MENGEJAR MATAHARI TERBIT DI KELIMUTU

Foto dulu di dekat Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Koo Fai

Fajar baru saja menyingsing di ufuk timur. Suasana sepi mencekam, udara dingin menusuk tulang. Kamis, 18 November 2010, pukul 04.15 pagi, dengan mata yang masih sedikit mengantuk, saya dan Ahmad keluar dari hotel di Kampung Moni, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Dengan berbekal jaket tebal, sarung tangan, dan syal, kami mengendarai sepeda motor, menembus dinginnya udara Moni, menuju Danau Kelimutu. Hanya suara binatang malam dan temaram sinar bulan yang menemani perjalanan kami pagi itu. Keinginan melihat indahnya matahari terbit di Puncak Gunung Kelimutu dan menyaksikan keajaiban warna-warni Danau Kelimutu, mengalahkan rasa kantuk dan malas kami.

Jarak dari Moni ke Puncak Gunung Kelimutu sekitar 13 km atau sekitar 30 menit berkendara. Kami harus melewati jalan yang menanjak dan berkelok-kelok seperti ular untuk mencapai tempat parkir Danau Kelimutu. Beberapa kilometer sebelum sampai di tempat parkir, kami harus berhenti sejenak di Gerbang Taman Nasional Kelimutu untuk membeli tiket masuk sebesar Rp 2.500,00 per orang dan Rp 3.000,00 untuk sepeda motor.

Dari Gerbang Taman Nasional Kelimutu, tempat parkir sudah dekat. Selanjutnya, kami harus jalan kaki dari tempat parkir (sekitar 15 menit), menyusuri jalur trekking dan mendaki ratusan anak tangga untuk mencapai gardu pandang (viewing point) Danau Kelimutu. Jalur trekking dan anak tangga menuju viewing point sudah dibuat dengan rapi dan ada penunjuk arah yang jelas. Namun, di tengah cuaca pagi yang masih gelap (untungnya saat itu sedang terang bulan), penunjuk arah tersebut biasanya tidak jelas terlihat. Sebaiknya Anda membawa senter agar perjalanan Anda lebih nyaman dan tidak salah jalan.

Anak tangga menuju Gardu Pandang (Viewing Point)

Setelah menyusuri jalur trekking dan mendaki ratusan anak tangga, sampaialah kami di gardu pandang (viewing point) Danau Kelimutu. Kami tiba di viewing point tepat sesaat sebelum sang surya memancarkan sinarnya. Kami langsung mencari tempat terbaik dan mengeluarkan kamera, bersiap-siap menyaksikan “pertunjukan alam” yang akan disajikan oleh Danau Kawah Kelimutu. Beberapa turis asing juga sudah nangkring di viewing point sambil memegang kameranya masing-masing. Setiap pagi yang cerah, bisa dipastikan selalu ada turis asing yang berkunjung ke Danau Kelimutu. Mereka sengaja jauh-jauh datang ke Danau Kelimutu untuk menyaksikan keajaiban warna-warni Danau Kelimutu.

Menyaksikan indahnya Danau Kelimutu dari Viewing Point

Perlahan-lahan langit mulai terang, dan semburat warna jingga mulai terlihat di ufuk timur. Dari sekian banyak pengunjung yang ada di Danau Kelimutu saat itu, tak ada satu pun yang bersuara. Semua seperti tersihir melihat perubahan warna langit yang mempesona, mulai dari gelap pekat, lembayung, dan perlahan-lahan berubah menjadi merah dengan semburat jingga. Seiring langit yang semakin terang dan matahari keluar dengan sempurna dari peraduannya, warna-warni ketiga Danau Kelimutu pun mulai nampak. Walau ketiga danau tersebut sering berubah-ubah warna, pagi itu Danau Kelimutu menyajikan warna hijau gelap (Tiwu Ata Polo), hijau toska (Tiwu Nua Muri Koo Fai), dan hitam (Tiwu Ata Mbupu). Cuaca memang sempurna pagi itu, langit cerah dan tak berkabut. Saya duduk di puncak viewing point sambil memandangi ketiga danau kawah yang terlihat sangat indah pagi itu. Tak lupa saya memotret ketiga danau ajaib tersebut. Pemandangan luar biasa indah radius 360 derajat, membuat saya takjub dan tak bisa berkata-kata. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena dua kali berkunjung ke Danau Kelimutu, saya bisa melihat ketiga danau secara utuh tanpa terhalang kabut. Menurut Pak Johanes, penjual kopi di Danau Kelimutu, di musim hujan seperti sekarang ini cuaca di Puncak Gunung Kelimutu sering mendung dan berkabut sehingga sulit untuk menyaksikan ketiga danau dengan sempurna. Pernah ada seorang turis dari Perancis, yang selama tiga hari berturut-turut mengunjungi Danau Kelimutu tapi tak bisa menyaksikan tiga danau kawah secara utuh. Mendengar cerita Pak Johanes, saya benar-benar merasa beruntung bisa menyaksikan panorama matahari terbit di atas Danau Kelimutu dan bisa menyaksikan tiga danau kawah secara utuh tanpa terhalang kabut.

