TAMAN LAUT 17 PULAU RIUNG, SURGA BAWAH LAUT YANG BELUM TERJAMAH

Bermain-main di Pantai Rutong yang berpasir putih dan lembut

Perahu motor telah menunggu saya dan teman (Ahmad) di ujung Dermaga Riung, Desa Nangamese, pagi itu. Pak Burhanudin, sang nahkoda perahu yang telah kami booking kemarin sore, tersenyum manis menyambut kedatangan kami. Setelah membeli tiket masuk Taman Laut 17 Pulau Riung seharga Rp 2.000,00 per orang dan Rp 10.000,00 untuk perahu (total Rp 14.000,00), kami segera naik ke atas perahu. Kami sudah tidak sabar untuk segera memulai petualangan di Taman Laut 17 Pulau Riung karena sudah lama saya memimpikan petualangan ini.

Dermaga Riung dan Pulau Patta yang nampak di sebelah kanan

Dari Dermaga Riung, terlihat beberapa pulau kecil yang seolah melambai-lambai, mengundang kami untuk singgah. Wah, tentunya menarik sekali kalau bisa mengunjungi semua pulau di Taman Laut 17 Pulau Riung! Namun,sepertinya kami tidak bisa mengunjungi semua pulau yang ada di taman laut tersebut karena keterbatasan waktu. Rencananya, dalam waktu setengah hari (sekitar lima jam), kami akan mengunjungi empat pulau dari sekitar 30-an pulau yang ada di Taman Laut 17 Pulau Riung. Meski namanya Taman Laut 17 Pulau Riung, jumlah pulau di kawasan taman laut ini lebih dari 17 pulau. “Jumlah semua pulau di Riung ada 30-an lebih, mas,” kata Pak Burhanudin. Angka 17 sengaja dipilih untuk nama taman laut ini karena alasan patriotisme, sesuai dengan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

Pulau-pulau kecil di Taman Laut 17 Pulau Riung

Taman Laut 17 Pulau Riung merupakan gugusan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau karang yang terletak di sebelah utara Pulau Flores, tepatnya di Teluk Riung yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Taman laut ini terhampar memanjang dari Tanjung Toro Padang di sebelah barat sampai dengan Pulau Pangsar di sebelah timur. Pulau-pulau di Taman Laut 17 Pulau Riung beraneka ragam bentuk dan ukurannya, dengan pulau terbesar adalah Pulau Ontoloe (Pulau Kelelawar). Selain Pulau Ontoloe ada Pulau Patta, Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Dua, Pulau Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima (Pulau Nani), Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa atau Pulau Tembang), Pulau Tiga (Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor, Pulau Sui, dan Pulau Wire. Seluruh pulau tersebut tidak berpenghuni. Pulau Patta yang letaknya paling dekat dengan Dermaga Riung, dulu pernah dihuni oleh Suku Bugis dan Bajo. Namun, sejak tahun 1976, semua penghuni Pulau Patta dipindahkan ke daratan Pulau Flores (sekitar Teluk Riung) oleh pemerintah. Karena keunikannya, oleh Departemen Kehutanan, kepulauan yang terletak di Pantai Utara Flores itu ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam dengan nama Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung, yang terdiri dari darat dan laut. Luas taman wisata alam daratan (kawasan konservasi) adalah 19.100 hektar, dan kawasan konservasi taman lautnya 9.900 hektar. Kawasan ini berada sekitar 75 Km sebelah utara Kota Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada. Walaupun nama resminya Taman Wisata Alam 17 Pulau Riung, para turis lebih senang menyebutnya Taman Laut 17 Pulau Riung atau Riung, Seventeen Islands Marine Park.

Pulau Ontoloe (Pulau Kelelawar)
Petualangan di Taman Laut 17 Pulau Riung kami awali di Pulau Ontoloe. Perjalanan dari Dermaga Riung menuju Pulau Ontoloe hanya memakan waktu sekitar dua puluh menit. Pulau Ontoloe yang berbukit-bukit dan dikelilingi hutan bakau (mangrove), merupakan pulau terbesar di kawasan Taman Laut 17 Pulau Riung. Walaupun tidak memiliki terumbu karang yang berarti, pulau ini memiliki pesona tersendiri yang tidak dimiliki oleh pulau-pulau lainnya di Taman Laut 17 Pulau Riung. Hutan bakau di Pulau Ontoloe telah lama menjadi rumah dari ribuan kelalawar, elang laut, dan monyet. Karena itulah Pulau Ontoloe disebut juga Pulau Kelelawar atau Pulau Kalong. Ketika senja tiba, rombongan kelalawar terbang meninggalkan Pulau Ontoloe untuk mencari makan di berbagai tempat di Pulau Flores. Keesokan harinya, sebelum matahari terbit, mereka kembali ke sarangnya di pucuk-pucuk pohon mangrove dan digantikan oleh elang laut yang berburu di Teluk Riung dan Pantai Utara Flores. Sementara itu, monyet-monyet mencari makan di Pulau Ontoloe dan juga berenang ke Pulau Flores.

Kelelawar beterbangan di atas Pulau Ontoloe

Dari kejauhan sudah terlihat ribuan titik hitam di atas Pulau Ontoloe. “Itu kelelawarnya, mas,” kata Pak Burhanudin sambil menunjuk ke tititk-titik hitam tersebut. Semakin mendekati pulau, titik-titik hitam itu semakin jelas dan berubah menjadi pemandangan yang luar biasa. Rupanya, titik-titik hitam tersebut adalah kelelawar penghuni Pulau Ontoloe. Kami terkesima melihat ribuan kelelawar beterbangan di atas hutan mangrove Pulau Ontoloe. Pagi itu, langit biru tanpa awan di atas Pulau Ontoloe berubah menjadi meriah dipenuhi ribuan kelelawar yang beterbangan ke segala arah. Mereka menyambut kedatangan kami dengan ramah. Mereka beterbangan di atas kami dan sepertinya tidak terganggu dengan kehadiran kami. Hampir lima belas menit kelelawar itu beterbangan kesana-kemari, sebelum akhirnya menggantung lagi di dahan pohon mangrove untuk beristirahat. Senang rasanya, pagi-pagi sudah disuguhi atraksi alam yang sangat memukau.

Pulau Rutong
Setelah puas menyaksikan atraksi kelelawar, kami segera meninggalkan Pulau Ontoloe. Perahu yang kami tumpangi bergerak perlahan membelah Laut Flores yang cukup tenang. Angin laut juga tak bertiup kencang. Sepertinya alam Flores benar-benar bersahabat dengan kami pagi itu. Pak Burhanudin mengarahkan haluan ke sebuah pulau yang dari kejauhan nampak berpasir putih. Pulau Rutong, itulah tujuan kami selanjutnya. Mendekati Pulau Rutong, air laut berubah menjadi sangat bening sehingga pemandangan di bawahnya terlihat begitu jelas. Nampak berbagai jenis terumbu karang dan ikan-ikan cantik aneka warna. “Di sini mas, tempat snorkelingnya,” ujar Pak Burhanudin mengagetkan saya yang sedang terkagum-kagum menikmati panorama bawah laut Pulau Rutong dari atas perahu. Segera saja saya mengenakan masker dan snorkel, lalu nyebur ke laut. Dan benar saja, begitu saya nyebur ke laut, panorama luar biasa indah terhampar di depan mata saya. Terumbu karang aneka warna, mulai dari hijau, biru, ungu, coklat, krem sampai pink semuanya ada di sekitar saya. Ikannya pun sangat banyak dan beraneka ragam. Beberapa ikan berwarna biru menyala berenang berseliweran di sekitar saya. Saya benar-benar takjub dan tak mampu berkata-kata menyaksikan keajaiban panorama bawah laut Pulau Rutong. Saya seperti berada di aquarium raksasa bersaman makhluk-makhluk cantik aneka bentuk dan warna. Tidak salah memang, kalau Pulau Rutong dianggap sebagai salah satu surga bawah laut terindah di Indonesia. Sayangnya saya tidak membawa camera underwater. Jadi, saya tidak bisa mengabadikan keindahan bawah laut Taman Laut 17 Pulau Riung.

Pantai Rutong yang berpasir putih, dengan air laut berwarna hijau toska

Selesai snorkeling, saya kembali naik perahu. Kali ini perahu bergerak menuju daratan Pulau Rutong. Begitu perahu mendekati bibir Pantai Rutong yang berpasir putih, Pak Burhanudin segera membuang sauh, dan kami pun langsung meloncat ke daratan Pulau Rutong. Saat itu, kami melihat beberapa perahu telah tertambat di bibir Pantai Rutong. Rupanya, cukup banyak turis yang berkunjung ke Pulau Rutong saat itu. Selain turis lokal, saya juga melihat beberapa rombongan turis asing.

Berada di daratan Pulau Rutong, lagi-lagi saya terkesima dengan pemandangan di depan mata saya. Pantai berpasir putih selembut tepung, air laut sebening kristal berwarna hijaui toska, dan langit biru tanpa awan ada di sekitar saya. Panorama alam yang benar-benar menyejukkan mata dan batin saya. Saya dan Ahmad berlarian di pasir putih seperti anak kecil yang kegirangan. Kami segera jalan-jalan keliling Pulau Rutong dan memotret tiap sudut pulaunya yang eksotis.

Bermain bersama bintang laut yang banyak terdapat di Pantai Rutong

Saat berjalan di bibir pantai yang ramai dengan turis, langkah saya terhenti sejenak. Saya melihat banyak bintang laut berwarna coklat (Protoreaster nodosus) di pinggir pantai. Rupanya laut di sekitar Pulau Rutong yang bersih dan bening merupakan habitat berbagai jenis bintang laut. Saya segera bermain-main dengan makhluk cantik tersebut. Melihat saya begitu terpesona menyaksikan bintang laut, seorang anak kecil dengan semangat mengumpulkan bintang laut untuk saya. Dia bolak-balik ke laut untuk mengambil bintang laut. Alhasil, bintang laut yang terkumpul pun semakin banyak. Saya pun memotret makhluk-makhluk cantik nan lucu tersebut. Dan tentunya, kami tak melewatkan acara foto bersama bintang laut tersebut. Para pengunjung pulau pun ikut berfoto dengan bintang laut bersama kami.

Pulau Meja dan Pulau Rutong

Pulau Meja

Pulau Meja berdekatan dengan Pulau Rutong. Kami tidak menginjakkan kaki di daratan pulau mungil ini, tetapi hanya berenang-renang di perairan sekitarnya. Dari kejauhan tampak pasir putih yang berkilauan tertimpa sinar matahari di sekeliling Pulau Meja. Perairan di sekitar pulau ini juga sangat bersih dan jernih. Apalagi pulau ini juga jarang dikunjungi turis. Pulau ini merupakan salah satu surga bawah laut terindah di Taman Laut 17 Pulau Riung, dengan aneka ragam terumbu karang dan ikan hias. Terumbu karang yang paling banyak di sekitar Pulau Meja adalah jenis karang meja (acropora). Saat saya snorkeling, sejauh mata memandang, karang meja terhampar di hadapan saya. Di sela-sela karang tersebut ada karang lunak (soft coral), kipas laut (sea fan) dan berbagai jenis karang lainnya yang memancarkan warna-warni sangat indah. Nafas saya seperti terhenti menyaksikan panorama bawah laut Pulau Meja yang begitu menakjubkan. Baru kali ini saya melihat hamparan karang meja yang begitu luas. Mungkin karena itulah pulau ini dinamakan Pulau Meja selain bentuknya yang memang mirip meja bila dilihat dari jauh.

Pulau Tiga
Selanjutnya kami beranjak menuju Pulau Tiga. Dinamakan Pulau Tiga karena di pulau ini terdapat tiga gundukan bukit kecil dengan ketinggian yang tidak sama. Kami tiba di pulau ini menjelang tengah hari, sehingga cuaca sangat panas dan menyengat. Kami beristirahat sejenak di pinggir pantai yang teduh sambil menikmati makanan ringan yang kami bawa. Seperti pulau-pulau lainnya di Taman Laut 17 Pulau Riung, Pulau Tiga juga berpasir putih bersih dan lembut. Air lautnya tak kalah bening dengan pulau-pulau lainnya, sehingga membuat saya tergoda untuk bersnorkeling lagi. Segera saya kenakan masker dan snorkel, lalu nyebur ke dalam hijaunya laut Pulau Tiga. Berbagai binatang laut cantik pun berseliweran di dekat saya. Saya juga melihat banyak bintang laut berwarna biru (Linckia laevigata) dan bintang laut berwarna coklat seperti yang saya temui sebelumnya di Pulau Rutong. Sayangnya, terumbu karang di sekitar Pulau Tiga tidak sebanyak terumbu karang di pulau-pulau lainnya. Banyak terumbu karang yang rusak dan mati karena ulah para nelayan yang tidak bertanggung jawab.

Pulau Tiga yang mempesona

Baru beberapa saat snorkeling, tiba-tiba Ahmad memanggil saya dan meminta saya untuk berhenti snorkeling. Dia mengingatkan bahwa kami harus segera meninggalkan Pulau Tiga karena waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 lebih dan air laut sudah mulai naik. Dengan berat hati saya pun menepi ke pinggir pantai.

Sebenarnya saya belum puas menjelajahi Taman Laut 17 Pulau Riung. Masih banyak pulau-pulau menarik lainnya yang ingin saya kunjungi. Antara lain : Pulau Batang Kolong dan Pulau Bampa, habitat mawar laut yang berwarna merah, Pulau Sui yang terkenal dengan tebing dan jurang bawah lautnya yang menawan, serta Tanjung Toro Padang habitat Biawak Riung (Varanus riungensis), yang oleh warga setempat disebut “Mbou.” Sayang, waktu yang kami miliki sangat terbatas sehingga kami hanya bisa menjelajah empat pulau di Taman Laut 17 Pulau Riung. Ketika perahu bergerak meninggalkan Pulau Tiga, dalam hati saya berjanji, suatu hari nanti saya akan kembali ke Riung untuk menjelajahi semua pulau di Taman Laut 17 Pulau Riung.

Getting There
Untuk mencapai Taman Laut 17 Pulau Riung, Anda harus terbang menuju Denpasar atau Kupang. Dari Denpasar/Kupang, lanjutkan perjalanan dengan pesawat menuju kota terdekat dengan Taman Laut 17 Pulau Riung, yaitu Bajawa atau Ende. Harap Anda perhatikan bahwa pesawat dari Denpasar/Kupang ke Bajawa/Ende tidak tersedia tiap hari, melainkan hanya beberapa kali seminggu. Untuk memastikan jadwalnya, coba hubungi maskapai yang melayani penerbangan ke dua kota tersebut, yaitu Lion Air (www.lionair.co.id), Merpati Air (www.merpati.co.id) dan Trans Nusa (www.transnusa.co.id). Dari Bajawa atau Ende, Anda tinggal melanjutkan perjalanan darat baik dengan kendaraan umum maupun menyewa mobil. Dari Bajawa ke Riung jaraknya sekitar 95 km atau sekitar tiga jam berkendara sedangkan dari Ende sekitar empat jam berkendara. Kendaraan umum dari Bajawa ke Riung hanya tersedia sekali sehari, di pagi hari sedangkan dari Ende tidak ada kendaraan umum yang langsung ke Riung. Jadi, sebaiknya Anda menyewa mobil dari Bajawa atau Ende agar lebih nyaman dan hemat waktu.

Getting Around
Untuk mengunjungi pulau-pulau di Taman Laut 17 Pulau Riung, Anda harus menyewa perahu dari nelayan setempat. Besarnya biaya sewa perahu tergantung dari berapa pulau yang ingin Anda kunjungi dan berapa lama kunjungan Anda. Untuk berkeliling Taman Laut 17 Pulau Riung selama lima sampai enam jam, biaya sewa perahu sekitar Rp 250.000,00 - Rp 400.000,00 tergantung kepiawaian Anda menawar. Pastikan Anda mendapatklan perahu sehari sebelum keberangkatan, mengingat waktu terbaik untuk menjelajahi Taman Laut 17 Pulau Riung adalah sekitar jam 06.00 pagi.

Where to Stay
Karena semakin banyak turis yang berkunjung ke Taman Laut 17 Pulau Riung, saat ini di Riung sudah tersedia hotel dan homestay walaupun sangat sederhana. Semua hotel dan bangunan di Riung, seperti bangunan lainnya di Pulau Flores, beratapkan seng. Sebagian besar hotel di Riung tanpa dilengkapi kipas angin atau pendingin ruangan karena listrik di sana hanya menyala di malam hari, dari pukul 18.00 - 06.00 WITA. Berikut ini tiga hotel terbaik di Riung yang memiliki fasilitas kipas angin dan pendingin ruangan.

Hotel Bintang Wisata
Jl. Taman Wisata Alam (TWA) 17 Pulau, Desa Nangamese, Riung.

Nirvana Bungalow
Jl. Taman Wisata Alam (TWA) 17 Pulau, Desa Nangamese, Riung.

Pondok SVD
Jl. Taman Wisata Alam (TWA) 17 Pulau, Desa Nangamese, Riung.

Tips Berkunjung ke Taman Laut 17 Pulau Riung
• Anda bisa mengunjungi Taman Laut 17 Pulau Riung kapanpun Anda mau, tetapi waktu terbaik untuk berkunjung ke Taman Laut 17 Pulau Riung adalah pada saat musim kemarau (April - Oktober), di mana saat itu laut tenang dan tidak ada ombak.
• Cara terbaik untuk menikmati keindahan Taman Laut 17 Pulau Riung adalah dengan snorkeling dan menyelam (diving). Beberapa hotel di Riung menyediakan peralatan snorkeling yang bisa Anda sewa, namun sampai saat ini belum ada hotel atau tempat lain yang menyediakan penyewaan peralatan menyelam. Jadi, Anda harus membawa peralatan menyelam sendiri bila ingin menyelam di Taman Laut 17 Pulau Riung.
• Ketika berkunjung ke Riung, siapkan busana yang tipis dan bisa menyerap keringat (berbahan katun) karena suhu udara di Riung sangat panas dan semua hotel di sana beratapkan seng sehingga membuat suhu udara semakin panas.
• Jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman secukupnya. Di Riung belum tersedia restoran atau kafe yang layak untuk turis kecuali di hotel yang bagus. Di Riung hanya ada beberapa warung makan sederhana dengan pilihan menu yang terbatas.
• Listrik di Riung hanya dinyalakan pada pukul 18.00 - 06.00 WITA. Jadi, jangan lupa untuk mengisi ulang (charge) baterai ponsel dan kamera Anda pada jam-jam tersebut.
• Bagi Anda pengguna Telkomsel, Anda masih bisa menggunakan telepon seluler di Riung. Namun, bagi pengguna provider telepon seluler lainnya, tidak ada sinyal sama sekali. (edyra)***

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Read Comments

0 Response to "TAMAN LAUT 17 PULAU RIUNG, SURGA BAWAH LAUT YANG BELUM TERJAMAH"

Post a Comment