan-jalan ke Skotlandia dan Maroko tanpa harus kerepotan bawa ransel besar karena saya meninggalkan ransel saya di rumah Sonia. Asyiknya lagi, saya punya banyak teman baru yang baik-baik, yang siap menerima kedatangan saya lagi di London, kapan pun saya mau. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

MASJID DI SINGAPURA



Singapura merupakan salah satu negara favorit wisatawan Indonesia. Setiap tahunnya, jutaan wisatawan Indonesia yang berkunjung ke sana, entah untuk berlibur, belanja, bisnis, atau berobat. Letak geografis yang dekat; suasana kota yang bersih, tertib, dan serba teratur; sistem transportasi yang bagus serta banyaknya atraksi wisata yang menarik menjadi beberapa alasan yang mendorong Orang Indonesia untuk berlibur ke Singapura. 

Di balik segala kelebihan Singapura, ada satu kekurangan (bagi umat muslim), yaitu susahnya mencari masjid di sana. Pasalnya Islam bukan agama mayoritas di sana. Hanya sekitar 15%, penduduk Singapura yang beragama Islam (terutama dari etnis Melayu). Namun, setelah mencari informasi di internet, ternyata ada banyak masjid di Singapura. Berdasarkan data Majelis Ugama Islam Singapura (Islamic Religious Council of Singapore) di situs www.muis.gov.sg, jumlah masjid di seluruh wilayah Singapura ada 70 masjid. Berikut daftar masjid di Singapura beserta alamat dan Stasiun MRT/LRT terdekatnya.

1. Masjid Abdul Aleem Sidique
90, Lor K Telok Kurau, Singapore 425723
Stasiun MRT : Kembangan (EW6)
Bus : 15, 155

 Masjid Abdul Gafoor

2. Masjid Abdul Gafoor
41, Dunlop Street, Singapore 209369
Stasiun MRT : Bugis (EW12)
Bus : SBS (C3, 23, 66M, 130, 64, 65, 81, 85, 97, 103, 111, 130, 139) SMRT (67, 857, 960, 980)

3. Masjid Abdul Hamid 
10, Gentle Road, Singapore 309194
Stasiun MRT : Novena (NS20)
Bus : SBS (21, 54, 56, 131, 143, 162, 124, 162M, 162X, 86, 163, 518) SMRT (167)

4. Masjid Ahmad 
2, Lorong Sarhad, Singapore 119173 Bus : SBS (200) SMRT (176,188)

5. Masjid Ahmad Ibrahim
15, Jalan Ulu Seletar, Singapore 769227
Bus : SMRT (167, 169, 171, 800, 811, 856, 858, 859, 969, 980)

6. Masjid Al Taqua
11A, Jalan Bilal Bedok, Off Bedok Road, Singapore 468862
Stasiun MRT : Tanah Merah (EW4)
Bus : 10, 14, 14E

7. Masjid Al Abdul Razak
30, Jalan Ismail, Singapore 419285
Stasiun MRT : Eunos (EW7)
Bus : 15, 21, 25, 51, 55, 60, 63, 93, 94

Masjid Al Abrar

8. Masjid Al Abrar (Koochoo Pally) 
192, Telok Ayer Street, Singapore 068635
Stasiun MRT : Telok Ayer (DT18)
Bus : SBS (10, 131, 186) SMRT (167, 605, 608, 700, 75, 970)

9. Masjid Al Amin
50, Telok Blangah Way, Singapore 098801
Stasiun MRT : Harbour Front & Tiong Bahru
Bus : SBS (124, 131, 195, 198) SMRT (605)

10. Masjid Al Ansar
155, Bedok North Avenue 1, Singapore 469751
Stasiun MRT : Bedok (EW5)
Bus : SBS (60, 87, 17, 225, 226, 227, 229, 506)

11. Masjid Al Falah
Bideford Rd #01-01, Cairnhill Place, Singapore 229650
Stasiun MRT : Somerset (NS23)
Bus : SBS (7, 14, 16, 14E, 16M, 36, 36M, 65, 65M, 85, 85M, 111, 123, 124, 143, 143M, 162, 162X, 174, 502), SMRT (106, 167, 171, 190, 603, 605, 700, 77)

12. Masjid Al Firdaus 
11, Jalan Ibadat, Singapore 698955
Stasiun MRT : Boon Lay (EW27)
Bus : SMRT (172, 175, 180, 187, 190, 67, 975)

13. Masjid Al Huda
34, Jalan Haji Alias, Singapore 268534
Stasiun MRT : Buona Vista (EW21)
Bus : SBS (156)

14. Masjid Al Iman
10, Bukit Panjang Ring Road, Singapore 679943
Stasiun LRT : Pending (BP8)
Bus : SBS (64, 65, 81, 85, 97, 103, 111, 130, 139) SMRT (171, 184, 187, 190, 700, 960, 963)

15. Masjid Al Istighfar
2, Pasir Ris Walk, Singapore 518239 
Stasiun MRT : Pasir Ris (EW1)
Bus : SBS (3, 6, 89, 9, 19)

16. Masjid Al Istiqamah
2, Seranggon North Avenue 2, Singapore 555876
Stasiun MRT : Ang Mo Kio, Serangoon or Kovan
Bus : SBS (25, 43, 55, 74, 76, 132, 165, 70, 103, 147, 109, 165, 315, 511) SMRT (169, 853, 854)

17. Masjid Alkaff Kampung Melayu 
200, Bedok Reservoir Road, Singapore 479221
Stasiun MRT : Eunos & Kembangan
Bus : SBS (8, 15, 21, 22, 58, 59, 60, 65, 65M, 87, 226, 228), SMRT (67, 506)

18. Masjid Alkaff 
Upper Serangoon 66, Pheng Geck Avenue, Singapore 348261
Stasiun MRT : Potong Pasir (NE10)
Bus : SBS (13, 81, 82, 85, 97, 103, 107, 107X, 111, 133, 147) SMRT (106, 61, 67, 857)

19. Masjid Al Khair
1, Teck Whye Crescent, Singapore 688847
Stasiun LRT : Keat Hong (BP3)
Bus : SMRT (175, 190, 307)

20. Masjid Al Mawaddah 
151, Compassvale Bow, Singapore 544997

21. Masjid Al Mukminin
271, Jurong East Street 21, Singapore 609603
Stasiun MRT : Jurong East (EW24-NS1)
Bus : SBS (52, 98, 105, 183, 502) SMRT (176, 187, 188)

22. Masjid Al Muttaqin 
5140, Ang Mo Kio Central Avenue 6, Singapore 569844
Stasiun MRT : Ang Mo Kio (NS16)
Bus : SBS (13, 86, 162, 162X, 162M, 138, 269), SMRT (825, 851, 852, 853)

 Masjid Angullia

23. Masjid Angullia 
265, Serangoon Road, Singapore 218099
Stasiun MRT : Farrer Park (NE8)
Bus : SBS (23, 64, 65, 65M, 66, 81, 85, 85M, 97, 103, 111, 131, 139, 147), SMRT (106, 61, 67, 857)

24. Masjid An Nahdhah
9A, Bishan Street 14, Singapore 579786
Stasiun MRT : Bishan (NS17)
Bus : 410 (white plate) atau Bus 53 dari Bishan Bus Interchange. Turun 1 halte setelah Bishan Bus Interchange.