Matahari terbit di Puncak Gunung Kelimutu

Sejarah Kelimutu
Kelimutu merupakan gabungan dari kata “keli” yang berarti gunung, dan “mutu” yang berarti mendidih. Danau Kelimutu ditemukan oleh Van Suchtelen, pegawai Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Keindahan Danau Kelimutu semakin dikenal masyarakat dunia setelah Y. Bouman, seorang turis dari Eropa, menulis artikel tentang Danau Kelimutu pada tahun 1929. Sejak saat itu, mulai banyak turis asing dan peneliti yang berdatangan ke Danau Kelimutu.

Danau Kelimutu berada di puncak Gunung Berapi Kelimutu yang memiliki katinggian 1.690 meter di atas permukaan laut. Danau kawah ini dianggap ajaib dan misterius, karena warna air di ketiga danau selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. Uniknya lagi, warna air di tiga danau tersebut selalu berbeda (jarang warnanya sama) pada waktu yang bersamaan. Karena keunikannya yang tidak bisa ditemui di tempat lain, Kawasan Kelimutu telah ditetapkan menjadi TamanNasional sejak tanggal 26 Februari 1992. Keindahan Danau Kelimutu juga pernah diabadikan dalam uang kertas pecahan lima ribu rupiah, yang terbit tahun 1992 dengan warna danau merah (Tiwu Ata Polo), hijau toska (Tiwu Nua Muri Koo Fai), dan hitam (Tiwu Ata Mbupu).

Masyarakat yang bermukim di sekitar Gunung Kelimutu percaya bahwa seseorang yang meninggal dunia arwah/jiwanya akan meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di Kelimutu untuk selama-lamanya. Sebelum masuk ke dalam salah satu danau/kawah, para arwah tersebut terlebih dahulu menghadap Konde Ratu selaku penjaga pintu masuk di Perekonde. Selanjutnya, arwah tersebut masuk ke dalam salah satu danau/kawah yang ada tergantung usia dan perbuatannya. Tiwu Ata Polo merupakan tempat berkumpulnya arwah orang jahat (tukang tenung), Tiwu Nua Muri Koo Fai merupakan tempat berkumpulnya arwah muda-mudi, dan Tiwu Ata Mbupu merupakan tempat berkumpulnya arwah orang tua.

Perubahan Warna Danau Kelimutu
Meski banyak ahli yang sudah melakukan penelitian, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab perubahan warna Danau Kelimutu. Sejumlah kalangan menduga, perubahan warna air di Danau Kelimutu disebabkan oleh tekanan gas aktivitas vulkanik, pembiasan cahaya matahari, adanya mikro biota air, kandungan zat kimia terlarut (garam, besi, sulfat dan mineral lain), serta pantulan warna dinding dan dasar danau. Selain itu, aktivitas kegempaan juga dapat mengubah warna kawah danau. Sebagai contoh : meningkatnya kandungan besi (Fe) dalam air kawah menyebabkan warna danau merah kehitaman, sedangkan warna hijau lumut dimungkinkan karena adanya biota jenis lumut tertentu.

Tiwu Nua Muri Koo Fai, saat ini berwarna hijau toska

Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warni Danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat. Mereka percaya bahwa perubahan warna pada ketiga Danau Kelimutu merupakan isyarat/pertanda akan terjadinya suatu peristiwa/bencana alam di negeri ini, seperti : gunung meletus, tanah longsor, kekeringan atau bencana alam lainnya. Mereka sudah hafal arti warna yang ditunjukkan oleh Danau Kelimutu. Misalnya : bila air Danau Tiwu Ata Polo berwana hijau lumut berarti akan ada warga sekitar yang meninggal dunia.

Tiwu Ata Polo, saat ini berwarna hijau kebiruan

Saat ini ketiga Danau Kelimutu meiliki warna yang berbeda, yaitu : Tiwu Ata Polo berwarna hijau kebiruan, Tiwu Nua Muri Koo Fai (yang paling besar) berwarna hijau toska, dan Tiwu Ata Mbupu (yang paling kecil dan letaknya terpisah jauh) berwarna hitam pekat. Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Mbupu warnanya relatif stabil yaitu hijau toska dan hitam pekat. Sedangkan Tiwu Ata Polo paling cepat berubah. Menurut informasi penduduk setempat, selama tahun 2010 ini sudah terjadi tiga kali perubahan warna di Danau Tiwu Ata Polo, dari coklat tua, hijau lumut, dan hijau tua. Pada tahun 2006, saat saya pertama kali berkunjung ke Danau Kelimutu, Danau Tiwu Ata Polo berwarna coklat tua.

Tiwu Ata Mbupu, saat ini berwarna hitam

Dinding Pemisah Danau Kelimutu
Danau Kelimutu terdiri dari tiga buah danau dengan bentuk, ukuran dan warna yang tidak sama. Ketiga danau tersebut adalah Tiwu Ata Polo (letaknya paling kanan), Tiwu Nua Muri Koo Fai (letaknya di tengah dan paling besar), dan Tiwu Ata Mbupu (letaknya terpisah jauh/paling kiri dan paling kecil). Dari tiga danau kawah tersebut, dua danau (Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo) letaknya berdekatan, sedangkan danau satunya lagi (Tiwu Ata Mbupu) letaknya terpisah jauh. Antara Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo dipisahkan oleh dinding pemisah yang sangat sempit. Dari sudut pandang geologi, dinding danau merupakan bagian yang paling labil. Dulunya dinding pemisah tersebut cukup lebar dan bisa dilewati orang. Sekarang, dinding pemisah tersebut sangat tipis/sempit dan tidak bisa dilewati orang. Dengan posisi berdekatan, tidak menutup kemungkinan kedua danau ini akan menyatu bila terjadi gempa bumi dengan skala besar.

Tiwu Nua Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo letaknya berdekatan dan
hanya dipisahkan oleh dinding pemisah yang sempit


Arboretum

Selain keindahan danau kawah, daya tarik Kelimutu adalah arboretum, hutan mini seluas 4,5 hektar, tempat tumbuhnya berbagai jenis pohon yang mewakili potensi biodiversitas Taman Nasional Kelimutu. Di sana terdapat aneka flora yang jumlahnya sekitar 78 jenis pohon. Di antara flora itu ada yang endemik Kelimutu, yakni uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhododendron renschianum).

Tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kelimutu antara lain : kayu mata (Albizia montana), kebu (Homalanthus giganteus), tokotaka (Putranjiva roxburghii), uwi rora (Ardisia humilis), longgo baja (Drypetes subcubica), toko keo (Cyrtandra sp.), kayu deo (Trema cannabina), dan kelo (Ficus villosa).

Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat sekitar 19 jenis burung yang terancam punah, di antaranya : Punai Flores (Treron floris), Burung Hantu Wallacea (Otus silvicola), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), Kancilan Flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), Tesia Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia crassirostris), cabai emas (Dicaeum annae), Kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), burung madu matari (Nectarinia solaris), dan Elang Flores (Spizaetus floris).

Taman Nasional Kelimutu memiliki empat jenis mamalia endemik, yang sering dijumpai adalah dua tikus gunung, Bunomys naso dan Rattus hainaldi. Di Taman Nasional Kelimutu juga dapat dijumpai beberapa satwa seperti : banteng (Bos javanicus), kijang (Muntiacus muntjak), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura), dan kancil (Tragulu sjavanicus).

Getting There
Untuk mencapai Danau Kelimutu, Anda harus terbang menuju Denpasar atau Kupang. Dari Denpasar/Kupang, lanjutkan perjalanan dengan pesawat menuju kota terdekat dengan Danau Kelimutu, yaitu Ende atau Maumere di Pulau Flores. Harap Anda perhatikan bahwa pesawat dari Denpasar/Kupang ke Ende/Maumere tidak tersedia tiap hari, tetapi hanya beberapa kali seminggu. Untuk memastikan jadwalnya, coba cek situs maskapai yang melayani penerbangan ke dua kota tersebut, yaitu Lion Air (www.lionair.co.id), Merpati Air (www.merpati.co.id), dan Trans Nusa (www.transnusa.co.id). Dari Ende atau Maumere, Anda tinggal melanjutkan perjalanan darat baik dengan kendaraan umum maupun menyewa mobil menuju Kampung Moni (Desa Koanara), desa terdekat dengan Danau Kelimutu. Dari Ende ke Moni jaraknya sekitar 60 km atau sekitar 90 menit berkendara sedangkan dari Maumere jaraknya sekitar 80 km atau sekitar tiga jam berkendara. Dari Moni ke Danau Kelimutu. Anda bisa naik ojek atau menyewa mobil. Jarak dari Moni ke Danau Kelimutu sekitar 13 km atau 30 menit berkendara.

Tips Berkunjung ke Danau Kelimutu
• Waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Kelimutu adalah pada musim kemarau (April - September), di mana langit cerah dan tidak ada kabut. Pada musim hujan, cuaca di sekitar Danau Kelimutu sering berkabut sehingga susah untuk melihat ketiga danau secara utuh.
• Saat terbaik untuk menyaksikan keindahan Danau Kelimutu adalah di pagi hari antara pukul 06.00 -09.00 WITA. Lewat pukul 09.00 WITA, Danau Kelimutu biasanya sudah diselimuti kabut sehingga susah untuk melihat panorama ketiga danau secara utuh.
• Untuk bisa menyaksikan matahari terbit (sunrise) di puncak Gunung Kelimutu, sebaiknya Anda menginap di Moni. Di Moni terdapat sejumlah hotel atau home stay sederhana dengan harga terjangkau. Dari Moni, sebaiknya Anda berangkat sekitar pukul 04.00 WITA, sehingga pukul 05.00 WITA Anda sudah sampai di puncak Gunung Kelimutu.
• Jangan lupa untuk membawa jaket tebal, syal, kaos kaki, dan sarung tangan karena udara di sekitar Moni dan Danau Kelimutu sangat dingin, terutama di pagi dan malam hari! (edyra)***

*Dimuat di Majalah SEKAR No. 48, Januari 2011
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "MENGEJAR MATAHARI TERBIT DI KELIMUTU"

Post a Comment