PULAU GEDE YANG TAK GEDE LAGI
Posted in
Labels:
Keliling Indonesia
|
at
11:11
Pulau Gede terletak di lepas pantai Desa Tasikharjo, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jaraknya hanya sekitar 5 km dari bibir pantai Desa Tasikharjo dan bisa ditempuh dalam waktu tiga puluh menit berperahu. Ada dua tempat untuk mengakses pulau ini, yaitu dari Pantai Dampo Awang (Pantai Kartini) atau dari Pantai Tasikharjo. Dari Pantai Dampo Awang, perjalanan menuju Pulau Gede memakan waktu sekitar satu jam, sedangkan dari Pantai Tasikharjo hanya perlu waktu setengah jam.
Pulau Gede kini luasnya hanya tinggal 1 hektar
Impian saya untuk mengunjungi Pulau Gede, baru terlaksana pada hari Sabtu, 5 November 2011 kemarin. Bersama seorang teman (Doel), saya mengunjungi pulau mungil tak berpenghuni ini. Dari tempat tinggal saya di Pati, Jawa Tengah butuh waktu satu jam untuk mencapai Desa Tasikharjo. Selanjutnya, saya men-charter perahu nelayan setempat (Pak Rudi) untuk mencapai Pulau Gede.
Ternyata, butuh usaha dan perjuangan untuk mencapai Pulau Gede. Memang perjalanan berperahu ke Pulau Gede hanya memakan waktu 25 menit. Namun, kami harus bersusah-susah dulu untuk bisa naik perahu. Karena saat itu laut sedang surut, perahu kandas dan tak bisa merapat ke bibir pantai. Mau tak mau, kami harus berjalan kaki lumayan jauh untuk mencapai perahu. Kalau jalannya di laut/pantai berpasir sih, tak masalah. Sialnya, laut di sekitar Desa Tasikharjo berlumpur pekat dengan kedalaman sampai sebatas mata kaki sehingga membuat susah berjalan. Untuk mencapai perahu, benar-benar perlu tenaga ekstra. Untungnya, kami dihibur pemandangan puluhan ubur-ubur dalam perjalanan berperahu menuju Pulau Gede. Di kanan kiri perahu kami berseliweran puluhan (bahkan ratusan) ubur-ubur aneka jenis, bentuk, dan warna. Terus terang, baru kali ini saya melihat ubur-ubur sebanyak ini. Meski sering diving dan snorkeling, saya belum pernah melihat lautan ubur-ubur seperti di dekat Pulau Gede. Namun, Pak Rudi Sang Nahkoda, tidak menghentikan perahunya. Dia berjanji akan menghentikan perahunya sejenak untuk melihat ubur-ubur dari dekat, nanti sekembalinya dari Pulau Gede.
Pepohonan di Pulau Gede
Begitu perahu merapat di Pulau Gede, hal pertama yang kami lakukan adalah keliling pulau. Saya ingin mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi keseluruhan Pulau Gede. Ternyata tak butuh waktu lama. Dalam waktu sepuluh menit saja, saya sudah berhasil mengelilingi seluruh sudut Pulau Gede. Saya sedih melihat Pulau Gede yang wilayahnya semakin menyempit. Di beberapa bagian pulau, saya melihat tanah terkikis abrasi dan pohon-pohon tumbang. Abrasi hebat memang telah dan terus melanda pulau ini. Penyebabnya tak lain adalah ombak besar yang terus menghantam pulau ini. Selain itu, perubahan cuaca global dan tangan-tangan jahil yang mencuri terumbu karang di sekitar Pulau Gede juga memperparah abrasi. Saat ini, Pulau Gede memang masih ada, meski luasnya hanya tinggal sekitar 1 hektar. Namun, siapa yang bisa menjamin Pulau Gede akan bertahan selamanya. Bila pemerintah setempat tidak mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan pulau, saya yakin beberapa tahun ke depan Pulau Gede akan menghilang seperti pulau tetangganya (Pulau Marongan) yang sudah tenggelam beberapa bulan sebelumnya. Saya benar-benar sedih melihat kenyataan ini. Padahal, sembilan bulan lalu, tepatnya tanggal 13 Februari 2011, saya masih bisa melihat keberadaan Pulau Marongan. Kini, 5 November 2011, pulau tersebut sudah tenggelam. Saya benar-benar tidak menyangka Pulau Marongan akan lenyap secepat ini. Saya tidak tahu sampai kapan Pulau Gede akan bertahan.
Terumbu karang di Pulau Gede
Selesai keliling pulau, saya segera snorkeling di pantai selatan Pulau Gede. Tujuan utama saya mengunjungi Pulau Gede memang untuk snorkeling. Menurut informasi yang saya dapat dari internet, Pulau Gede memiliki terumbu karang yang cukup bagus. Kenyataannya, saya melihat banyak karang rusak dan mati di sana-sini. Hanya di beberapa tempat terumbu karang Pulau Gede masih dalam kondisi cukup bagus. Itu pun jenisnya hanya sedikit. Sebagian besar hanya berupa karang keras (hard coral) jenis Acropora. Karang Meja juga cukup banyak. Karang lunak (soft coral)-nya hanya beberapa jenis dan sangat sedikit. Ikan dan biota laut lainnya juga sangat sedikit jenis dan jumlahnya. Cuaca yang mendung (tanpa ada sinar matahari) dan laut yang agak keruh membuat jarak pandang hanya beberapa meter saja. Alhasil, sangat susah memotret panorama bawah laut (underwater) Pulau Gede.
Karena cuaca tetap mendung, saya menyudahi acara snorkeling. Pak Rudi juga sudah mengajak kembali ke darat (Pulau Jawa). Perlahan-lahan perahu bergerak meninggalkan Pulau Gede. Mendekati Pantai Desa Tasikharjo, kami disambut puluhan ubur-ubur lagi. Pak Rudi pun menepati janjinya untuk menghentikan perahunya sejenak dan memberi kesempatan kepada kami melihat ubur-ubur dari dekat. Bahkan, Pak Rudi menangkap beberapa jenis ubur-ubur untuk kami. Selama ini, saya mengira semua jenis ubur-ubur itu menyengat. Ternyata, pikiran saya salah. Tidak semua ubur-ubur itu menyengat dan bikin gatal (panas). Pak Rudi menunjukan beberapa jenis ubur-ubur yang tidak menyengat. Kami pun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memegang dan berfoto bersama ubur-ubur. Kapan lagi bisa memegang ubur-ubur yang tak menyengat.
Puas bermain-main dengan ubur-ubur, perahu pun menepi ke Pantai Desa Tasikharjo. Selesai sudah petualangan di Pulau Gede. Entah sampai kapan Pulau Gede akan bertahan dari gempuran ombak ganas Laut Jawa. Saya berharap, semoga pemerintah daerah Rembang secepatnya bertindak untuk menyelamatkan Pulau Gede, agar pulau ini eksis selamanya. Semoga!!! (edyra)***
Subscribe to:
Posts (Atom)