25. Masjid An Nur
6, Admiralty Road, Singapore 739983
Stasiun MRT : Marsiling (NS8)
Bus : SMRT (178, 856, 903)

26. Masjid Ar Raudhah 
30, Bukit Batok East Ave 2, Singapore 659919
Stasiun MRT : Bukit Batok (NS2)
Bus : SMRT (176, 945, 970)

27. Masjid Assyafaah 
1, Admiralty Lane, Singapore 757620
Stasiun MRT : Sembawang (NS11)
Bus : SMRT (980, 856)

28. Masjid Assyakirin
550, Yung An Road, Singapore 618617
Stasiun MRT : Lakeside (EW26)
Bus : SBS (79) SMRT (178)

29. Masjid Baalwie 
2, Lewis Road, Singapore 258590
Stasiun MRT : Newton (NS21)
Bus : SMRT (171, 67, 700, 77, 851, 852, 960, 961, 970, 980)

30. Masjid Bencoolen 
51, Bencoolen Street, #01-01, Singapore 189630
Stasiun MRT : Dhoby Ghaut (NE6-NS24)
Bus : SBS (64, 65, 85, 97, 103, 111, 131, 139, 147, 147M, 166), SMRT (857, 980)

31. Masjid Burhani 
39, Hill Street, Singapore 179364
Stasiun MRT : City Hall (EW13-NS25)
Bus : SBS (2, 12, 32, 33, 51, 62, 63, 80, 81, 103, 124, 147, 147M, 166, 174, 174M, 197) SMRT (190, 61, 603, 851, 961, 960, 980)

32. Masjid Bidadari 
510, Upper Serangoon Road, Bidadari Muslim Cemetery, Singapore 534530
Bus : SBS (13, 81, 82, 85, 85M, 97, 100, 103, 107, 107X 111, 133, 135, 147) SMRT (106, 853)

Masjid Darul Aman


33. Masjid Darul Aman
1, Jalan Eunos, Singapore 419493
Stasiun MRT : Eunos (EW7)
Bus : SBS (2, 7, 13, 15, 21, 24, 25, 26, 28, 30, 51, 55, 93, 94, 154, 155, 352, 385), SMRT (61, 67, 854, 853)

34. Masjid Darul Ghufran
503, Tampines Avenue 5, Singapore 529651
Stasiun MRT : Tampines (EW2)
Bus : SBS (3, 10, 22, 23, 31, 65, 65M, 69, 72, 291, 292, 293) SMRT (67)

35. Masjid Darul Makmur
950, Yishun Ave 2, Singapore 769099
Stasiun MRT : Yishun (NS13)
Bus : SMRT (800, 804, 806, 811, 812)

36. Masjid Darussalam 
3002, Commonwealth Avenue West, Singapore 129579
Stasiun MRT : Clementi (EW23)
Bus : SBS (14, 74, 96, 105, 147, 151, 154, 165, 166), SMRT (106, 173, 184, 188, 189, 963)

37. Masjid En Naeem 
120, Tampines Road, Singapore 535136
Bus : SBS (25, 51, 53, 55, 81, 87, 151, 322, 323, 326, 327) SMRT (854)

38. Masjid Haji Mohd Salleh
245, Geylang Road, Singapore 389304
Stasiun MRT : Kallang (EW10)
Bus : SBS (2, 13, 21, 26, 51, 62, 63, 80, 100, 158), SMRT (67, 853)

39. Masjid Haji Muhammad Salleh
37, Palmer Road, Singapore 079424
Stasiun MRT : Tanjong Pagar (EW15)
Bus : SBS (70, 82, 130, 186) SMRT (700, 970)

40. Masjid Haji Yusoff 
2, Hillside Drive, Upper Serangoon Road, Singapore 548920
Stasiun MRT : Kovan (NE13)
Bus : SBS (80, 81, 82, 85, 85M, 97, 111, 136, 153), SMRT (106, 61, 67, 857)

41. Masjid Hajjah Fatimah 
4001, Beach Road, Singapore 199584
Stasiun MRT : Lavender (EW11)
Bus : SBS (7, 32, 51, 63, 80, 82, 100, 107, 107X, 145, 197) SMRT (603, 61, 851, 961, 980)

42. Masjid Hajjah Rahimabi
76, Kim Keat Road, Singapore 328835
Stasiun MRT : Boon Keng (NE9)
Bus : SBS (21, 124, 125, 131, 139, 186) SMRT (603)

43. Masjid Hang Jebat
100, Jalan Hang Jebat, Singapore 139533
Stasiun MRT : Queenstown (EW19)
Bus : 191

44. Masjid Hasanah 
492, Teban Gardens Road, Singapore 608878
Stasiun MRT : Jurong East (EW24-NS1)
Bus : SBS (30, 78, 79, 143, 143M, 381)

45. Masjid Hussein Sulaiman
394, Pasir Panjang Road, Singapore 118730
Bus : SBS (10, 30, 51, 143, 143M, 200), SMRT (176, 188)



46. Masjid Jamae Chulia
218, South Bridge Road, Singapore 058767
Stasiun MRT : Chinatown (NE4)
Bus : SBS (2, 12, 33, 54, 62, 63, 81, 103, 124, 143, 143M, 147, 147M, 166), SMRT (603, 608, 61, 851, 961)

47. Masjid Jamek Queenstown 
946, Margaret Drive, Singapore 149309
Stasiun MRT : Red Hill (EW18)
Bus : SBS (51, 111, 132, 139, 186), SMRT (106, 77)

Masjid Jamiyah Ar Rabitah


48. Masjid Jamiyah Ar Rabitah
601, Tiong Bahru Road, Singapore 158787
Stasiun MRT : Red Hill (EW18)
Bus : SBS (32, 33, 63, 64, 132, 115), SMRT (605, 608, 75, 851, 970)

49. Masjid Kampong Delta
10, Delta Avenue, Singapore 169831
Stasiun MRT : Tiong Bahru (EW17)
Bus : SBS (51, 64, 186) SMRT (970)

50. Masjid Kampong Holland
39, Lorong Liput, Singapore 277746
Stasiun MRT : Buona Vista (EW21)
Bus : SBS (200) SMRT (106, 61, 970)

51. Masjid Kampong Siglap
451, Marine Parade Road, Singapore 449283
Bus : SBS (31, 36, 36M, 197, 401), SMRT (608, 853)

52. Masjid Kassim
450, Changi Road, Singapore 419877
Stasiun MRT : Kembangan (EW6)
Bus : SBS (2, 7, 24, 25, 26, 28, 30), SMRT (61, 67, 854)

53. Masjid Khadijah 
583, Geylang Road, Singapore 389522
Stasiun MRT : Aljuned (EW9)
Bus : SBS (2, 13, 21, 26, 40, 51), SMRT (67, 853)

54. Masjid Khalid
130, Joo Chiat Road, Singapore 427727
Stasiun MRT : Eunos (EW7)
Bus : SBS (16, 33, 2, 7, 21, 24, 26, 28, 30, 51, 154), SMRT (61, 67, 854)

 
Masjid Malabar

55. Masjid Malabar 
471, Victoria Street, Singapore 198370
Stasiun MRT : Lavender (EW11)
Bus : SBS (2, 7, 12, 32, 33, 51, 62,, 63, 80, 107, 107X, 133, 145, 197), SMRT (190, 61, 851, 960, 980)

56. Masjid Moulana Mohd Ali 
UOB Plaza, 80, Raffles Place, #B1-01, Singapore 048624 Stasiun MRT : Raffles Place (EW14-NS26) Bus : SBS (2, 10, 12, 33, 54, 62, 70, 81, 147, 147M, 186, 196) SMRT (167, 605, 608, 700, 75, 970)

57. Masjid Muhajirin
275, Braddell Road, Singapore 579704

58. Masjid Mujahidin 
590, Stirling Road, Singapore 148952
Stasiun MRT : Commonwealth (EW20)
Bus : SBS (51, 93, 100, 123, 147, 153, 196, 198), SMRT (61, 855, 961)

59. Masjid Mydin
67, Jalan Lapang, Singapore 419007
Stasiun MRT : Kembangan (EW6)
Bus : SBS (2, 7, 24, 25, 26, 28, 30, 32, 42, 83) SMRT (67, 854)

Masjid Omar Kampung Melaka

60. Masjid Omar Kampong Melaka
10, Keng Cheow Street, Singapore 059607
Stasiun MRT : Clarke Quay (NE5)
Bus : SBS (51, 143, 143M, 186), SMRT (608, 970)

61. Masjid Omar Salmah
441B, Jalan Mashhor, Singapore 299173
Bus : 2, 12, 33, 54, 143, 147

62. Masjid Pertempatan Melayu Sembawang
27B, Jalan Mempurong, Singapore 759055

63. Masjid Pulau Bukom
Pulau Bukom, P O Box 1908, Singapore 903808

64. Masjid Pusara Aman
11, Lim Chu Kang Road, Muslim Cemetary, Singapore 719452
Stasiun MRT : Boon Lay (EW27)
Bus : 405

65. Masjid Salim Mattar
1, Mattar Road, Singapore 387713
Stasiun MRT : Aljunied (EW9)
Bus : SBS (40, 63, 65, 66, 135, 154, 155, 158), SMRT (61)

 
 Masjid Sultan
 
66. Masjid Sultan
3, Muscat Street, Singapore 198833
Stasiun MRT : Bugis (EW12)
Bus : SBS (2, 7, 12, 32, 33, 51, 62, 63, 80, 133, 145, 197), SMRT (190, 61, 603, 851, 960, 961, 980)

67. Masjid Tasek Utara
46, Bristol Road, Singapore 219852
Bus : SBS (131), SMRT (851, 980)

 
 Masjid Temenggong Daeng Ibrahim

68. Masjid Temenggong Daeng Ibrahim 
30, Telok Blangah Road, Singapore 098827
Stasiun MRT : Harbourfront (NE1)
Bus : SBS (10, 30, 65, 80, 85, 97, 100, 131, 143, 143M, 145, 166, 507), SMRT (176, 188, 61, 855, 963)
 
69. Masjid Tentera Di Raja
81, Clementi Road, Singapore 129797
Stasiun MRT : Dover (EW22)
Bus : SBS (33) SMRT (184, 188, 189, 61, 75)

Masjid Wak Tanjong

70. Masjid Wak Tanjong 
25, Paya Lebar Road, Singapore 409004
Stasiun MRT : Paya Lebar (EW8)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

BANDAR SERI BEGAWAN YANG MENAWAN




Berpose di Masjid Omar Ali Saiffuddien

Dibandingkan tetangganya (Malaysia dan Singapura), Brunei Darussalam memang kalah populer. Maklum, selain letaknya yang kurang strategis, di bagian utara Pulau Kalimantan, Brunei Darussalam memang tak segencar Malaysia dan Singapura dalam mempromosikan potensi pariwisata negaranya. Alhasil, tak banyak turis yang berkunjung ke negeri seluas 5.765 km2 ini. Padahal, Brunei Darussalam tak kalah menarik dibanding tetangganya. Negaranya Sultan Hassanal Bolkiah ini memiliki banyak tempat menarik yang patut untuk dilirik. Bila Anda suka suasana yang sepi, tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kota besar, sangat tepat berlibur ke Bandar Seri Begawan. 

Berbekal tiket promo dari salah satu maskapai berbiaya murah (budget airline), saya dan teman mengunjungi Bandar Seri Begawan di akhir bulan Oktober. Kami memulai perjalanan ke Bandar Seri Begawan dari Kuala Lumpur, karena maskapai yangkami naiki tidak memiliki rute langsung Jakarta - Bandar Seri Begawan. Sebenarnya ada penerbangan langsung Jakarta - Bandar Seri Begawan dari maskapai lain tapi harga tiketnya jauh lebih mahal. Tentu saja, kami memilih yang lebih murah meski harus “bersusah-susah” transit di Kuala Lumpur. 

Masjid Omar Ali Saifuddien
Setelah check in dan meletakkan tas di kamar hotel, saya dan teman berjalan menuju Masjid Omar Ali Saifuddien. Meski saat itu matahari tengah bersinar terik, kami tak mempedulikannya. Kubah emas Masjid Omar Ali Saifuddien yang berkilauan terkena sinar matahari seperti memanggil-manggil kami untuk segera mendekatinya. 

Masjid Omar Ali Saifuddien

Tak butuh waktu lama untuk mencapai Masjid Omar Ali Saifuddien dari hotel kami. Dengan berjalan kaki sepuluh menit, kami pun sampai. Karena saat itu, belum masuk waktu zuhur. Kami jalan-jalan dulu di sekitar Masjid Omar Ali Saifuddien, untuk memotret keindahan masjid ini. Kami juga masuk ke dalam masjid untuk melihat interior masjid yang sangat megah dan indah. Sayangnya, pengunjung dilarang memotret di dalam masjid. Jadi kami tak berlama-lama di dalam masjid. 

Dilihat dari dekat, masjid yang selesai dibangun pada tahun 1958 ini ternyata jauh lebih indah. Kubah emasnya yang berkilauan, bangunan kapal yang unik di samping masjid, dan menaranya yang berdiri menjulang setinggi 52 meter membuat saya benar-benar takjub. Arsitekturnya yang memadukan Gaya Mughal dan Italia membuat Masjid Omar Ali Saifuddien semakin menawan. 

 
 Replika Kapal/Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah di samping Masjid Omar Ali Saifuddien

Masjid Omar Ali Saifuddien dibangun oleh Omar Ali Saifuddien III (Sultan Brunei ke-28) di atas sebuah danau buatan, tak jauh dari Sungai Brunei. Masjid yang menjadi salah satu landmark Bandar Seri Begawan ini sengaja dibangun di atas danau, karena pembangunan masjid ini dibarengi dengan pembangunan sebuah bangunan kapal yang merupakan replika dari Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah dari abad ke XVI. Lokasi replika bahtera ini tepat di tengah danau di sebelah kiri masjid dan dihubungkan dengan jembatan dari batu pualam. Replika Bahtera Sultan Haji Hassanal Bolkiah tersebut dibangun dalam rangka memperingati 1.400 tahun (14 Abad) Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an untuk pertama kali). Keseluruhan pembangunannya selesai dilaksanakan tahun 1967 dan digunakan sebagai mimbar tilawah (mimbar atau podium yang digunakan oleh Qori & Qori’ah) pada perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur’an tingkat nasional di Brunei Darussalam. 

Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah
Setelah menunaikan sholat zuhur di Masjid Omar Ali Saifuddien, kami menuju Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah yang letaknya di seberang masjid. Kami hendak mencari makan siang karena perut kami sudah keroncongan minta diisi. Untunglah di depan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah, terdapat banyak kios penjual makanan yang cukup menggugah selera. Jadi, kami tak perlu kesulitan untuk mencari makanan. Nasi Katok menjadi pilihan makan siang kami saat itu. Anehnya, sebagian besar penjual makanan di depan Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah berasal dari Indonesia. Bahkan, tempat saya membeli makanan, merupakan kios milik pedagang dari Tulungagung, Jawa timur. Menu makanan yang mereka jual pun sangat Indonesia, misalnya : soto, bakso dan gado-gado. Ada juga beberapa menu makanan khas Brunei seperti Nasi Katok yang saya pilih. 

 
 Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah

Setelah perut kenyang, saya segera masuk ke dalam gedung Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah untuk “ngadem” dan window shopping. Meski namanya “yayasan” dan bentuk bangunannya sederhana (bila dibandingkan dengan mal-mal di Jakarta), Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan kompleks pusat perbelanjaan (shopping mall complex) tertua di Bandar Seri Begawan yang menjadi kebanggaan Warga Brunei. Di mal ini, terdapat supermarket, departemen store, food court, dan berbagai macam toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Ada juga toko/kios yang menjual beragam souvenir Brunei Darussalam, mulai dari kaos, topi, magnet kulkas, gantungan kunci dan lainnya. Saya sempat membeli beberapa kartu pos Brunei Darussalam sedangkan teman saya membeli sebuah kaos Brunei Darussalam. Tak heran kalau tempat ini menjadi salah satu pusat gaul anak muda Bandar Seri Begawan dan para turis yang berkunjung ke Bandar Seri Begawan. 

Bandar Seri Begawan Waterfront 
Puas keliling Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah, kami berjalan ke arah selatan, menuju tepian Sungai Brunei yang disebut Bandar Seri Begawan Waterfront (Warga Bandar Seri Begawan biasa menyebutnya Bandar Waterfront). Tempat ini baru saja direnovasi pemerintah Brunei Darussalam dan menghabiskan dana sampai 5,6 juta Dolar Brunei. Bandar Seri Begawan Waterfront sebenarnya adalah area di tepi Sungai Brunei yang di-paving menjadi trotoar yang cukup luas dengan beberapa restoran yang menjual pemandangan (view) Kampung Ayer kampung terapung di tengah Sungai Brunei). Di beberapa tempat terdapat payung pantai dan tempat duduk yang bisa dimanfaatkanpengunjung untuk menikmati keindahan Sungai Brunei dan Kampung Ayer di kejauhan. Ada juga dermaga speed boat untuk menyeberang ke Kampung Ayer. Saat paling tepat menyusuri Brunei Darussalam Waterfront adalah senja hari, di mana Anda bisa menikmati keindahan Kampung Ayer yang tampak lebih semarak dengan kerlap-kerlip lampu di kejauhan. 

 
 Mercu Dirgahayu 60 di tepi Sungai Brunei

Ada sebuah monumen unik yang menarik perhatian kami, di Bandar Seri Begawan Waterfront. Monumen itu berbentuk tugu seperti angka tujuh dan bola emas. Namanya Mercu Dirgahayu 60. Monumen ini merupakan monumen/tugu persembahan rakyat Brunei Darussalam kepada Sultan Haji Hassanal Bolkiah di hari ulang tahunnya yang ke-60. Karena rasa cintanya yang begitu besar kepada Sang Raja, mereka dengan sukarela menghadiahkan monumen unik ini kepada beliau. Tak pelak lagi, hehadiran Mercu Dirgahayu 60 tersebut semakin memperindah kawsan Bandar Seri Begawan Waterfront. 

The Royal Regalia Building (Bangunan Alat Kebesaran Diraja) 
Walau negara kecil, Brunei Darussalam juga memiliki sejumlah museum yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang tak boleh dilewatkan adalah The Royal Regalia Building (Bangunan Alat Kebesaran Diraja). Museum ini terletak di Jalan Sultan, tak begitu jauh dari Masjid Omar Ali Saifuddien. Royal Regalia Building mudah dikenali, berkat kubahnya yang besar mirip kubah masjid. Dari kejauhan saja, Anda sudah bisa melihat kubah tersebut. 

 
The Royal Regalia Building

Ketika kami sampai di depan Royal Regalia Building, ada serombongan turis yang baru keluar dari museum tersebut. Kami pun segera masuk ke dalam musem. Untuk masuk ke Royal Regalia Building, kami harus meninggalkan sepatu/sandal dan menggantinya dengan sandal (mirip sandal hotel) yang sudah disediakan pihak museum. Asyiknya, kami tidak perlu bayar sepeser pun untuk masuk ke museum ini. Kami hanya diminta menitipkan tas, kamera dan ponsel kita di locker yang telah disediakan. Sayangnya, kami dilarang memotret di dalam museum kecuali di bagian lobi (hall) depan museum di lantai dasar.

Kereta Kerajaan Brunei yang disebut Osongan Diraja

Kami pun tak melewatkan foto-foto di lobi depan museum, di mana terdapat Osongan Diraja (Royal Chariot). Osongan Diraja merupakan kereta kerajaan yang digunakan oleh Sultan Hassanal Bolkiah pada saat Perarakan Diraja mengelilingi Bandar Brunei setelah upacara penobatan di tahun 1968. Pengunjung diperbolehkan memotret ataupun berfoto di dekat kereta berwarna cokelat dan dihiasi ornamen keemasan tersebut. 

Berada di dalam Royal Regalia Building membuat saya terkagum-kagum. Suasana museum sangat bersih, ruangannya ber-AC, dan seluruh lantainya dilapisi karpet tebal. Penataan barang (display) di dalam museum juga sangat menarik, jauh dari kesan membosankan seperti kebanyakan museum di Indonesia. Di beberapa tempat, tampak kamera CCTV untuk menjaga keamanan museum. 

 Meriam di Royal Regalia Building

Royal Regalia Building dibuka sejak tanggal 30 September 1992. Museum ini dibangun untuk memperingati pengangkatan Sultan Hasanal Bolkiah menjadi Sultan di Brunei Darussalam. Di dalam museum ini, dipamerkan benda-benda kebesaran dan replika perhiasan Kerajaan Brunei Darussalam yang diwarisi sejak turun-temurun. Selain itu, ada juga koleksi souvenir yang diterima Kerajaan Brunei Darussalam dari kepala negara dan pejabat negara lain, termasuk dari Indonesia. Yang paling menarik adalah satu ruangan yang mirip dengan miniatur Istana Nurul Iman yang sebenarnya. 

Kampung Ayer 
Banyak yang bilang, kunjungan ke Bandar Seri Begawan belum lengkap tanpa singgah di Kampung Ayer. Karena itu, sore hari, saya dan teman mengagendakan kunjungan ke kampung air yang menjadi salah satu ikon wisata Brunei Darussalam ini. Sangat mudah untuk mencapai Kampung Ayer. Anda bisa naik speed boat yang banyak terdapat di Bandar Seri Begawan Waterfront dengan biaya yang sangat murah, cukup 1 Dolar Brunei saja (2 Dolar Brunei pulang pergi). 

 Speed boat untuk berkeliling Kampung Ayer

Saya rada-rada takut ketika naik speed boat menuju Kampung Ayer. Pasalnya, nahkoda menjalankan perahu dengan sangat kencang. Perahu seperti meloncat-loncat di atas Sungai Brunei. Kalau saya tak berpegangan, bisa-bisa saya terlempar ke dalam sungai. Apalagi saat perahu memasuki wilayah Kampung Ayer. Jalur sungai menjadi lebih sempit dan bercabang-cabang, membuat saya semakin ngeri perahu bakal bertabrakan dengan perahu lainnya yang datang dari arah lawan. 

Untunglah tak sampai sepuluh menit, kami sampai di Kampung Ayer. Kami memilih berhenti di Dermaga (Jetty) Kampung Sungai Kebun, dekat sebuah masjid. Kami ingin menunaikan sholat ashar dulu sebelum menjelajah Kampung Ayer. Sebenarnya, kita bisa berhenti di dermaga mana saja di Kampung Ayer. Karena kami belum tahu banyak tentang Kampung Ayer dan kami juga belum sholat Ashar, kami memilih berhenti di dermaga dekat masjid. 

 
   Kampung Ayer

Masjid Al Muhtadee Billah tempat kami sholat, berada di daratan, di pinggiran Kampung Ayer. Seperti kebanyakan masjid di Brunei, Masjid Al Muhtadee Billah juga ber-AC dan dilapisi karpet tebal sampai dua lapis. Tak jauh dari masjid, terdapat tempat parkir yang penuh mobil-mobil mewah. Meski rumah-rumah di Kampung Ayer tampak sederhana, Warga Kampung Ayer juga kaya-kaya dan makmur-makmur seperti Warga Brunei lainnya. Setiap rumah di Brunei mempunyai mobil, bahkan kebanyakan memiliki mobil lebih dari satu. 

Sekolah di Kampung Ayer

Kampung Ayer merupakan kampung terapung di tengah Sungai Brunei. Menurut sejarah, kampung ini sudah ada sejak lama 1.300 tahun yang lalu. Penduduk kampung ini berjumlah sekitar 39.000 orang sehingga termasuk salah satu kampung terapung terbesar di dunia. Semua rumah dan gedung di Kampung Ayer dibangun di atas air (Sungai Brunei), sehingga sering dijuluki “Venezia dari Timur.” Kampung ini sudah dilengkapi fasilitas umum yang memadai seperti masjid, sekolah, dan rumah sakit. Antar rumah di Kampung Ayer sudah dihubungkan dengan jalan dan jembatan kayu sehingga mempermudah pergerakan penduduk. Bila penduduk ingin pergi ke dusun (mukim) lainnya, alat transportasinya adalah perahu. 

Sholat Idul Adha di Masjid Jami Omar Ali Saefuddien
Hari kedua di Bandar Seri Begawan, kami awali dengan Sholat Idul Adha di Masjid Jami Omar Ali Saefuddien. Kami sengaja liburan di Brunei saat Idul Adha karena ingin melihat suasana Idul Adha di negara yang termasuk negara terkaya di dunia ini. Sholat Idul Adha di Bandar Seri Begawan dimulai pukul 07.30 Waktu Brunei (sama dengan WITA). Berbeda dengan Sholat Idul Adha di Indonesia, di mana selesai sholat, langsung dilanjutkan dengan khotbah, Sholat Idul Adha di Brunei langsung dilanjutkan dengan doa kemudian baru khotbah. Tak heran kalau banyak jemaah yang kabur setelah sholat terutama jemaah perempuan. 

Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah 
Selesai Sholat Idul Adha, kami segera meluncur ke Masjid Jame’ Asr Hassanal Bolkiah yang berada di Kampung Kiulap, Bandar Seri Begawan. Untuk mencapai masjid ini, kami naik bus Nomor 01 dari terminal bus yang berada di Jalan Cator, dengan biaya cukup 1 Dolar Brunei. Tarif bus di area Bandar Seri Begawan, jauh dekat hanya 1 Dolar Brunei. Uniknya, bus kota di Bandar Seri Begawan bukan bus melainkan kendaraan tua mirip Isuzu Elf (kalau nggak salah, Mitsubishi Rosa) berwarna ungu yang semuanya ber-AC. Ajaibnya, semua sopir dan kondektur bus bukan Warga Negara Brunei melainkan pekerja pendatang dari berbagai negara tetangga. Sebagian besar berasal dari Indonesia (Jawa), Filipina, India dan Bangladesh. Beberapa kali naik bus, saya bertemu kondektur perempuan yang semuanya berasal dari Jawa. 

 
 Bus Kota di Bandar Seri Begawan dengan kondektur perempuan

Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah merupakan masjid terbesar dan termegah di Brunei. Masjid ini dibangun untuk memperingati tahun ke-25 masa kepemimpinan Sultan. Masjid dua lantai ini memiliki 29 kubah yang terbuat dari emas murni 24 karat dan 4 menara yang masing-masing tingginya 57,6 meter. Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah dibangun di areal seluas 2 hektar dan dikelilingi taman, kolam serta air mancur yang indah sehingga menyejukkan mata. Terdapat lima pintu masuk ke lingkungan masjid, selain dua pintu khusus untuk keluarga kerajaan dan tamu negara. 

 Kolam dengan air mancur di halaman Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah

Memasuki kawasan Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah, suasana sudah terasa sejuk berkat pepohonan hijau dan kolam dengan gemericik air mancurnya. Suasana Bandar Seri Begawan yang panas berubah menjadi sejuk di kawasan masjid ini. Saya dan teman semakin terpana ketika masuk ke dalam bangunan utama Masjid Jame’ Asr Hassanil Bolkiah. Interior masjid begitu mewah dengan detil bangunan yang indah. Ruangannya ber-AC dengan suhu yang dingin, dan lantainya berkarpet tebal. Tiang dan lantai masjid terbuat dari marmer yang berwarna putih. Masjid ini benar-benar menunjukkan bahwa Brunei Darussalam memang negara kaya. Sayangnya, lagi-lagi kami tak boleh memotret di dalam masjid. Namun, karena saat itu tak ada pengunjung lain selain kami berdua, saya mencuri-curi memotret di dalam masjid. 

 Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah
 
Kunjungan ke Masjid Jame’ Asr Hassanal Bolkiah menutup liburan kami di Bandar Seri Begawan. Saya begitu terkesan dengan ibu kota Brunei Darussalam ini. Meski statusnya ibu kota negara, kotanya begitu sepi, bersih dan tenang. Lalu lintasnya sangat teratur, tak ada kemacetan. Kota yang cocok untuk berlibur bagi yang suka ketenangan dan kedamaian. (edyra)*** 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

KELILING VATIKAN, NEGARA TERKECIL DI DUNIA


Udara begitu menggigit di Roma pagi itu. Salju masih tampak di mana-mana, walau sebagian sudah mulai mencair, membuat jalanan basah dan licin. Roma memang sedang mengalami musim dingin. Mengenakan baju dua lapis, jaket tebal, syal, dan topi kupluk, saya keluar dari hotel yang berada tak jauh dari Colosseum. Agenda saya hari ini adalah menjelajah Vatikan, negera terkecil di dunia yang berada di dalam Kota Roma. 

Dari hotel tempat saya menginap, saya berjalan kaki menuju Vatikan. Sebenarnya saya bisa naik Metro (kereta bawah tanah) untuk mencapai Vatikan. Namun, saya lebih memilih jalan kaki karena jaraknya tak begitu jauh dari hotel saya. Selain itu, saya juga malas berdesak-desakan di dalam Metro yang pastinya sangat ramai di jam-jam sibuk seperti ini. Dengan berjalan kaki, saya juga bisa melihat suasana Kota Roma di pagi hari. 

Jembatan Vittorio Emanuele II

Tak perlu waktu lama untuk mencapai Vatikan. Dari Jembatan Vittorio Emanuele II yang membentang di atas Sungai Tiber (Orang Italia menyebutnya Fiume Tevere), kubah besar Basilika Santo Petrus di Vatikan sudah kelihatan. Setelah memotret Jembatan Vittorio Emanuele II dan Sungai Tiber, saya melanjutkan perjalanan ke Vatikan. Saya sudah tidak sabar untuk segera menjejakkan kaki di Vatikan. Tugu Obelisk yang berdiri gagah di tengah-tengah Piazza San Pietro (Saint Peter’s Square), menyambut kedatangan saya di Vatikan. Pilar-pilar yang berjajar rapi mengelilingi piazza (alun-alun/lapangan), tampak kokoh dan indah. Meski hari masih pagi, sudah banyak turis yang berkerumun di Piazza San Pietro. Kebanyakan dari mereka sedang asyik berfoto dengan latar belakang Basilika Santo Petrus.

 Piazza San Pietro

Saya seperti tak percaya sudah berada di Vatikan, negeri terimut di dunia. Beberapa menit yang lalu, saya masih berada di Roma, Italia. Tanpa melewati tugu perbatasan atau pemeriksaan imigrasi, tiba-tiba saya sudah berada di Negara Vatikan. Perbatasan Vatikan dengan Italia memang berupa tembok sepanjang 3,2 km yang mengelilingi Vatikan. Tembok ini dulunya dibangun untuk melindungi Paus dari serangan orang jahat. Namun, saya tidak melihat tembok ini karena saya memasuki wilayah Vatikan melalui jalan utama dari wilayah Italia, Via della Conciliazione (jalan dalam Bahasa Italia disebut Via). Vatikan memang negara yang berada di dalam Kota Roma. Negara yang memiliki nama resmi Stato della Città del Vaticano (State of the Vatican City) ini merupakan negara terkecil di dunia, baik dari segi luas wilayah maupun jumlah penduduk. Meski luasnya hanya 0,44 km2 (44 hektar) dan jumlah penduduknya tak sampai 1.000 orang, Vatikan adalah negara merdeka berdaulat. Negara yang menjadi pusat Agama Katolik dunia ini, dipimpin oleh Paus (sekarang Paus Benediktus XVI). Sedangkan untuk keperluan sehari-hari dipimpin oleh seorang gubernur. Sebagai negara merdeka berdaulat, Vatikan juga memiliki bendera, lambang negara, dan lagu kebangsaan. 

 Turis bermain-main dengan burung merpati di Piazza San Pietro

Berada di tengah-tengah Piazza San Pietro yang sangat luas, membuat saya takjub. Saya benar-benar kagum pada sang arsitek, Gian Lorenzo Bernini, yang berhasil merancang piazza ini dengan indahnya sehingga menjadi objek foto favorit para fotografer. Tanpa disuruh, jari tangan saya juga tak henti-hentinya menekan tombol rana kamera untuk mengabadikan keindahan Piazza San Pietro. Saya benar-benar bahagia bisa menginjakkan kaki di Piazza San Pietro. Kalau biasanya saya hanya bisa melihat piazza ini dalam acara “Siaran Langsung Misa Natal dari Vatikan” yang disiarkan beberapa stasiun televisi di Indonesia setiap tanggal 25 Desember, sekarang saya sudah berada di sana.

Patung Santo dan santa di atas Basilika Santo Petrus

Piazza San Pietro dibangun pada tahun 1656 – 1667. Lapangan berbentuk oval (elips) ini memiliki diameter 240 meter pada bagian yang paling lebar dan 196 meter pada bagian yang sempit. Lapangan ini dikelilingi pilar-pilar kokoh sebanyak 284 pilar, yang menopang atap di sisi kiri dan kanan membentuk bangunan setengah lingkaran. Di atas pilar bangunan setengah lingkaran tersebut terdapat patung orang suci (Santo/Santa) yang dibuat oleh murid Gian Lorenzo Bernini dengan jumlah 140 buah patung, dengan tinggi masing-masing patung 3,2 meter. Tepat di tengah Piazza San Pietro, terdapat Tugu Obelisk yang setinggi 25,5 meter. Di kanan kiri Obelisk terdapat air mancur cantik karya Maderno dan Carlo Fontana. Obelisk tersebut dibawa oleh Kaisar Agustus dari Alexandria, Mesir. Obelisk dipindahkan ke lapangan ini pada tahun 1586 oleh Domenico Fontana atas perintah Paus Sixtus V. 
 
 Basilika Santo Petrus

Puas mengabadikan keindahan Piazza San Pietro, saya bergegas masuk ke Basilika Santo Petrus (Basilica Papale di San Pietro in Vaticano). Untuk masuk ke gereja terbesar di dunia ini, pengunjung tidak dipungut biaya sepeser pun. Namun, kita harus siap-siap mengantri dengan sabar karena gereja ini dikunjungi sekitar 300.000 orang setiap harinya. Sebenarnya pintu masuk ke dalam Basilika Santo Petrus ada di tengah-tengah bangunan. Namun, sebelum memasuki ruangan gereja, kita harus menjalanani serangkaian pemeriksaan keamanan seperti di bandara, yang berada di sebelah kanan piazza. Semua pengunjung harus melalui metal detector dan semua barang bawaan (tas, kamera, camcorder, dan lain-lainl) harus melewati sensor X-Ray. Yang perlu diingat, kita harus berpakaian sopan dan menutup aurat untuk masuk ke dalam gereja ini. Kita harus memakai celana/rok dengan panjang di bawah lutut serta baju yang menutup lengan dan pusar. Pengunjung yang memakai celana pendek, rok mini atau baju tanpa lengan dilarang masuk ke dalam gereja. Memakai topi (apa pun bentuknya) juga dilarang di dalam gereja. 

Untunglah pengunjung belum banyak pagi itu. Jadi, saya bisa melewati pemeriksaan keamanan dengan mudah tanpa harus ngantri. Padahal, kata teman-teman yang pernah masuk ke dalam Basilika Santo Petrus, mereka harus ngantri lama dan ekstra sabar. Ternyata, trik saya datang pagi-pagi untuk masuk ke dalam Basilika Santo Petrus sangat tepat. Saya tak perlu terjebak antrian panjang dan membosankan. 
 
Memasuki ruangan utama Basilika Santo Petrus membuat saya terkagum-kagum. Interior gereja ini begitu megah dan indah. Mulai dari lantai, dinding hingga langit-langit (ceiling) penuh dengan ornamen yang dibuat dengan detil dan indah. Patung-patung yang menghiasi dinding, pintu jendela maupun altar juga sangat indah. Salah satu patung yang paling menarik adalah Patung Pieta karya Michelangelo, yang terletak di sebelah kanan pintu masuk. Patung ini menggambarkan Bunda Maria menggendong Yesus yang sudah wafat di pangkuannya setelah penyaliban. Asyiknya lagi, kita diperbolehkan memotret di dalam gereja, asalkan tidak pakai lampu kilat (flash). Jadi, saya bisa mengabadikan setiap sudut menarik Basilika Santo Petrus dengan leluasa, tanpa harus sembunyi-sembunyi dari petugas. 

 
Interior Basilika Santo Petrus


Basilika Santo Petrus merupakan Gereja Katolik terbesar di dunia. Gereja yang menjadi “kiblat” umat Katolik sedunia ini dapat menampung 60.000 orang. Gereja dengan panjang 220 meter dan lebar 150 meter ini dibangun selama 120 tahun, dari tahun 1506 sampai 1626. Gereja ini juga memiliki kubah yang sangat besar dengan diameter 42 meter dan tinggi 138 meter. Pembangunan gereja bergaya Renaissance ini melibatkan banyak arsitek terkemuka Italia, di antaranya adalah Donato Bramante, Michelangelo, Carlo Maderno and Gian Lorenzo Bernini. 
 
Turis berziarah di makam Paus Yohannes Paulus II

Selain menjadi tempat ibadah dan berdoa umat Katolik dari seluruh dunia, Basilika Santo Petrus juga menjadi tempat ziarah. Di dalam gereja ini juga terdapat makam para orang suci (santo/santa) dan Paus, termasuk makam Paus Yohanes Paulus II. Semula dia dimakamkan di ruang bawah tanah gereja bersama Paus-Paus lainnya. Namun, sejak mendapat gelar Beato (orang suci) pada tanggal 1 Mei 2011, jasad pemilik nama asli Karol Józef Wojtyla ini dipindah ke lantai dasar Basilika Santo Petrus. Letak makamnya berada di sisi sebelah kanan gereja. Saat saya ke sana, tampak beberapa pengunjung yang sedang berdoa dengan khusyuk di depan makam. Beberapa di antaranya bahkan sampai menitikkan air mata.

 
 Kubah Basilika Santo Petrus

Mengunjungi Basilika Santo Petrus tak lengkap tanpa naik ke kubahnya yang disebut Cupola dalam Bahasa Italia. Untuk naik ke Cupola, kita harus membayar tiket masuk sebesar 7 Euro (sekitar Rp 84.000,00) bila menggunakan lift, dan 5 Euro (sekitar Rp 60.000,00) bila tidak menggunakan lift. Loket penjualan tiket Cupola berada di luar ruang utama gereja, tepatnya di sebelah kanan ruangan utama. Jika kebingungan, kita bisa bertanya pada petugas atau mengikuti petunjuk arah “Ingresso Cupola/Entrance to The Cupola.” 

Lorong sempit menuju puncak kubah

Saya membeli tiket yang menggunakan lift, karena saya sudah lumayan capek berkeliling Piazza san Pietro dan Basilika Santo Petrus yang sangat luas. Selain itu, saya juga malas naik tangga yang katanya berjumlah 551 anak tangga dari dasar samapi puncak. Semula saya berpikir bahwa lift akan membawa saya sampai ke puncak kubah. Ternyata dugaan saya keliru. Lift hanya membawa saya sampai atap gereja. Selanjutnya, saya masih harus berjalan menaiki puluhan anak tangga di lorong yang sempit dan pengap. Bahkan, menjelang puncak kubah, saya harus menaiki tangga putar yang melingkar-lingkar bikin pusing kepala. Yang perlu diingat, sekali kita menaiki tangga menuju kubaha, kita tidak boleh turun melewati jalur tersebut karena jalan turun berbeda. Bila nekad turun di jalur tersebut, siap-siap saja didamprat orang yang sedang berjalan naik. 
 
Piazza San Pietro dilihat dari puncak kubah Basilika Santo Petrus

Perjuangan untuk mencapai puncak kubah Basilika Santo Petrus ternyata tak sia-sia. Pemandangan dari atas puncak kubah sangat menakjubkan. Berkali-kali saya berdecak kagum menyaksikan panorama dari puncak kubah. Kita bisa melihat panorama Vatikan 360 derajat. Seluruh sudut Negara Vatikan yang luasnya tak sampai 1 km bisa terlihat dengan jelas. Mulai dari Piazza San Pietro, Taman Kota Vatikan, Museum Vatikan, dan rumah-rumah penduduk Vatikan. Yang semakin membuat saya kagum, Piazza San Pietro dan jalan yang membentang di depannya membentuk anak kunci, dengan ujungnya hampir menyentuh Sungai Tiber. 

Selain Piazza dan Basilika Santo Petrus, tempat lain yang wajib dikunjungi di Vatikan adalah Museum Vatikan (Musei Vaticani). Meski tiket masuknya cukup mahal, 14 Euro (sekitar Rp 168.000,00), museum ini dikunjungi jutaan turis dari berbagai penjuru dunia setiap tahunnya. Tahun 2011, jumlah turis yang mengunjungi Museum Vatikan mencapai lebih dari lima juta orang. Mereka rela ngantri berjam-jam untuk bisa masuk ke museum ini. Saya beruntung, tak perlu ngantri lama (cukup 20 menit saja) untuk masuk ke Museum Vatikan. Untuk menghindari antrian panjang, kita bisa membeli tiket masuk museum ini melalui internet atau datang sekitar jam 08.00 pagi, sebelum museum buka jam 09.00 pagi. 

 Lukisan (fresco) di dinding dan langit-langit Kapel Sistina

Museum Vatikan dibangun oleh Paus Julius II pada tahun 1506. Museum ini memiliki koleksi benda seni yang beragam, mulai lukisan kanvas, lukisan di dinding, lukisan di langit-langit, hingga patung-patung yang dipahat dengan sempurna. Benda-benda seni tersebut merupakan karya seniman besar Eropa/Italia seperti Raphael, Michelangelo dan Leonardo da Vinci. Bagian/ruangan museum yang tak boleh dilewatkan adalah Kapel Sistina (Capella Sistina). Seluruh dinding dan langit-langit kapel ini dihiasi lukisan (fresco) menawan karya Michaelangelo. Lukisan tersebut dikerjakan oleh Michaelangelo dalam waktu empat tahun, dari tahun 1508 sampai tahun 1512. Leher saya sampai pegal-pegal karena harus terus mendongak, melihat lukisan di langit-langit yang sangat mengagumkan. Sebenarnya pengunjung dilarang memotret di dalam Kapel Sistina. Namun, melihat pengunjung lain yang pada mencuri-curi memotret dan dibiarkan oleh petugas, saya pun ikut-ikutan motret. Sayang sekali, bila tidak mengambil foto lukisan menakjubkan tersebut. 

 Tangga spiral di Museum Vatikan

Sudut menarik lainnya di Museum Vatikan adalah tangga melingkar yang akan kita lewati saat akan keluar. Tangga ini berbentuk melingkar-lingkar seperti spiral. Tangga hasil rancangan Giuseppe Momo pada tahun 1932 ini sudah lama menjadi ikon Museum Vatikan selain Kapel Sistina. Jangan lupa untuk memotret tangga ini dari atas karena bentuknya sangat unik. 

Kunjungan ke Museum Vatikan mengakhiri petualangan saya di Vatikan. Ternyata, tak butuh waktu lama untuk mengelilingi Negara Kota Vatikan. Cukup enam jam, semua tempat menarik di Vatikan berhasil saya kunjungi. Kini, giliran Anda mengelingi negara termungil di dunia ini. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments