MENIKMATI KESEGARAN AIR TERJUN PANDAI


Serunya bermain floaties di Air Terjun Pandai





Pulau Pantar di Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal akan keindahan alam bawah lautnya. Selain itu, pulau yang terletak di antara Pulau Lembata dan Pulau Alor ini juga memiliki pesona alam lainnya yang belum diketahui banyak orang, yaitu air terjun. Namanya Air Terjun Pandai, terletak di Desa Pandai Kecamatan Pantar, Pulau Pantar.

Perkenalan saya dengan Air Terjun Pandai berawal dari Instagram. Saat iseng-iseng menulis #alor, muncul foto air terjun cantik yang tak lain adalah Air Terjun Pandai. Penasaran dengan air terjun yang tersebut, saya pun mengagendakan waktu khusus saat berkunjung ke Alor, tetangganya Pantar awal Maret kemarin.

Untuk mencapai Air Terjun Pandai butuh sedikit perjuangan. Karena lokasinya berada di Pulau Pantar, pertama saya harus menyeberang dengan perahu motor dari Pelabuhan Pantai Reklamansi Kalabahi, Alor menuju Kabir, “kota kecil“ di Pulau Pantar yang letaknya paling dekat dengan Air Terjun Pandai. Perjalanan berperahu menuju Kabir sangat menyenangkan karena saat itu cuaca cerah dan laut tenang tanpa gelombang. Sepanjang jalan, mata saya disuguhi pemandangan yang menakjubkan berupa birunya laut dan empat pulau kecil (Pulau Kepa, Pulau Pura, Pulau Ternate dan Pulau Buaya) yang tersebar di Selat Pantar. Yang paling menyenangkan adalah atraksi lumba-lumba meloncat-loncat di dekat perahu, saat memasuki perairan Selat Pantar, di dekat Pulau Ternate. Alhasil perjalanan selama tiga jam pun tak terasa dan tengah hari perahu pun berlabuh di Dermaga Kabir, Pulau Pantar.

Setelah menaruh tas di penginapan (sampai awal tahun 2017), di Kabir belum ada hotel), saya diantar Bang Rahim (Warga Kabir yang menjadi pemandu saya) menggunakan sepeda motor, menuju Desa Pandai. Perjalanan menuju Desa Pandai melewati pesisir Desa ini jaraknya hanya sekitar 8 km dari Kabir tapi jalan yang harus kami lewati banyak yang rusak parah sehingga butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencapainya. Untungnya pemandangan yang kami lewati sepanjang jalan sangat menarik. Kami melewati jalan di pesisir barat Pulau Pantar dengan pantai-pantai cantik di kiri jalan dan perbukitan hijau yang tinggi menjulang di kanan jalan.

Jalan semen di Desa Pandai menuju Air Terjun Pandai

Tiba di pertigaan jalan di depan Masjid Al Munawarah Desa Pandai, Bang Rahim membelokkan sepeda motornya ke kanan, melewati jalan kampung yang disemen hingga tiba di ujung jalan, di dekat sungai kecil. Setelah Bang Rahim memarkir kendaraan di bawah sebuah pohon, kami melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Pandai dengan berjalan kaki melewati jalan setapak di antara kebun kelapa, kebun pisang, dan semak-semak. Kami juga harus menyeberangi sungai kecil yang airnya ternyata berasal dari Air Terjun Pandai. Tanpa kami minta, seorang Warga Pandai juga ikut menemani kami menuju Air Terjun Pandai sehingga perjalanan jadi lebih seru.

Jalan setapak di antara rerumputan menuju Air Terjun Pandai
 
Setelah berjalan kaki sekitar 30 menit, akhirnya kami tiba di Air Terjun Pandai. Segala rasa penat dan lelah mendadak sirna, begitu kami melihat keindahan Air Terjun Pandai. Bayangkan saja! Di depan kami mengalir sebuah air terjun dari ketinggian sekitar dua belas meter dengan kolam hijau yang sangat bening di bawahnya. Saking beningnya air kolam, bebatuan di dasar kolam bisa terlihat dengan jelas, membuat siapa saja yang melihatnya tidak tahan untuk tidak menyeburkan diri ke dalamnya, termasuk saya. 

Air Terjun Pandai dengan kolam air jernih di bawahnya
 
Tanpa membuang waktu, saya langsung menyeburkan diri ke dalam kolam hijau tersebut. Saya berenang-renang dan bermain-main floaties (ban tiup) di bawah air terjun ditemani Warga Pandai, yang saya lupa namanya. Selain mandi dan berenang, kalau punya nyali besar, kita juga bisa meloncat dari ketinggian air terjun ke dalam kolam seperti yang biasa dilakukan Warga Pandai. Sayangnya, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya saat kami tengah asyik bermain-main di  Air Terjun Pandai. Mau tak mau, kami harus segera mengakhiri permainan dan segera mengamankan kamera dan barang-barang saya.

Ada yang menarik dengan nama Air Terjun Pandai. Awalnya saya mengira Pandai artinya pintar seperti dalam Bahasa Indonesia. Namun, ternyata dugaan saya salah. Menurut keterangan Bang Rahim, Pandai berasal dari kata ‘Pana’ dan ‘Dai’, kata-kata dalam Bahasa Pantar yang artinya serang saja. Konon, pada zaman kerajaan dulu, sering terjadi perang antar suku/kerajaan di Pulau Pantar. Panglima perang memerintahkan kepada warganya untuk segera menyerang musuh dengan seruan, “Pana Dai, Pana Dai!” Lambat laun kata Pana Dai berubah menjadi Pandai  yang akhirnya dipakai menjadi nama desa dan air terjun. (Edyra)***


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

MASJID DI PULAU PANTAR

Pantar merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di antara Pulau Lembata dan Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau dengan pantai dan alam bawah laut yang indah ini mempunyai penduduk muslim yang cukup banyak jumlahnya, terutama yang tinggal di daerah pantai. Berikut beberapa masjid di Pulau Pantar yang bisa Anda singgahi untuk menunaikan sholat ketika Anda berkunjung ke Pulau Pantar.

1. Masjid Al Munawarah
    Desa Pandai, Kecamatan Pantar, Pulau Pantar



2. Masjid At Taqwa
    Dusun Lamahule RT 09/RW 04, Desa Batu, Kecamatan Pantar Barat, Pulau Pantar


3. Masjid Babul Falah
    Kelurahan Kabir, Kecamatan Pantar Barat, Pulau Pantar


4. Masjid Baburrahman
    Dusun Air Panas, Desa Bandar, Kecamatan Pantar, Pulau Pantar


5. Masjid Haqqul Yakin
    Dusun Tuabang, Desa Batu, Kecamatan Pantar Barat, Pulau Pantar


6. Masjid Nurul Bahri
    Dusun Labuan Bajo, Kelurahan Kabir, Kecamatan Pantar Barat, Pulau Pantar


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments