THE MAGNIFICENT MUTIANYU GREAT WALL


Menjejakkan kaki di Mutianyu Great Wall


Sejak kecil, saya sudah sering melihat Tembok Besar Cina (The Great Wall of China) di berbagai media, baik di buku pelajaran, koran, majalah, atau televisi. Kemegahan dan keindahan tembok tersebut membuat saya penasaran untuk mengunjunginya. Saya pun selalu memendam impian untuk bisa melihat secara langsung bangunan yang termasuk salah satu keajaiban dunia ini. 

Sekian lama menunggu, kesempatan untuk mengunjungi Tembok Besar Cina akhirnya datang juga. Awal Maret kemarin, iseng-iseng saya cari tiket promo ke Beijing di situs budget airline. Tak disangka-sangka, ternyata ada tiket promo ke Beijing yang lumayan murah untuk keberangkatan pertengahan Maret. Keberuntungan saya tak berhenti di situ karena salah satu teman saya juga tertarik untuk mengunjungi Great Wall juga. Jadinya, saya langsung membeli tiket ke Beijing untuk dua orang. Saya sudah tidak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Great Wall

Tembok Besar Cina merupakan tembok buatan manusia terpanjang di dunia, yang panjangnya mencapai 8.851 km. Tembok ini dibangun secara bertahap oleh empat dinasti yang berbeda. Pembangunan tahap I dilakukan oleh Dinasti Qin (221-207 SM), tahap II oleh Dinasti Han (205 -127 SM), tahap III oleh Dinasti Jin (1200 M), dan tahap IV oleh Dinasti Ming (1367-1644 M). Great Wall bisa dicapai dari beberapa tempat yang berbeda. Setidaknya ada 9 bagian Great Wall yang bisa dikunjungi turis yaitu, Badaling, Mutianyu, Simatai, Jinshanling, Gubeikou, Huanghuacheng, Jiankou, Juyongguan Pass, dan Water Pass. Dua yang pertama adalah bagian Great Wall yang paling sering dikunjungi turis, terutama Badaling karena jaraknya paling dekat dengan Beijing dan akses ke sana juga sangat mudah (ada bus langsung dari Beijing). Tak heran kalau Badaling selalu dipadati turis sepanjang tahun. Sementara Mutianyu (baca : mu tian yu) lebih sepi turis, karena jaraknya lumayan jauh dari Beijing, sekitar 70 km dan akses ke sana rada ribet. Namun, panorama di Mutianyu, katanya jauh lebih indah dibanding Badaling. Karena saya tak suka keramaian, pastinya saya memilih Mutianyu Great Wall. Apalagi setelah melihat foto-foto indah Mutianyu Great Wall di internet, saya semakin mantap menjatuhkan pilihan ke sana. 

Ada dua cara mengunjungi Mutianyu Great Wall, ikut paket tur atau naik kendaraan umum. Cara paling praktis tentunya dengan ikut paket tur dengan harga sekitar $20 - $25 (bus) atau $30 - $50 (mobil, tidak digabung dengan orang lain). Namun, saya tidak tertarik dengan opsi ini. Soalnya paket tur Mutianyu Great Wall yang ditawarkan berbagai travel agency di Beijing, tidak ada yang langsung menuju ke sana. Semuanya pakai acara mampir dulu ke pabrik perhiasan batu giok (jade factory) dan makam para raja Dinasti Ming (Ming Tombs). Setelah itu, baru ke Mutianyu Great Wall. Jadinya waktu jalan-jalan di Mutianyu Great Wall hanya sebentar dan terbatas. Yang ada saya tidak bisa leluasa memotret berbagai sudut Great Wall

Karena tidak mau ikut paket tur, mau tak mau saya harus mencari kendaraan umum (selain taksi) untuk menuju Mutianyu Great Wall. Masalahnya, naik kendaraan umum di Beijing (dan Cina pada umumnya) tidak semudah yang dibayangkan karena terkendala bahasa. Sebagian besar Orang Cina tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak bisa membaca huruf latin. Untuk itu, sebelum berangkat ke Beijing, saya mencari informasi dari berbagai sumber cara mencapai Mutianyu Great Wall dari Beijing. Saya juga membeli buku panduan Jalan-Jalan ke Cina yang memberikan informasi cukup lengkap.

Dari berbagai informasi yang saya kumpulkan, ternyata cukup mudah mencapai Mutianyu Great Wall dari Beijing. Pertama, kita bisa naik Bus Nomor 936 dari Terminal Bus Dongzhimen langsung menuju Mutianyu. Sayangnya Bus Nomor 936 hanya beroperasi dari Bulan April hingga November. Karena saya datang di Bulan Maret, saya tak bisa naik bus ini. Pilihan lainnya adalah naik Bus 916 Express dari Terminal Bus Dongzhimen menuju Huairou. Dari Huairou, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Mutianyu dengan taksi atau minibus. Tarif taksi pergi - pulang ke Mutianyu sekitar CNY 60 – CNY 100 (Rp 93.000,00 – Rp 155.000,00), sedangkan minibus biasanya CNY 20 per orang. Tarif taksi dan minibus tidak pasti, tergantung keahlian tawar-menawar Anda. 
 
 Suasana Beijing Capital International Airport yang cukup sepi saat dinihari

Dari Beijing Capital International Airport, saya dan teman langsung naik Kereta Airport Express menuju Stasiun Dongzhimen. Tarif tiket sekali jalan ke Beijing CNY 25, dan lama perjalanan kereta sekitar 1 jam. Airport Express merupakan moda transportasi tercepat dari bandara menuju pusat kota Beijing. Bila naik bus, perjalanan bisa memakan waktu 1 ½ hingga 2 jam. 

Begitu sampai Stasiun Dongzhimen, kami langsung keluar lewat pintu keluar H menuju Terminal Bus Dongzhimen (North Bus Platform), yang berada satu kompleks dengan Stasiun Dongzhimen. Yang harus diperhatikan saat akan keluar dari stasiun kereta di Beijing adalah pintu keluar (exit). Anda harus memperhatikan penunjuk arah dengan seksama, karena salah pintu keluar Anda bisa berjalan cukup jauh untuk mencapai tujuan Anda. 

Kami langsung mencari peron (platform) untuk Bus 916 Express yang menuju Huairou. Untungnya, kami cepat menemukan peron untuk bus ini. Setelah menunggu sekitar 15 menit, datanglah Bus 916 Express. Interval kedatangan bus ini memang tergolong lama karena Bus 916 Express menempuh perjalanan yang lumayan jauh ke Huairou. Untuk naik bus, saya harus berebut dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya yang mayoritas Warga Beijing. Sialnya Warga Beijing punya kebiasaan tidak tertib dalam mengantri. Meski sudah ada jalur antrian yang jelas, masih banyak yang suka menyerobot antrian. Bahkan, saya melihat ada seorang ibu dengan barang bawaaan yang cukup banyak dan antriannya jauh di belakang saya, dengan cueknya menyerobot antrian menuju paling depan. Saya sebenarnya sangat kesal dengan sikap ibu tersebut. Namun saya perhatikan, calon penumpang lainnya (Warga Beijing) santai saja diserobot antriannya. Mungkin, hal ini sudah biasa dalam budaya mereka. 

Perjalanan bus menuju Huairou memakan waktu sekitar 1 ½ jam. Saat masih di dalam kota Beijing, perjalanan agak tersendat karena melewati beberapa titik kemacetan. Namun, begitu keluar dari Kota Beijing, perjalanan sangat lancar karena bus melewati jalan tol. Meski Beijing memiliki kereta bawah tanah (subway) dan jalan di sana lebar-lebar (minimal 4 lajur untuk satu arah), tetap saja ada kemacetan di beberapa tempat. Namun, kemacetannya tidak separah Jakarta. 

Kami langsung disambut bapak-bapak yang menawarkan taksi ke Mutianyu, begitu turun di Terminal Huairou. Tentu saja saya menolak tawaran mereka karena saya berencana naik minibus. Sialnya, tak ada satu pun minibus yang mangkal di Termina Huairou saat itu. Dan lagi-lagi kami didatangi sopir taksi yang tadi sudah menawrakan taksi kepada kami, sambil membawa brosur Mutianyu Great Wall. Sayangnya, sopir taksi tersebut tak bisa berbahasa Inggris. Tawar-menawar pun kami lakukan dengan pena dan kertas. Dia menuliskan harga penawaran di secarik kertas, dan saya pun menawarnya dengan menuliskan harga di kertas juga. Hal ini terjadi beberapa kali sampai terjadi kesepakatan harga sebesar CNY 100 pergi-pulang ke Mutianyu. Ternyata ribet juga ya, mencapai Mutianyu Great Wall. Mencari taksi saja cukup ribet karena terkendala bahasa. Namun bagi saya, inilah seninya jalan-jalan tanpa ikut tur. 

Jarak dari Huairou ke Mutianyu hanya sekitar 21 km. Dalam perjalanan saya memperhatikan rute dengan seksama karena takut bakal ditipu sopir taksi. Apalagi kami tak bisa berbahasa Mandarin dan Pak sopir tak bisa be bahasa Inggris. Sehingga komunikasi dengan Pak Sopir hanya dengan bahasa isyarat. Syukurlah, kekhawatiran kami tak terbukti. Kami tiba dengan selamat di Mutianyu dalam waktu sekitar 30 menit. 

Pak Sopir mengantarkan kami ke loket penjualan tiket masuk Mutianyu Great Wall yang berada tak jauh dari tempat parkit. Kami langsung membeli tiket masuk dan tiket kereta gantung (cable car) pergi-pulang. Tiket masuk Mutianyu Great Wall CNY 45 per orang dewasa dan tiket kereta gantung CNY 60 (sekali jalan), CNY 80 (pergi - pulang). Dengan kondisi tubuh yang kurang prima karena kecapekan, jet lag, dan kurang tidur (lebih tepatnya tidak bisa tidur), kami tak mau ambil risiko jalan kaki menuju Great Wall. Soalnya, jaraknya masih sekitar 550 meter dari lokasi penjualan tiket dan kondisi jalannya juga mendaki terjal. 

 
 Peta rute perjalanan di Mutianyu Great Wall

Untuk mencapai lokasi stasiun kereta gantung, dari lokasi penjualan tiket, kami harus berjalan menanjak sekitar 150 meter. Tak lupa kami mampir ke toilet sebelum naik kereta gantung. Saya sudah menahan kencing sejak di bus karena kata orang-orang toilet umum di Cina sangat kotor dan jorok. Ternyata toilet umum di Mutianyu Great Wall sangat bersih dan wangi. Mungkin karena tujuan wisata internasional, makanya kebersihan toiletnya sangat dijaga. 
 
 Stasiun Kereta Gantung Mutianyu yang sepi

Stasiun Kereta Gantung Mutianyu sangat lengang ketika kami tiba. Tak ada calon penumpang lain selain kami berdua. Inilah salah satu alasan saya memilih Mutianyu daripada Badaling. Mutianyu lebih sepi turis tak seperti Badaling. Jadi, kami tak perlu ngantri untuk naik kereta gantung. Begitu kereta datang dan pintu dibuka oleh petugas, kami langsung meloncat masuk dan memilih tempat duduk yang menghadap ke depan. Yang harus diperhatikan, kereta gantung di Mutianyu tidak pernah benar-benar berhenti meski tiba di stasiun. Kereta tetap berjalan dengan tempo yang lebih lambat. Kalau mau naik/turun kereta, Anda harus cepat-cepat meloncat naik/turun begitu pintu dibuka oleh petugas. Jadi, bagi kaum perempuan sebaiknya jangan memakai rok panjang yang sempit, agar bisa naik turun kereta gantung dengan mudah. 

 
 Kereta gantung di Mutianyu melewati
Kereta gantung di Mutianyu merupakan kereta gantung terbaik di Great Wall. Keretanya berupa kereta tertutup dengan jendela kaca. Dengan warna jingga cerah, kereta ini nampak cantik dan mencolok. Perjalanan menuju ke Great Wall yang jaraknya sekitar 550 meter memakan waktu tak sampai 10 menit dengan kereta gantung. Jadi benar-benar menghemat waktu dan tenaga Anda. Asyiknya lagi, pemandangan indah akan menemani perjalanan Anda di kereta gantung. 

Mutianyu Great Wall mendapat predikat AAAAA

Prasasti bertuliskan “National Tourist Attraction of Mutianyu Great Wall” dengan predikat AAAAA, menyambut kedatangan kami di sebuah pelataran, di atas stasiun. Tepat di belakang prasasti tersebut, tembok besar berdiri dengan gagah dan meliuk-liuk dengan indah mengikuti punggung gunung. Tanpa dikomando, saya dan teman bergantian berfoto di depan prasasti tersebut, sebagai bukti otentik bahwa kami telah mengunjungi Mutianyu Great Wall. Asyiknya lagi, tak banyak turis yang ada di sana sehingga kami bisa berfoto dan memotret dengan leluasa. 

 
  Mutianyu Great Wall dengan beberapa menara pengintainya

Selesai berfoto, kami segera berjalan menuju Great Wall. Dari pelataran ini ada 2 pilihan rute menjelajah Mutianyu Great Wall, rute ke kiri atau kanan. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Rute ke kanan lebih panjang (jauh) tapi pemandangannya biasa saja. Sedangkan rute ke kiri lebih pendek (dekat) tapi lebih menantang karena jalurnya naik turun berkelok-kelok dan pemandangannya lebih menawan. 

  Pemandangan indah dari salah satu menara pengintai di Mutianyu Great Wall

Karena menyukai tantangan, pastinya saya dan teman memilih rute ke kiri. Dan pilihan kami ternyata sangat tepat. Baru menginjakkan kaki di Great Wall, kami disambut dengan jalur yang menurun dan tembok yang terlihat meliuk-liuk naik turun. Beberapa menara pengintai juga nampak di kejauhan. Total menara pengintai di Mutianyu Great Wall ada 23 buah, dengan jarak antar menara pengintai 180 - 270 meter. Kalau Anda datang ke Great Wall dengan kereta gantung seperti saya, Anda akan tiba di dekat menara pengintai yang ke-14. 

 
 Mutianyu Great Wall yang meliuk-liuk di punggung gunung

Kami terus berjalan melewati beberapa menara pengintai. Di beberapa spot yang menarik, terutama di menara pengintai yang arsitekturnya unik, kami berhenti untuk foto-foto. Cuaca yang cerah (dengan sedikit kabut) dan udara yang sejuk, membuat acara jalan-jalan di Great Wall semakin menyenangkan. Justru tubuh kami menjadi lebih hangat karena berjalan melewati rute yang naik turun dan terkena sinar matahari. 

 
 Tanjakan paling terjal di Mutianyu Great Wall

Ada satu rute yang sangat menantang di Mutianyu Great Wall. Rute ini berupa tanjakan yang sangat terjal, dengan kemiringan melebihi 45 derajat. Parahnya lagi rute ini cukup panjang sehingga sering membuat para turis menyerah dan membatalkan niatnya mencapai titik tertinggi Mutianyu Great Wall. Lebih-lebih bagi mereka yang sudah berumur. Untunglah, kami berhasil melewati rute menantang ini meski dengan ngos-ngosan dan berhenti beberapa kali. 

 
 Siap-siap mendaki tanjakan paling terjal di Mutianyu Great Wall

Tepat di atas tanjakan terjal ini terdapat menara pengintai yang menjadi tempat peristirahatan para turis. Dari tempat inilah, panorama Mutianyu Great Wall yang mencengangkan menanti kami. Great Wall yang meliuk-liuk di lereng dan punggung gunung terhampar di hadapan kami. Anehnya lagi, ada pedagang souvenir di tempat tersebut. Souvenirnya pun cukup beragam, mulai dari gantungan kunci, magnet kulkas, kartu pos hingga boneka panda. Selain berjualan souvenir, pedagang tersebut juga berjualan makanan dan minuman ringan. Dia juga mengibarkan Bendera Cina yang cukup besar di sebuah tiang. Tak pelak lagi, bendera tersebut pun jadi lokasi favorit para turis untuk berfoto. Saya dan teman juga ikut-ikutan berfoto dengan latar belakang Bendera Cina yang berkibar tersebut. 

Souvenir di salah satu tempat tertinggi di Mutianyu Great Wall

Menara pengintai di mana terdapat penjual souvenir, bukan titik tertinggi Mutianyu Great Wall karena masih ada tiga menara lagi setelahnya. Namun, biasanya para turis berhenti di menara pengintai ke-20 karena sudah kecapekan dan Great Wall yang di sebelah atas juga tidak terlalu istimewa. Saya dan teman juga berhenti di menara pengintai ini. Kami benar-benar menikmati keindahan Mutianyu Great Wall dari menara pengintai ke-20 ini. Kami menikmati panorama indah yang terbentang di sekeliling kami sambil menikmati makanan dan minuman ringan yang kami bawa. Memang benar kata orang-orang bahwa Mutianyu Great Wall merupakan salah satu bagian terindah dari Great Wall of China. Temboknya masih dalam keadaan utuh dan terawat, panoramanya menakjubkan, dan yang lebih penting (bagi saya) suasananya cukup sepi sehingga memudahkan acara hunting foto. 

Getting There
Untuk mencapai Mutianyu Great Wall tanpa ikut paket tur, cukup mudah. Anda bisa naik Bus Nomor Nomor 936 (April – November) yang langsung menuju Mutianyu Great Wall atau 916 Express (sepanjang tahun) menuju Huairou, dari Terminal Bus Dongzhimen (satu kompleks dengan Stasiun Subway Dongzhimen). Dari Huairou, lanjutkan perjalanan ke Mutianyu dengan taksi atau minibus.Tarif taksi ke Mutianyu sekitar CNY 60 pergi-pulang, sedangkan minibus biasanya CNY 20 per orang pergi-pulang (dengan tawar-menawar). 

Things to Know
Jam buka : 07.00 – 18.00 (April - Oktober)
                  07.30 – 17.30 (November - Maret)
Tiket masuk : CNY 45 (sekitar Rp 67.950,00)
Tiket cable car : CNY 60 (sekali jalan), CNY 80 (pergi-pulang)

• Perjalanan dari Beijing ke Mutianyu Great Wall memakan waktu sekitar 2 jam. Jadi, usahakan untuk datang pagi-pagi sekali agar Anda lebih leluasa menjelajah Mutianyu Great Wall.
• Mutianyu Great Wall berada di pegunungan, sehingga angin cukup kencang dan suhu udaranya cukup dingin. Jangan lupa bawa jaket dan syal ketika berkunjung ke sana!
• Bawa bekal minuman yang cukup, terutama bagi Anda yang ingin mencapai titik tertinggi Mutianyu Great Wall karena jalurnya lumayan jauh dan di beberapa tempat tanjakannya sangat curam.
• Di sekitar Mutianyu Great Wall banyak terdapat penjual souvenir khas Great Wall (Cina) dan sejumlah restoran. Bila Anda tak masalah dengan kehalalan makanan dan minuman yang nggak jelas, Anda bisa makan di restoran tersebut.
• Mata uang Cina adalah Yuan Renminbi (Chinese Yuan), sering disingkat CNY atau RMB. Nilai tukar Yuan terhadap Rupiah saat ini adalah sekitar Rp 1.550,00 per 1 Yuan. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

MENAMBAH NAMA DI PASPOR



Untuk mengurus visa umroh/haji, Pemerintah Saudi Arabia mensyaratkan bahwa nama yang tercantum di paspor minimal harus terdiri dari tiga kata. Oleh karena itu, bagi yang namanya hanya terdiri dari satu atau dua kata harus mengurus perubahan/penambahan nama paspor di Kantor Imigrasi setempat. Nama tambahan bisa diambil dari nama ayah (bagi yang belum menikah) atau nama suami (bagi perempuan yang sudah menikah). Karena nama saya hanya terdiri dari dua kata, saya pun mengurus penambahan nama di Kantor Imigrasi Denpasar. Berikut persyaratan dokumen dan langkah-langkah yang harus Anda lakukan untuk mengurus penambahan nama di paspor.

Dokumen yang harus dilampirkan untuk penambahan nama adalah :
1. Foto copy KTP (di Kertas A4, tidak perlu dipotong)
2. Foto copy Kartu Keluarga
3. Foto copy Akta Kelahiran
4. Materai Rp 6.000,00
Note : Dokumen asli KTP, KK dan Akta Kelahiran harus Anda bawa karena petugas akan mengecek dan memverifikasi kebenaran data Anda.

Langkah-langkah mengurus penambahan nama di Kantor Imigrasi :
1.   Setelah semua dokumen siap, datang pagi-pagi (sebelum jam 08.00) ke Kantor Imigrasi setempat. Ambil nomor antrian di Customer Care dan bilang pada petugas bahwa Anda akan mengurus perubahan/penambahan nama untuk keperluan umroh/haji. Petugas akan memberi 2 macam formulir yang harus Anda isi, yaitu Formulir Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) untuk Warga Negara Indonesia dan Formulir Surat Pernyataan (harus ditempel materai Rp 6.000,00).
2.    Setelah mengisi kedua formulir tersebut, Anda tinggal duduk menunggu nomor antrian Anda dipanggil.
3.       Setelah nomor antrian Anda dipanggil, datanglah ke loket sesuai petunjuk dan serahkan dokumen Anda beserta aslinya ke petugas. Petugas akan mengecek dan memverifikasi kebenaran data Anda.
Bila data kita tak ada masalah (perbedaan), petugas akan memberikan tanda terima untuk Anda bawa saat pengambilan  paspor yang biasanya selesai dalam dua hari kerja.
4.       Pada hari yang ditentukan, datanglah ke Kantor Imigrasi setelah pukul 14.00 dan langsung menuju loket yang ditentukan sambil menyerahkan tanda terima yang diberikan petugas saat Anda mengurus penambahan nama.
5.       Nama baru Anda yang terdiri dari tiga suku kata pun tercantum di halaman 4 paspor Anda.

Gimana? Mudah dan murah bukan mengurus penambahan nama paspor di Kantor Imigrasi? Anda hanya perlu mengeluarkan biaya foto copy dan materai yang besarnya tak sampai Rp 10.000,00. Padahal bila Anda menggunakan jasa biro perjalanan (travel agency), setidaknya Anda harus merogoh kocek Rp 150.000,00. Selamat mengurus penambahan nama di Kantor Imigrasi! (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

LONDON BUKAN HANYA BIG BEN DAN ISTANA BUCKINGHAM



Mendengar nama London, yang terbersit di benak kita adalah Big Ben, Istana Buckingham dan Tower Bridge. Namun London bukan hanya tempat-tempat kondang yang biasa muncul di brosur wisata itu. Masih banyak tempat menarik lainnya yang layak dikunjungi, terutama bila kita mau sedikit keluar dari pusat kota London. Berada di London selama seminggu, membuat saya mengenal beberapa tempat menarik yang selama ini luput dari perhatian media. Inilah beberapa spot menarik di sekitar London yang menanti kunjungan Anda. 

Hackney
Saya beruntung mempunyai teman yang tinggal di Hackney, London. Sonia Mimouni namanya. Dia adalah Gadis Perancis yang sudah lama tinggal di London. Berkat kebaikan hatinya, saya bisa menginap gratis di London selama hampir dua minggu dan mengetahui tempat-tempat menarik di London yang belum banyak di-expose media. Salah satunya adalah Hackney.
Hackney merupakan sebuah distrik di London, bagian dari Metropolitan London yang berada di sebelah timur laut pusat kota London. Untuk mencapai Hackney, Anda bisa naik Bus Nomor 30/38/48/55/56 (dan masih banyak lagi) dari Terminal Victoria atau naik tube/overground (kereta api) jalur North London Line dan turun di Stasiun Hackney Central atau Dalston Kingsland atau bisa juga naik overground jalur East London Line turun di Stasiun Dalston Junction atau Haggerston. 

Hackney Town Hall

Hackney merupakan tipikal kota kecil (town) dengan irama kehidupan yang lebih santai. Di kota kecil ini, Anda bisa melihat dan merasakan kehidupan Warga Inggris yang sebenarnya tidak seperti di pusat kota London yang metropolis. Jalanan lebih tenang, suasana kota juga lebih sepi. Namun, fasilitas hidup di Hackney tergolong lengkap. Di kota ini terdapat balai kota (town hall), supermarket, gedung bioskop, aneka macam restoran, dan taman-taman yang asri. Yang lebih menyenangkan, di Hackney terdapat masjid dan beberapa restoran muslim. Tak heran karena di Hackney memang banyak pendatang dari berbagai negara Islam seperti Turki, Nigeria, dan Maroko. Bagi umat muslim seperti saya, menemukan masjid dan restoran muslim (halal) di negara berpenduduk mayoritas non muslim seperti Inggris adalah anugerah. Saya bisa menunaikan ibadah sholat tanpa harus dilihatin banyak orang dan makan dengan lahap karena terjamin kehalalannya.

 Masjid Ramazan-I Serif, Hackney, London

Tempat nongkrong paling asyik di Hackney adalah di pinggiran Sungai Lea (Lea River), Anak Sungai Thames. Di sepanjang sungai kecil ini terdapat jalur untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda. Setiap pagi dan sore, tempat ini ramai oleh Warga Hackney yang jogging atau bersepeda. Di sore yang cerah, saya sempat diajak jalan-jalan oleh Sonia dan teman-temanya di pinggiran Sungai Lea. Dengan membawa bekal makanan dan minuman ringan dari rumah, kami duduk-duduk di tepi sungai sambil melihat lalu lalang orang jogging dan bunga-bunga sakura yang sedang bermekaran. 

Camden Town
Tak jauh dari pusat Kota London terdapat daerah yang semarak bernama Camden Town (biasa disingkat Camden). Tempat ini berada di sebelah utara pusat kota London. Camden merupakan salah satu tempat nongkrong favorit muda-mudi London. Cara paling praktis mencapai Camden adalah naik tube (kereta bawah tanah) jalur northern (northern line) dan turun di Stasiun Camden Town

Camden Town Station

Banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di Camden. Di antaranya adalah Jewish Museum, Canal Museum, Gereja Tua St. Pancras, dan Stasiun Kereta Api Internasional St. Pancras dengan arsitekturnya yang bergaya Gothic. Selain itu juga terdapat Camden Market yang menjadi terkenal dengan barang-barangnya yang cukup murah. Camden Market sebenarnya terdiri dari 6 buah pasar yang digabung menjadi satu. Tiap-tiap pasar mempunyai keistimewaan masing-masing. Dari 6 pasar tersebut, ada 2 pasar yang paling ramai dikunjungi turis yaitu Camden Lock Market dan Stables Market. Pasar ini menjual pakaian, aksesori (tas, topi, sepatu, dan lain-lain) dan barang-barang kerajinan (handycraft) murah. Aneka macam oleh-oleh (souvenir) khas London juga bisa Anda dapatkan dengan mudah di sini. Mulai dari kaos, topi, magnet kulkas, gantungan gunci hingga pernak-pernik khas London lainya. Pilihan kios/tokonya pun banyak. Bila Anda belum mendapatkan barang yang Anda cari di Camden Market, Anda bisa mencarinya di toko-toko souvenir yang berada tak jauh dari pasar. Soal harga, Anda tak perlu khawatir karena dijamin lebih murah dibandingkan harga di toko-toko souvenir yang ada di pusat kota London.

 
Camden Market

Greenwich
Julukan Greenwich (baca Grinits) sebagai “The Home of Time” membuat saya penasaran untuk mengunjunginya. Maklum, Greenwich memang dilalui Garis Bujur Nol Derajat (Prime Meridian Line atau Longitude Zero Degrees), garis imajiner yang menjadi titik awal penghitungan/pembagian waktu di dunia. Untunglah Greenwich masih berada dalam wilayah Metropolitan London sehingga sangat mudah mencapainya. Dengan Kereta Docklands Light Railway (DLR)-kereta api otomatis tanpa masinis-, hanya butuh waktu sekitar 15 menit mencapai Greenwich dari Stasiun Canary Wharf, London. 

Tujuan utama saya dan para turis lainnya datang ke Greenwich adalah untuk mengunjungi Flamsteed House atau lebih populer dengan nama The Royal Observatory, Greenwich yang berada di puncak bukit tertinggi di area Greenwich Park. Di tempat inilah terdapat Garis Bujur 0°0’0” atau yang lebih dikenal Greenwich Mean Time (GMT), garis imajiner yang membagi bumi menjadi dua, yaitu belahan bumi barat (Bujur Barat) dan belahan bumi timur (Bujur Timur).  
  
Royal Observatory Greenwich

Royal Observatory, Greenwich dibangun oleh John Flamsteed, pada masa Raja Charles II (tahun 1675), dengan peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1675. Bangunan ini selesai dibangun pada musim panas tahun 1676. Awalnya, bangunan ini diberi nama The Flamsteed House sesuai dengan nama pendirinya. Pada tahun 1957 namanya diubah menjadi The Royal Greenwich Observatory, dan sejak tahun 1998 namanya diubah menjadi The Royal Observatory, Greenwich. 

Di kompleks Royal Observatory, Greenwich terdapat tiga tempat menarik yaitu Astronomy Centre, Peter Harrison Planetarium, dan Altazimuth Pavilion. Untuk memasuki Astronomy Centre di mana terdapat Garis Bujur 0°0’0”, pengunjung dewasa (16 tahun ke atas) harus membayar tiket masuk seharga GBP 10 (sekitar Rp 139.000,00), sedangkan untuk memasuki Peter Harrison Planetarium, dan Altazimuth Pavilion pengunjung tidak perlu bayar sepeser pun alias gratis. Pengunjung berusia di bawah 16 tahun, gratis memasuki tiga tempat tersebut. Tiket masuk Astronomy Centre berlaku untuk masa setahun. Jadi, bila suatu saat Anda ingin kembali mengunjungi Royal Observatory, Greenwich di tahun yang sama, Anda tidak perlu membeli tiket lagi. 

Antrian di loket penjualan tiket sangat panjang, ketika saya tiba Royal Observatory, Greenwich. Meski tiket masuknya cukup mahal, GBP 10, para turis tetap semangat ngantri. Maklum, mereka juga seperti saya, ingin melihat secara langsung dan berfoto di Garis Bujur 0°0’0”, garis imajiner yang membagi bumi menjadi dua, yaitu belahan bumi barat (sebelah barat Garis Bujur 0°0’0”) dan belahan bumi timur (sebelah timur kanan Garis Bujur 0°0’0”). Dan ternyata, sangat susah untuk bisa memotret ataupun berfoto di Garis Bujur tersebut. Antrian turis yang ingin berfoto sangat berjubel dan seolah tiada habisnya. Makanya, begitu ada kesempatan saya langsung menyerobot untuk foto di garis bujur tersebut. Rugi rasanya, datang jauh-jauh ke Greenwich bila tidak berfoto di garis bujur nol derajat tersebut. 

Di dekat Garis Bujur Nol Derajat, terdapat sebuah kotak sertifikat bagi mereka yang pernah menjejakkan kaki di garis ini. Pengunjung yang ingin mendapatkan sertifikat tinggal memasukkan uang koin 1 Pound, dan kotak tersebut akan mengeluarkan selembar sertifikat bertanda waktu tepat di saat kita datang ke tempat itu dalam ketepatan sepersepuluh ribu detik waktu Greenwich Mean Time (GMT). Sertifikat itu ditandatangani oleh Direktur Royal Observatory, Greenwich.

 
 Bunga-bunga bermekaran di Greenwich Park
Selain Royal Observatory, Greenwich, masih ada beberapa tempat menarik di Greenwich Park. Taman yang sangat luas ini dibagi menjadi beberapa area, antara lain : Kompleks Royal Observatory, Greenwich (terdiri dari Astronomy Centre, Peter Harrison Planetarium, dan Altazimuth Pavilion), Taman Bunga (Flower Garden), Taman Rusa (The Wilderness/Deer Park), Taman Mawar (Rose Garden), dan padang rumput yang luas. Perlu stamina prima untuk bisa menjelajahi keseluruhan Greenwich Park karena luasnya mencapai 74 hektar. Karena waktu saya terbatas, saya tidak mungkin menjelajahi seluruh sudut Greenwich Park. Saya hanya mengunjungi beberapa tempat yang menarik perhatian saya. Salah satunya adalah Flower Garden, di mana terdapat berbagai macam bunga cantik warna-warni. Mata saya benar-benar dimanjakan di Flower Garden. Warna-warni bunga yang tengah bermekaran tersebut benar-benar menyegarkan mata saya. Kedatangan saya di Greenwich memang bertepatan dengan musim semi saat bunga-bunga bermekaran di mana-mana. Apalagi ketika saya berjalan melewati jajaran pohon bunga sakura (Cherry Blossom) yang tengah bermekaran dengan bunganya yang berwarna pink. Saya benar-benar takjub dan tak bisa berkata-kata. Impian saya untuk melihat bunga sakura bermekaran telah tercapai meski saya belum pernah pergi ke Jepang. Sejak kedatangan saya di Greenwich, saya sudah terpesona melihat begitu banyak bunga sakura bermekaran di beberapa sudut kota. Yang mengejutkan, ternyata saya bisa melihat lebih banyak bunga sakura di Greenwich Park. Benar-benar anugerah terindah buat saya.

Windsor 
Tempat menarik lain yang layak untuk dikunjungi di sekitar London adalah Windsor. Windsor merupakan kota kecil yang berada sekitar 34 km di sebelah barat London. Untuk mencapai kota ini sangat mudah. Cara paling praktis adalah dengan naik kereta api dari Stasiun Waterloo London dan turun di Stasiun Windsor & Eton Riverside. Anda juga bisa naik Bus (Green Line) Nomor 700/701/702 dari Terminal Victoria London. Perjalanan dengan kereta atau bus memakan waktu sekitar satu jam.

 Windsor Castle

Salah satu daya tarik utama Windsor adalah Kastil Windsor (Windsor Castle), yang merupakan kastil tertua dan terluas di dunia yang masih ditempati hingga saat ini. Dari Stasiun Windsor & Eton Riverside, saya berjalan kaki sekitar 10 menit untuk mencapai kastil ini. Antrian di loket sangat panjang ketika saya tiba di depan Kastil Windsor. Padahal hari masih pagi. Untunglah setelah bersabar mengantri selama lebih dari 30 menit, saya bisa masuk ke dalam Kastil Windsor. 

Kastil Windsor merupakan salah satu kediaman resmi Keluarga Kerajaan Inggris selama hampir 1000 tahun. Ratu Elizabeth II menjadikan tempat ini sebagai rumah pribadi yang biasa dipergunakan untuk menghabiskan waktu di akhir pekan, dan juga sebagai tempat melaksanakan kegiatan-kegiatan resminya. Untungnya, beberapa bagian yang menarik dari kastil ini dibuka untuk umum dan dapat dikunjungi para wisatawan.

 Salah satu sudut Windsor Castle

Kastil Windsor dibangun oleh Raja William (William The Conqueror, Duke of Normandy) pada abad XI. Pada awalnya Kastil Windsor merupakan benteng pertahanan dan tidak dipergunakan sebagai tempat tinggal raja. Namun, kemudian menjadi salah satu tempat tinggal Keluarga Keraajan Inggris sampai sekarang. Kastil ini juga sering dipergunakan untuk acara seremonial dan menjamu tamu kenegaraan. 

Beberapa tempat menarik di Kastil Windsor yang bisa dikunjungi oleh turis di antaranya adalah State Apartments, Queen Mary's Doll House, dan St George's Chapel. State Apartments merupakan tempat tinggal Raja dan Ratu Inggris dari masa ke masa. Berbagai lukisan dan karya seni menghiasi apartemen ini, termasuk lukisan di langit-langit (ceiling) karya Antonio Verrio, patung karya Grinling Gibbons serta sejumlah lukisan karya Rembrandt, Rubens, dan Canaletto. 

Queen Mary’s Dolls House (Rumah Boneka Ratu Mary) juga menarik untuk dikunjungi. Tempat ini dibangun oleh arsitek Sir Edwin Lutyens dari tahun 1921 sampai 1924 untuk dipersembahkan kepada Ratu Mary. Rumah boneka ini merupakan yang paling terkenal dan paling indah di dunia. Rumah ini berisi ribuan benda karya seniman dan desainer terkemuka. Salah satu benda yang paling mencolok di Queen Mary’s Dolls House adalah boneka terkenal dari Perancis bernama France dan Marianne yang ditampilkan dalam pakaian dan aksesoris terbaiknya.

 St.George's Chapel

Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah St. George’s Chapel. Kapel cantik dengan arsitektur bergaya Gothic ini dibangun pada tahun 1348, pada masa pemerintahan Raja Edward III. Selain sebagai tempat beribadah, di dalam kapel ini juga terdapat makam dari Keluarga Kerajaan Inggris di antaranya adalah makam Raja Charles I dan Raja Henry VIII beserta istri ketiganya Jane Seymour. Kapel ini tertutup untuk umum pada hari Minggu karena digunakan untuk ibadah. 

Changing Guard Ceremony

Selain tempat-tempat tersebut, atraksi menarik yang dapat dilihat saat mengunjungi Kastil Windsor adalah upacara pergantian penjaga atau yang dikenal dengan sebutan “Guard Mounting”. Acara ini meliputi arak-arakan dan upacara pergantian penjaga yang diiringi oleh marching band. Upacara ini berlangsung setiap hari (selain hari Minggu) pada pukul 11.00 dan berlangsung selama kurang lebih 45 menit. (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

DELICIOUS FOOD & BREATHAKING VIEW IN KEDISAN FLOATING RESTAURANT

Menikmati keindahan panorama di Kedisan Floating Restaurant

Sudah lama saya penasaran dengan restoran terapung di Danau Batur yang bernama Kedisan Floating Restaurant. Dari foto-foto di majalah dan internet, restoran ini tampak begitu cantik, mengapung di Danau Batur, Kintamani. Saya pun penasaran dan berencana untuk mengunjungi restoran tersebut secepatnya.

Akhir April 2012, saya berniat mengunjungi Kedisan Floating Restaurant bersama teman (Ahmad). Ketika kami berangkat dari Denpasar, cuaca cerah dengan langit biru tanpa awan. Di tengah cuaca cerah seperti ini, pasti Kedisan Floating Restaurant akan tampak menawan. Saya pun semangat memacu Bonito (sepeda motor Beat kesayangan saya) menuju Kedisan melewati rute Denpasar - Singapadu - Payangan - Penelokan (Kintamani) - Kedisan. 

Sayangnya, ketika kami tiba di daerah Kedisan cuacanya tidak seperti yang kami harapkan. Langit mendung dan matahari juga redup. Cuaca di daerah pegunungan seperti Kintamani memang susah ditebak. Walau sebelumnya cerah ceria, cuaca bisa berubah tiba-tiba menjadi mendung atau hujan. Dengan harapan cuaca bakal berubah cerah, kami berkeliling sekitar Danau Batur ke arah Desa Trunyan. Di beberapa spot yang menarik, kami berhenti untuk mengabadikan keindahan alam sekitar Danau Batur dengan kamera saya. Harus saya akui, panorama di Kintamani dan sekitarnya memang sangat indah meski cuaca mendung. 

Setelah sekian lama menunggu sambil berkeliling Danau Batur, cuaca tidak juga berubah. Justru cuaca makin memburuk dengan mendung hitam menggelayut di langit. Saat saya tengah asyik memotret salah satu sudut Danau Batur, tiba-tiba hujan turun denagn derasnya. Saya dan Ahmad pun mencari tempat berteduh. Setelah hujan reda namun langit masih kelabu, kami memutuskan pulang. Kalau kami tetap memaksakan mampir ke Kedisan Floating Restaurant rasanya bakal rugi karena kami tak bisa mendapatkan foto-foto yang indah di cuaca yang mendung dengan langit kelabu. Mungkin, memang belum saatnya kami mengunjungi Kedisan Floating Restaurant. Dengan kecewa kami kembali ke Denpasar. 

Tak terasa hampir setahun berlalu sejak kunjungan kami yang gagal ke Kedisan Floating Restaurant. Di hari Sabtu yang cerah, 6 April 2013 (bertepatan dengan Hari Raya Kuningan), saya dan Ahmad kembali mengunjungi Kedisan Floating Restaurant. Kali ini kami melewati rute Denpasar - Singapadu - Ubud - Tegallalang (Ceking) - Sekaan - Bayung -Penelokan - Kedisan. Dengan melewati rute ini, perjalanan ke Kedisan ternyata lebih mudah dan lebih cepat. Dari lampu merah Ubud, kami tinggal berkendara lurus sampai Kintamani melewati Tegallalang yang terkenal dengan keindahan sawah teraseringnya di Desa Ceking (Ceking Terrace). Setelah tiba di Kintamani, kami tinggal belok kanan sampai Penelokan, selanjutnya belok kiri (turun) menuju Desa Kedisan yang berada di pinggir Danau Batur. 

 
Gunung Batur dilihat dari Kedisan Floating Restaurant

Syukurlah, cuaca cukup cerah saat kami tiba di Kedisan Floating Restaurant. Matahari masih menampakkan sinarnya meski tidak terlalu terik dan di beberapa tempat berkabut. Danau Batur kelihatan tenang dengan airnya yang berwarana hijau. Puncak Gunung Batur juga kelihatan dengan jelas meski kadang-kadang tertutup awan. Panorama sekitar Kedisan Floating Restaurant memang menakjubkan. 


 Kedisan Floating Restaurant

Suasana di Kedisan Floating Restaurant siang itu cukup ramai. Mungkin karena saat itu hari Sabtu dan bertepatan dengan jam makan siang sehingga pengunjung restoran terapung ini cukup banyak. Dari lima bangunan terapung (termasuk gazebo) yang ada di sana, 3 bangunan sudah terisi. Kami memilih tempat duduk di salah satu bangunan terapung yang menghadap ke Gunung Batur. Sebenarnya kami ingin duduk di gazebo (tanpa dinding) yang bangunannya lebih kecil dan tempat duduknya lesehan. Sayangnya, gazebo tersebut sudah ditempati oleh sepasang turis asing yang datangnya hampir barengan dengan kami. 

 
 Kedisan Floating Restaurant

Kedisan Floating Restaurant merupakan restoran terapung yang berada di tepi Danau Batur, Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jaraknya sekitar 55 km dari Denpasar atau sekitar 90 menit berkendara. Daya tarik restoran ini adalah bangunanya yang terapung di Danau Batur dan panorama di sekitarnya yang mengagumkan. Namun, tidak semua bangunan restoran di Kedisan Floating Restaurant dibuat terapung. Beberapa bangunan restoran dibangun di darat, menghadap Danau Batur dan Gunung Batur. Menu andalan restoran ini adalah berbagai olahan ikan air tawar seperti gurame (Osphronemus gouramy) dan nila (Oreochromis niloticus). Selain itu ada juga menu ayam, bebek, daging, dan lainnya. Siang itu, kami memilih menu gurame bakar dan ca kangkung. Sambil menunggu pesanan datang, kami keliling restoran untuk foto-foto.

 
Gurame bakar yang lezat di Kedisan Floating Restaurant

Ternyata, pelayanan di Kedisan Floating Restaurant cukup bagus. Pelayannya ramah-ramah dan cepat tanggap. Pengunjung, juga tak perlu menunggu lama pesanan makanan. Segera saja kami menyantap makanan tersebut dengan lahap. Rasanya nikmat sekali makan siang di restoran terapung sambil menyaksikan pemandangan Danau Batur dan Gunung Batur yang sangat indah. Udara yang sejuk dengan angin sepoi-sepoi, membuat makan siang jadi semakin nikmat. Sebenarnya (menurut saya), cita rasa makanan di Kedisan Floating Restaurant kurang lezat karena kurang bumbu dan kurang pedas. Mungkin disesuaikan dengan lidah bule (barat), pengunjung terbesar restoran ini. Ikan bakar pesanan kami saja tidak dibumbui apapun selain garam. Namun, penyajiannya cukup menarik karena ditemani tiga macam sambal (salah satunya sambal matah). 

 
Kedisan Bungalow dengan kolam renang di depannya

Selesai makan siang dan membayar tagihan di kasir, kami melanjutkan acara foto-foto. Kami jalan-jalan di sekitar restoran untuk menemukan sudut-sudut menarik yang belum sempat kami singgahi. Selain restoran, di Kedisan Floating Restaurant juga terdapat hotel (bungalow) dan fasilitas olahraga air (water sport) seperti jet ski, banana boat, dan area memancing. Asyiknya lagi, ada mushola mungil di kompleks restoran ini. Letaknya di bagian depan, tak jauh dari toilet. Kami senang sekali menemukan mushola di Kedisan Floating Restaurant. Kami tak perlu bersusah-susah mencari masjid yang letaknya cukup jauh (di Desa Kintamani) untuk menunaikan sholat zuhur. Dan kebetulan saat itu, turun hujan. Jadi, kami menunaikan sholat zuhur sambil menanti hujan reda.  

Getting There
Kedisan Floating Restaurant terletak di Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kintamani merupakan salah satu objek wisata terkenal di Bali sehingga sangat mudah untuk mencapainya. Dari Denpasar, ada beberapa rute untuk mencapai Kintamani, yaitu : Ubud - Tampaksiring/Pura Tirta Empul (rute utama), Ubud - Tegallalang, Ubud - Payangan, dan Sangeh - Plaga. Rute favorit saya adalah Denpasar - Ubud - Tegallalang - Kintamani, karena jaraknya paling dekat dan jalannya sepi. Setelah sampai Penelokan, Anda tinggal belok kanan (bila datang dari arah Tampaksiring) atau kiri (bila datang dari arah Tegallalang/Payangan/Plaga) sejauh 4 km hingga tiba di Desa Kedisan. Kedisan Floating Restaurant berada tak jauh dari Dermaga Penyeberangan ke Desa Trunyan. (edyra)***
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments