KLENTENG DI BALI
Posted in
Labels:
Sisi Lain Bali
|
at
15:47
Indahnya Klenteng Seng Hong Bio, Singaraja
Walaupun saya bukan penganut ajaran Tri Darma, saya suka melihat klenteng karena bangunannya unik dan menarik. Dengan dominasi warna merah yang menurut Etnis Tionghoa melambangkan keberuntungan, klenteng biasanya tampak menonjol dibanding bangunan-bangunan di sekitarnya. Lampion, ornamen naga dan berbagai ukiran lainnya juga semakin memperindah penampilan klenteng sehingga fotogenik untuk dijadikan objek foto.
Bali yang penduduknya mayoritas beragama Hindu memiliki beberapa klenteng yang tersebar di berbagai sudut pulau. Berikut beberapa klenteng di Bali yang sempat saya kunjungi.
Area Denpasar
Klenteng Cao Fuk Miao
Jl. Kargo Permai II No. 9, Denpasar
Klenteng Kwan Kong Bio
Jl. Gatot Subroto IV, Blok XI Ujung , Denpasar
Klenteng Ling Sii Miao (Griya Kongco Dwipayana)
Jl. By Pass Ngurah Rai, Belakang BPPT (Samping Waduk Muara Nusa Dua), Tanah Kilap, Denpasar
Vihara Satya Dharma
Jl. Raya Pelabuhan Benoa No. 108, Denpasar
Kabupaten Badung
Klenteng Caow Eng Bio
Jl. Segara Ening, Tanjung Benoa, Badung
Klenteng Leeng Gwan Bio (Vihara Dharmayana)
Jl. Blambangan, Kuta
Kabupaten Buleleng
Klenteng Ling Gwan Kiong
Jl. Erlangga No. 65, Singaraja
Klenteng Seng Hong Bio
Jl. Pulau Flores, Kampung Baru, Singaraja
Klenteng Su San Yee
Jl. Gajah Mada, Singaraja
Kabupaten Gianyar
Klenteng Ong Ya Khong
Jl. Raya Batuan, Sukawati, Gianyar
Vihara Amurva Bhumi
Jl. Gajah Mada No.1, Blahbatuh, Gianyar
Kabupaten Klungkung
Klenteng Zhong Yi Miao (Vihara Dharma Ratna)
Jl. Ngurah Rai I, Semarapura (Klungkung)
Kabupaten Tabanan
Klenteng Kong Co Bio (Vihara Dharma Cattra)
Jl. Melati No. 18, Tabanan
GOA GONG, MELODI INDAH DARI PACITAN
Posted in
Labels:
East Java
|
at
16:43
Mengagumi keindahan stalaktit di Goa Gong
Goa Gong berada di perbukitan
kapur yang terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, sekitar 30 kilometer dari pusat
Kota Pacitan atau sekitar 45 menit berkendara. Goa ini ditemukan oleh Mbah
Noyosemito dan Mbah Joyorejo pada 1924 tetapi baru dibuka untuk umum pada tahun
1995. Jalan menuju Goa Gong cukup bagus dan mulus. Namun, jalan akan semakin sempit
dan berkelok-kelok mendekati lokasi goa sehingga memerlukan keahlian dan
kewaspadaan tinggi bagi pengendara kendaraan bermotor.
Saya dan teman memulai perjalanan
ke Goa Gong dari Kota Solo, Jawa Tengah dengan rute Solo - Sukoharjo - Wonogiri
- Baturetno - Donorojo - Goa Gong. Kami mengendarai sepeda motor untuk mencapai
Goa Gong, agar hemat waktu dan biaya. Selain itu, kami juga berencana menjelajah
sejumlah tempat menarik lainnya di Pacitan setelah mengunjungi Goa Gong.
Jalan paving menuju Goa Gong
Perjalanan dari Solo ke Goa Gong
memakan waktu sekitar tiga jam. Itu pun sempat berhenti dua kali untuk berteduh
karena di tengah jalan kami dihadang hujan deras dan kami tidak membawa jas
hujan. Kami segera membeli tiket masuk seharga Rp 5.000,00 per orang, begitu
sampai di tempata parkir. Selanjutnya, kami harus berjalan kaki sekitar 150
meter melewati deretan warung penjual makanan dan souvenir untuk mencapai goa.
Pintu masuk Goa Gong
Medan yang berat dan melelahkan seolah
sirna begitu kami memasuki Goa Gong. Kami disambut panorama menakjubkan stalaktit
dan stalakmit yang menghiasi hampir seluruh lantai, dinding, dan langit-langit
goa. Saya benar-benar terpana melihat stalaktit dan stalakmit sebanyak ini, sambung-menyambung
dari satu sudut ke sudut lain menghiasi seluruh interior goa. Apalagi bentuk
dan warna sangat beragam. Ada yang coklat, krem, dan jingga. Bentuknya juga sangat
unik. Ada yang berbentuk bunga, ubur-ubur, usus hingga otak manusia. Disinari lampu
warna-warni, stalaktit dan stalakmit tersebut tampak semakin menawan. Kami tak
henti-hentinya berdecak kagum melihat kedahsyatan Goa Gong. Tak salah kalau Goa
Gong dinobatkan sebagai goa terindah di Asia Tenggara.
Stalaktit yang menakjubkan di dalam Goa Gong
Goa Gong yang memiliki tujuh
ruang dan lima sendang itu sudah dirancang untuk dapat dimasuki siapa saja
tanpa membawa peralatan khusus. Ruang pertama disebut Ruang Sendang Bidadari, karena
di ruangan ini terdapat sendang kecil dengan air yang dingin dan bersih. Di
sebelahnya adalah Ruang Bidadari, di mana menurut cerita yang beredar di kalangan penduduk setempat di ruangan
ini kadang melintas bayangan seorang wanita yang cantik. Ruang tiga dan empat
adalah ruang kristal dan marmer. Di ruangan ini tersimpan batu kristal dan
marmer di sebelah atas dan di samping goa dengan kualitas yang sangat bagus. Ruang
lima adalah ruangan yang paling
luas. Di tempat ini pernah dijadikan konser musik empat negara, yaitu,
Indonesia, Swiss, Inggris, dan Perancis dalam kerangka mempromosikan keberadaan
Goa Gong ke mancanegara. Ruang enam adalah ruang pertapaan dan terakhir ruang
tujuh adalah ruang batu gong, di mana batu-batu tersebut akan mengeluarkan
suara seperti gong bila dipukul.
Berbagai bentuk stalaktit dan stalakmit yang unik di dalam Goa Gong
Lima sendang yang ada di dalam
Goa Gong adalah Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo,
Sendang Kamulyan, dan Sendang Relung Nisto. Kelima sendang tersebut dipercaya
penduduk setempat memiliki kekuatan magis, dapat menyembuhkan berbagai macam
penyakit.
Untuk menjelajah goa seluas 256
meter persegi ini, Anda tak perlu khawatir akan tersesat karena di dalam goa
sudah dibuat jalur penjelajahan yang dibuat memutar sehingga Anda dapat
mengakhiri perjalanannya di titik keberangkatan. Asyiknya lagi, jalur tersebut
juga sudah dilengkapi pagar besi dan lampu di beberapa tempat. Namun, Anda perlu
hati-hati karena jalur tersebut naik turun mengikuti kontur tanah di dalam goa
dan di beberapa tempat sangat sempit dengan stalaktit yang menggantung tepat di
atasnya. Udara di dalam goa juga tidak pengap karena sudah dilengkapi beberapa
kipas angin yang cukup besar. (edyra)***
ISLAND HOPPING IN SOUTH EAST LOMBOK
Posted in
Labels:
Lovely Lombok
|
at
12:32
Menyusuri Pantai Gili Maringkik yang sangat unik
Saya langsung membayangkan, betapa serunya
menjelajah gili-gili tersebut. berpindah dari satu gili ke gili lainnya,
menjamah pantai perawannya, dan mencumbui biru lautnya. Maklum, saya adalah
pecinta berat wisata ke pulau-pulau kecil, terutama yang masih sepi dan
tersembunyi. Dan selama ini, sebagian besar gili di Lombok sudah saya jelajahi.
Makanya saya bahagia tak terkira menemukan pulau-pulau mini tersebut.
Segera saja saya menghubungi teman-teman yang asli
Lombok untuk menanyakan keberadaan Gili Maringkik dan Gili Bembek. Terutama, dermaga/pelabuhan
untuk menyeberang ke sana. Sayangnya, sebagian besar dari mereka tidak
mengetahui keberadaan gili-gili tersebut. Waduh! Orang Lombok saja tidak tahu,
bagaimana saya bisa menemukannya?
Syukurlah saya menemukan titik terang setelah saya
mendata ulang teman-teman di Facebook. Saya menemukan seorang teman yang asli
Lombok Timur. Saya yakin, pasti dia tahu Gili Maringkik dan Gili Bembek,
setidaknya pernah mendengarnya. Dengan semangat 45, saya pun menghubungi teman
yang asli Lombok Timur tersebut. Kabar gembiranya, dia bukan hanya tahu, tetapi
malah pernah berkunjung ke Gili Maringkik. Untuk menyeberang ke Gili Maringkik
dan Gili Bembek, kita bisa menyeberang dari Tanjung Luar, desa terdekat dengan
kedua gili tersebut. Saya meminta dia untuk menemani saya mengunjungi gili-gili
tersebut, tapi sayangnya dia tidak bisa karena sedang berada di luar kota.
Karena saya sudah penasaran berat, saya pun nekad mengunjungi Gili Maringkik
dan Gili Bembeq tanpa kawalan teman tersebut.
Di penghujung tahun 2012 yang hujan hampir setiap
hari, saya berangkat ke Lombok bersama teman untuk mengunjungi Gili Maringkik
dan Gili Bembek. Karena tinggal di Bali, kami pergi ke Lombok mengendarai sepeda motor, dan menyeberangi Selat Lombok
dengan ferry. Kami sengaja memilih ferry
yang berangkat dari Pelabuhan Padang Bay tengah malam agar tiba di Pelabuhan
Lembar, Lombok pagi hari. Selanjutnya, dari Pelabuha Lembar, kami langsung
meluncur ke Tanjung Luar di Lombok Timur. Perjalanan dari Pelabuha Lembar ke
Tanjung Luar memakan waktu sekitar dua jam. Itu pun kami sempat berhenti
sebentar di Praya, Lombok Tengah untuk sarapan.
Tanjung Luar
Jalanan yang becek dan suasana pasar ikan yang hiruk
pikuk menyambut kedatangan kami di Tanjung Luar. Aroma amis ikan tercium di
mana-mana, membuat saya harus menahan nafas. Nampak lalu lalang para pembeli dan nelayan
yang menggotong ikan, yang semakin menambah semarak suasana Pasar Ikan Tanjung
Luar. Meski tertarik ingin melihat suasana pasar, saya tidak mampir dulu. Saya ingat
tujuan saya semula, mencari perahu ke Gili Maringkik.
Perahu nelayan di Dermaga Tanjung Luar
Setelah memarkir kendaraan di dekat sebuah warung,
saya segera berjalan menuju dermaga kecil yang berada di sebelah timur pasar.
Sebagai informasi, di Tanjung Luar terdapat dua buah dermaga. Di sebelah barat
pasar ikan terdapat dermaga utama untuk perahu-perahu besar dan di sebelah
timur pasar ikan terdapat dermaga kecil untuk sampan penduduk sekitar, terutama
untuk penduduk dari gili-gili yang berada di Teluk Kecibing, tak jauh dari
Tanjung Luar.
Saya mendatangi seorang nelayan yang sedang
duduk-duduk santai di atas perahunya untuk menanyakan perahu yang akan
berangkat ke Gili Maringkik. Tak disangka, ternyata nelayan tersebut adalah Warga
Gili Maringkik. Dia sedang menjual ikan hasil tangkapannya di Pasar Ikan
Tanjung Luar sekalian mengantar istrinya belanja kebutuhan sehari-hari. Dia
akan kembali ke Gili Maringkik jam 10.00. Dia bersedia mengantar saya keliling
Gili Maringkik dan gili-gili lainnya setelah istrinya selesai belanja. Karena
saya ingin berangkat pagi-pagi, oleh Pak Nelayan tersebut, saya dikenalkan ke Pak
Saidi, temannya yang juga berasal dari Gili Maringkik. Pak Saidi juga sedang
menunggu istrinya yang belanja di pasar dan akan kembali ke Gili Maringkik jam
08.00.
Saya mengutarakan niat saya untuk mengunjungi ke
Gili Maringkik dan gili-gili lainnya di Teluk Kecibing, dengan menumpang
perahunya. Pak Saidi menyarankan saya untuk menyewa perahunya saja karena sulit
untuk mencari perahu yang kembali ke Tanjung Luar di siang/sore hari. Beliau akan
mengantar saya dan teman menjelajahi gili-gili di kawasan Teluk Kecibing sampai
siang hari. Pasalnya di sore hari, biasanya gelombang cukup tinggi di kawasan
tersebut. setelah terjadi kesepakatan harga, saya pun menerima tawaran Pak Saidi.
Sambil menunggu perahu yang akan berangkat ke Gili
Maringkik, saya jalan-jalan di sekitar dermaga dan Pasar Ikan Tanjung Luar. Di dekat
dermaga, saya melihat pada beberapa orang nelayan yang sedang menurunkan ikan
dari perahu. Dari kejauhan, ikan yang
dibawa para nelayan tersebut, terlihat seperti hiu. Untuk memastikan apakah benar
hiu, saya mendekatinya. Dan ternyata memang benar hiu. Tanjung Luar memang penghasil
hiu terbesar di Lombok. Dari informasi nelayan setempat, setiap bulannya rata-rata
terjadi penjualan hiu 500 ekor di Tanjung Luar. Hiu-hiu tersebut kebanyakan
untuk diekspor ke Jepang dan Taiwan yang harganya mencapai jutaan rupiah.
Ikan segede gaban di Pasar Ikan Tanjung Luar
Dari dermaga, saya berjalan menuju Pasar Ikan
Tanjung Luar. Suasan lebih semarak di pasar. Aneka macam ikan dan hewan-hewan laut
lainnya, yang biasanya hanya bisa saya lihat di televise, bisa saya lihat
secara langsung. Mulai dari ikan pari, tuna, tongkol, cakalang, kepiting hingga
cumi-cumi. Semua dalam keadaan segar karena baru turun dari perahu nelayan. Saya
menemukan banyak objek foto yang menarik di pasar tersebut. Salah satu yang menyita
perhatian saya adalah ikan yang besarnya seukuran orang dewasa. Luar biasa! Tanjung
Luar memang surganya ikan dan hasil laut.
Jam 08.10 Pak Saidi mengajak saya dan teman untuk
naik ke perahu. Selain saya dan teman, ada lima orang ibu-ibu (salah satunya
adalah istri Pak Saidi) dan seorang gadis kecil yang naik perahu tersebut. Mereka
semua adalah Warga Gili Maringkik yang selesai belanja barang kebutuhan
sehari-hari di Pasar Tanjung Luar.
Perjalanan ke Gili Maringkik sangat menyenangkan.
Laut tenang tanpa gelombang dan cuaca cerah dengan langit biru. Nampak pulau-pulau
kecil dan bagan-bagan nelayan yang bertebaran di kanan-kiri kami. Saya benar-benar
bersyukur bisa menikmati cuaca cerah dan pemandangan indah di Teluk Kecibing. Maklum,
hari-hari sebelumnya hujan turun hampir setiap hari di Bali. Jadi, sudah lama
saya merindukan langit biru tanpa awan kelabu.
Mendekati Gili Maringkik, laut menjadi dangkal. Mungkin
kedalaman lautnya hanya sebetis orang dewasa. Pak Saidi mengarahkan haluan
perahu menuju sisi laut yang lebih dalam agar perahu tidak kandas. Dari situ,
sudah kelihatan pantai andalan Gili Maringkik yang menjorok ke tengah laut,
seperti yang saya liat di Google Map.
Saya semakin tak sabar untuk segera menginjakkan kaki di Gili Maringkik.
Gili Maringkik
Tak sampai setengah jam, perahu segera merapat di
dermaga Gili Maringkik. Saya dan teman segera meloncat turun dari perahu. Lucunya,
saat kami akan beranjak dari dermaga, ada ibu-ibu yang tadi bareng satu perahu,
minta difoto. Saya pun menuruti permintaan mereka. Mereka nampak gembira ketika
saya tunjukkan hasil foto di layar LCD kamera.
Gili Maringkik
Petualangan di Gili Maringkik saya awali di pantai
unik yang berada tak jauh dari dermaga. Pantai inilah yang membuat saya
penasaran setengah mati untuk mengunjungi Gili Maringkik. Pantai di Gili
Maringkik bentuknya sangat unik. Kalau
kebanyakan pantai biasanya berbentuk memanjang atau melengkung di pinggir
pulau, pantai di Gili Maringkik bentuknya memanjang dan melengkung (mirip bulan
sabit) dari pinggir pulau hingga ke tengah laut dan mengarah ke pulau tetangga
(Gili Bembek). Bahkan ketika laut sedang benar-benar surut, pantai tersebut nyambung
dengan daratan Gili Bembek, sehingga menyatukan Gili Bembek dan Gili Maringkik.
Jarang-jarang kan, ada pantai seperti ini. Setahu saya, di Indonesia hanya ada
tiga pantai berbentuk seperti ini, yaitu : Pantai Ngurtafur di Pulau Warbal, Maluku
Tenggara, Pantai Gili Maringkik, dan Pantai Gili Bembek.Menariknya lagi, air
laut di sekitar pantai unik tersebut sangat jernih dan berwarna hijau toska.
Benar-benar membuat saya takjub dan tak bisa berkata-kata. Tanpa hentinya jari
telunjuk saya menekan rana kamera untuk mengabadikan panorama surgawi di
hadapan saya.
Pantai unik di Gili Maringkik
Puas memotret pantai bulan sabit, saya berniat menjelajah
daratan Gili Maringkik. Saya berjalan menyusuri lorong-lorong sempit di antara
rumah-rumah penduduk yang sangat padat. Gili Maringkik termasuk salah satu
pulau terpadat di Indonesia. Dengan luas sekitar 25 hektar, Gili Maringkik didiami
sekitar 675 kepala keluarga yang sebagaian besar berprofesi sebagai nelayan. Selain
itu, mereka juga memelihara kambing untuk penghasilan tambahan. Rumah-rumah di Gili
Maringkik kebanyakan berbentuk rumah panggung dan saling berhimpitan satu-sama
lain. Fasilitas di pulau ini tergolong lengkap, meski sederhana. Di Gili
Maringkik terdapat kantor kepala desa, masjid dan sekolah (SD dan SMP). Jalan
di pulau berupa lorong-lorong sempit yang berkelok-kelok di antara rumah-rumah
penduduk. Sebagian sudah di-paving
dan sebagian lagi masih berupa jalan tanah.
Rumah-rumah penduduk di Gili Maringkik
Menyusuri lorong-lorong sempit, tak terasa saya
tiba di pantai yang berada di balik pulau. Saya disambut gerombolan anak-anak
kecil yang sedang mandi dengan gembira di laut. Tak tahan melihat air laut yang
hijau kebiruan, saya pun nyebur ke laut, bergabung bersama anak-anak Gili
Maringkik. Meski cuaca sangat terik, saya tak mempedulikannya. Sayang sekali sudah
berkunjung jauh-jauh ke Gili Maringkik, tapi tidak menikmati keindahan
pantainya.
Pantai di belakang Gili Maringkik
Gili Bembek
Selesai mencumbui lautan Gili Maringkik, saya kembali ke dermaga. Pak Saidi sudah menunggu saya di dekat dermaga, ketika saya tiba. Kami segera melanjutkan petualangan ke gili-gili lain di kawasan Teluk Kecibing. Kali ini kami menuju Gili Bembek yang berada tak jauh dari Gili Maringkik. Pulau ini sering disebut juga Pulau Kambing karena dulunya sering dimanfaatkan untuk menggembalakan kambing oleh warga pulau sekitar. Pulau yang luasnya hanya 1 hektar ini dihuni oleh sepasang suami istri yang tak lain adalah saudaranya Pak Saidi. Gili Bembek dikelilingi tiga pulau, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah barat, dan Gili Bembek Kodek (Pulau Kambing Kecil) di sebelah selatan. Gili Bembek akan menyatu dengan Gili Maringkik dan Gili Bembek Kodek pada saat surut. Ini terjadi karena Gili Bembek memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke pulau-pulau lainnya seperti pantai di Gili Maringkik.
Selesai mencumbui lautan Gili Maringkik, saya kembali ke dermaga. Pak Saidi sudah menunggu saya di dekat dermaga, ketika saya tiba. Kami segera melanjutkan petualangan ke gili-gili lain di kawasan Teluk Kecibing. Kali ini kami menuju Gili Bembek yang berada tak jauh dari Gili Maringkik. Pulau ini sering disebut juga Pulau Kambing karena dulunya sering dimanfaatkan untuk menggembalakan kambing oleh warga pulau sekitar. Pulau yang luasnya hanya 1 hektar ini dihuni oleh sepasang suami istri yang tak lain adalah saudaranya Pak Saidi. Gili Bembek dikelilingi tiga pulau, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah barat, dan Gili Bembek Kodek (Pulau Kambing Kecil) di sebelah selatan. Gili Bembek akan menyatu dengan Gili Maringkik dan Gili Bembek Kodek pada saat surut. Ini terjadi karena Gili Bembek memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke pulau-pulau lainnya seperti pantai di Gili Maringkik.
Menuju Gili Kuri
Gili Kuri
Dari Gili Bembek, kami menuju Gili Kuri yang berada
di sebelah baratnya. Pulau mungil ini tak berpenghuni dan hanya dimanfaatkan
warga pulau-pulau sekitar untuk memancing. Saat kami tiba di sana, tak ada
seorang pun pengunjung lain selain kami bertiga. Jadi, serasa berada di pulau
pribadi. Sayangnya Gili Kuri tak memiliki pantai, karena pinggiran pulaunya
berupa tebing-tebing karang yang cukup tinggi. Jadi, kami tak berlama-lam di
pulau ini.
Gili Kuri
Gili Ree
Pulau terakhir yang kami kunjungi adalah Gili Ree.
Pulau ini letaknya cukup jauh dari ketiga pulau pertama tapi lebih dekat ke
daratan Pulau Lombok. Tetangga dekat Gili Ree adalah Gili Belek yang berada di
sebelah baratnya.
Gili Ree
Sekelompok pemancing menyambut kedatangan kami di dermaga
Gili Ree. Mereka berbaris rapi di sepanjang dermaga dengan kail masing-masing.
Beberapa dari mereka, kailnya sudah berhasil menangkap ikan. Gila! Di sekitar dermaga
saja, ikan sudah banyak, apalagi di tengah laut. Pastinya ikannya pasti jauh
lebih melimpah.
Gili Ree merupakan pulau mungil yang padat
penduduk. Saking padatnya, hamper tak ada tanah lapang di Gili Ree. Rmah-rumah
penduduk juga saling berhimpitan satu sama lain. Daratan Gili Ree terdiri dari
tanah kapur, batu karang, pantai berpasir kasar dan tebing berbatu dengan
tutupan vegetasi hanya sekitar 10%. Di Gili Ree tidak terdapat sumber air
tawar, sehingga kebutuhan air tawar harus didatangkan dari daratan Pulau Lombok
melalui pipa di dasar laut.
Kunjungan ke Gili Ree, mengakhiri acara perburuan
pulau-pulau kecil di Teluk Kecibing, Lombok Timur. Dalam waktu sekitar empat jam, kami berhasil
mengunjungi empat pulau cantik dengan keunikan masing-masing. Sebenarnya masih
ada beberapa pulau yang belum sempat kami sambangi. Namun, kami harus segera
kembali ke Tanjung Luar karena takut ombak akan semakin besar di sore hari. Saya
berjanji, suatu hari nanti akan kembali mengunjungi gili-gili unik ini. (edyra)***
BEAUTIFUL "GILIS" AROUND LOMBOK
Posted in
Labels:
Lovely Lombok
|
at
10:03
Jalan-jalan di Pantai Gili Maringkik yang unik
Saya punya obsesi mengunjungi semua gili di sekitar Lombok suatu hari nanti agar bisa melihat berbagai keunikan di gili-gili tersebut. Sampai dengan 1 Januari 2013 ini, saya bersyukur bisa menjejakkan kaki di 18 gili yang ada di sekitar Pulau Lombok. Berikut gili-gili cantik nan unik di sekitar Lombok yang berhasil saya kunjungi.
Dermaga Gili Trawangan di kala sunrise
1. Gili Trawangan (2003)
Gili yang paling ngetop di Lombok. Gili berpenduduk ini terletak di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, berdekatan dengan Gili Meno dan Gili Air. Saya mengunjungi Gili Trawangan pada tahun 2003 (saya lupa tanggal pastinya) bersama Mas Ade dan Mas Ponco (teman-teman dari KPP Mataram). Thanks a lot for Mas Ponco yang telah mengajak saya mengunjungi salah satu pulau terindah di dunia ini.
Naik sepeda motor ke Gili Imut
2. Gili “Imut” Genting (9 Februari 2004)
Gili Genting terletak di Desa Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Saya mengunjungi pulau ini bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram, yang biasa jalan bareng keliling Lombok tiap akhir pekan. Karena bentuknya unik mirip penyu, oleh masyarakat sekitar sering disebut Gili Penyu. Namun, saya lebih suka menyebutnya “Gili Imut” karena ukurannya memang imut-imut. Teman-teman pun tak ada yang protes dengan julukan yang saya berikan sehingga di antara kami Gili Genting lebih terkenal dengan sebutan Gili Imut. Ini merupakan salah satu gili favorit saya di Lombok, yang tidak pernah bosan saya kunjungi meski berkali-kali. Sampa saat ini, setidaknya sudah lima kali saya menyambangi Gili Imut, tiga kali di antaranya saya berhasil menjejakkan kai di sana. Keunikan Gili Imut adalah letaknya yang sangat dekat dengan daratan Pulau Lombok dan adanya tanjung berbentuk lidah di dekatnya, yang disebut Tanjung Elaq-Elaq oleh penduduk setempat. Bahkan pada saat surut, pulau ini menyatu dengan Pulau Lombok. Saat pasang pun, tinggi air laut di selat yang memisahkan Gili Imut dengan Pulau Lombok hanya mencapai selutut orang dewasa. Sehingga kita tak perlu bersusah-susah naik perahu/sampan untuk menyeberang ke gili ini. Cukup berjalan kaki beberapa menit, kita bisa menjejakkan keki di Gili Imut. Bahkan, saya pernah menaiki sepeda motor hingga pulau ini.
Main pasir di Gili Air
3. Gili Air (19 Desember 2004)
Gili Air berada di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, tetanggan dengan Gili Meno dan Gili Trawangan yang sama-sama terkenal akan keindahan alam bawah lautnya. Saya mengunjungi Gili Air bersama teman dekat (Imas) di akhir tahun 2004.
Bersama teman-teman di "pedalaman" Gili Nanggu
4. Gili Nanggu (4 Juli 2004)
Dua kali saya mengunjungi Gili Nanggu. Yang pertama bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram, pada tahun 2004. Saya lupa tanggal pastinya, yang pasti tahun 2004. Yang kedua bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram juga (khusus cowok), pada tanggal 4 Juli 2004. Pulau yang terletak di Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat ini berukuran cukup kecil dan tak berpenghuni. Di pulau ini terdapat sebuah hotel, yaitu Gili Nanggu Resort.
Gili Tikus
5. Gili Tikus (11 Maret 2005)
Saya mengetahui pulau mungil ini secara tak sengaja. Saat masih tinggal di Lombok, ada seorang teman yang asli Lombok Timur mengajak jalan-jalan ke tempat saudaranya di daerah Serewe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Ternyata di Serewe ada pantai berpasir putih yang cantik dan masih sangat sepi. Ada juga pulau kecil tak jauh dari Pantai Serewe, namanya Gili Tikus. Pulau ini dinamakan Gili Tikus karena dulu banyak ditemukan sarang tikus di sana. Gili Tikus termasuk pulau mini, luasnya hanya sebesar lapangan futsal sehingga bisa dikelilingi dalam waktu 10 menit saja. Uniknya, kita juga tak perlu naik sampan untuk menuju Gili Tikus karena selat yang memisahkan gili ini dengan Pulau Lombok sangat sempit dan dangkal. Cukup berjalan kaki sekitar 10 menit, kita akan sampai di Gili Tikus.
Pantai Gili Lawang yang banyak ditumbuhi mangrove
6. Gili Lawang (20 Agustus 2005)
Gili Lawang terletak di lepas pantai Lombok Timur, bertetangga dengan Gili Sulat. Secara administratif, gili ini berada di Desa Tekalok, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur. Saya mengunjungi Gili Lawang pada tanggal 20 Agustus 2005, kalau nggak salah setelah pengumuman ujian D IV STAN. Seperti biasa, saya menjelajah pulau ini ramai-ramai bersama teman-teman geng JJS KPP Mataram. Saking banyaknya peserta yang ikut ke Gili Lawang, speed boat yang kami sewa dari Desa Tekalok harus bolak-bolak dua kali karena tak muat bila diangkut sekali jalan. Pulau ini dikelilingi hutan bakau (mangrove) dan tak berpenghuni. Keistimewaan Gili Lawang adalah alam bawah lautnya yang spektakuler. Terumbu karangnya masih sangat rapat dan bermacam-macam jenisnya. Karang keras (hard coral) maupun karang lunak (soft coral) semuanya ada dan dalam kondisi sangat baik. Ikannya juga sangat banyak dan beraneka ragam. Cuma, kita harus berenang agak jauh ke tengah.
Gili Meno dilihat dari Gili Trawangan
7. Gili Meno (2 September 2005)
Meski berada di antara Gili Air dan Gili Trawangan, saya baru bisa menyambangi pulau ini pada tanggal 2 September 2005, menjelang kepindahan saya ke Jakarta. Saya mengunjungi Gili Meno bersama teman-teman satu seksi atas ajakan Bu Komang. Saya sangat berterima kasih kepada Bu Komang atas kebaikan hatinya mengajak kami jalan-jalan ke Gili Meno. Asyiknya lagi, kami menginap semalam di pulau ini, yaitu di Hotel Gazebo Gili Meno, salah satu hotel terbaik di Gili Meno saat itu. Alhasil, kami puas snorkeling, jalan-jalan keliling pulau hingga melihat sunset dan sunrise. Gili Meno merupakan pulau paling sepi di antara Trio Gili Trameno (Gili Trawangan, Meno Air), sangat cocok untuk bulan madu. Di pulau ini terdapat danau kecil (laguna) berair asin di bagian barat pulau dan Taman Burung Gili Meno (Gili Meno Bird Park) yang dimiliki oleh orang pribadi.
Ujung Betok
8. Ujung Betok (5 Mei 2012)
Saya mengetahui pulau ini dari sebuah foto di majalah penerbangan (inflight magazine) sebuah maskapai penerbangan nasional. Ujung Betok terletak di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Saya tertarik mengunjungi Ujung Betok karena pulau super imut ini sudah dihubungkan dengan jembatan dengan daratan Pulau Lombok. Uniknya lagi, meski ukurannya imut-imut (mungkin hanya seukuran lapangan bola voli), Ujung Betok ada penghuninya dan sangat padat.
9. Gili Sunut (9 Juni 2012)
Daratan pasir yang menghubungkan Gili Sunut dan daratan Pulau Lombok.
9. Gili Sunut (9 Juni 2012)
Gara-gara
membaca blog teman, saya tertarik mengunjungi Gili Sunut yang terletak di Desa
Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, tak jauh dari Pantai
Tangsi (Pink Beach) yang belakangan
mulai ngetop. Keunikan Gili Sunut adalah daratannya yang nyambung dengan Pulau
Lombok ketika laut sedang surut. Saat pasang pun, air laut di selat yang
memisahkannya dengan Pulau Lombok hanya setinggi lutut orang dewasa. Jadi kita
bisa berjalan kaki menuju pulau kecil berpenghuni ini. Kabar terakhir, Gili
Sunut akan dibangun menjadi sebuah pulau wisata (resort island) dan semua penghuninya akan dipindahkan ke Desa
Teranjah-Anjah, tak jauh dari pulau tersebut.
Gili Sudak
10. Gili Sudak (10 Juni 2012)
Gili Sudak merupakan anggota “Trio Gili
di Lombok Barat Daya,” bertetangga dengan Gili Nanggu, Gili Tangkong di sebelah
barat dan Gili Kedis di sebelah timur. Kalau turis kebanyakan mengunjungi Gili
Sudak dari Desa Tawun, Kecamatan Sekotong dengan menyewa perahu yang sangat mahal, saya
mengunjungi pulau ini dari Dusun Medang, Desa Sekotong Barat dan hanya perlu
mengeluarkan uang Rp 10.000,00 untuk biaya perahu. Pulau berpasir putih dengan
panorama bawah laut yang indah ini sangat sepi dan masih alami karena hanya
dihuni beberapa orang. Di pulau ini terdapat sebuah restoran yang sudah tutup
saat saya berkunjung ke sana.
Gili Kedis
11. Gili Kedis (10 Juni 2012)
Saya
mengetahui pulau ini dari seorang teman Facebook yang asli Lombok (Duta). Melihat
foto-foto bawah laut Gili Kedis yang dipamerkan Duta di akun Facebooknya, saya jadi
tertarik mengunjunginya. Alhasil, saya menodong Duta untuk mengantarkan saya mengunjungi
Gili Kedis. Syukurlah, Duta yang baik hati
bersedia menemani saya dan teman
jalan-jalan ke pulau yang super mini yang terletak di daerah Sekotong, Lombok
Barat ini. Luas Gili Kedis mungkin hanya dua kali lapangan bola voli. Namun, di
balik ukurannya yang mungil tersimpan keindahan bawah laut yang memukau. Cukup
ber-snorkeling beberapa meter saja
dari bibir pantai, kita sudah bisa melihat beragam terumbu karang dan ikan-ikan
cantik aneka warna.
Gili Gede
12. Gili Gede (6 Oktober 2012)
Saya menginjakkan kaki di Gili Gede hanya
sebentar, karena hanya “transit” dalam perjalanan ke Gili Rengit. Lagi-lagi, kunjungan ke Gili Gede dan Gili
Rengit juga atas ajakan Duta. Gili Gede terletak di Kecamatan Sekotong,
Kabupaten Lombok Barat. Sesuai namanya, Gili Gede merupakan gili paling besar
di sekitar Lombok. Gili Gede termasuk salah satu gili yang berpenduduk di
Lombok. Di Gili Gede terdapat lima kampung/dusun, yaitu : Gedangsiang, Pegametan,
Orong Bukal, Labuan Cenik, dan Tanjungan. Kelima kampung tersebut letaknya tersebar
di berbagai penjuru pulau. Pantai di sekeliling Gili Gede berpasir putih dengan
air laut sangat bening, membuat siapa pun tergoda untuk berenang.
Dermaga di Gili Rengit
13. Gili Rengit (6 Oktober 2012)
Pulau
ini terletak di sebelah utara Gili Gede. Luasnya sekitar 22 hektar dan tidak
berpenghuni. Daya tarik Gili Rengit adalah keindahan alam bawah lautnya yang masih
terjaga. Terumbu karang terhampar luas tak jauh dari bibir pantai, ikan-ikan
cantik beragam jenisnya. Yang membuat saya takjub adalah banyaknya karang ungu
di sekitar Gili Rengit. Dari sekian banyak tempat snorkeling yang pernah saya
coba, hanya di Gili Rengit saya bisa melihat begitu banyak karang ungu.
Gili Kijuk
14. Gili Kijuk (7 Oktober 2012)
Mungkin inilah gili paling imut di
sekitar Lombok. Letaknya di pinggir Jalan Raya Sekotong di Desa Tawun,
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Pulau ini berada tak jauh dari Gili
Kedis dan Gili Sudaq. Gili Kijuk akan menyatu dengan daratan Pulau Lombok pada
saat surut. Jadi kita bisa berjalan kaki untuk mencapainya.
Pantai di Gili Maringkik, yang bentuknya memanjang dari tepi pulau hingga ke tengah laut
15. Gili Maringkik (30 Desember 2012)
Saya mengetahui Gili Maringkik dari
Google Map. Letaknya di Kecamatan Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur, sekitar
20 menit naik perahu dari Tanjung Luar. Sebenarnya Gili Maringkik bukan pulau
tujuan wisata tetapi pulau kecil yang padat penduduk. Yang membuat saya
tertarik mengunjungi Gili Maringkik adalah adanya pantai yang unik di pulau
ini. Berbeda dengan pantai pada umumnya yang terletak di sepanjang tepian pulau,
Gili Maringkik memiliki pantai yang bentuknya memanjang dan melengkung dari
tepi pulau hingga ke tengah laut seperti bulan sabit. Lengkungan pantai ini mengarah
ke Gili Bembeq, pulau tetangganya. Bahkan, pada saat laut benar-benar surut, Gili
Maringkik menyatu dengan Gili Bembeq. Sayangnya, kita hanya bisa melihat pantai
unik ini saat laut sedang surut. Saat pasang, lengkungan pantai ini akan
menghilang tinggal beberapa meter saja dari bibir pantai Gili Maringkik.
Pulau Kambing Kecil (kiri) dan Gili Bembeq (kanan)
16. Gili Bembeq (30 Desember 2012)
Pulau unik ini letaknya di dekat Gili
Maringkik, bahkan menyatu pada saat laut surut. Gili Bembeq sering disebut juga
sebagai Pulau Kambing karena dulunya pulau ini tempat warga pulau-pulau sekitar
menggembalakan kambing di pulau ini. Gili Bembeq dikelilingi tiga pulau yang akan
menyatu saat surut, yaitu Gili Maringkik di sebelah timur, Gili Kuri di sebelah
barat, dan Pulau Kambing Kecil di sebelah selatan. Ini terjadi karena Gili
Bembeq memilki pantai-pantai unik yang bentuknya memanjang dari tepi pulau
hingga ke pulau-pulau lainnya.
Gili Kuri
17. Gili Kuri (30 Desember 2012)
Pulau
ini terletak di sebelah barat Gili Bembeq. Gili Kuri akan menyatu dengan Gili
Bembeq pada saat laut surut. Pulau mungil ini tak berpenghuni dan hanya
dimanfaatkan warga pulau-pulau sekitar untuk memancing.
Gili Ree
18. Gili Ree (30 Desember 2012)
Gili Ree merupakan pulau kecil yang padat
penduduk di Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Pulau ini bertetangga
dengan Gili Beleq di sebelah barat dan Gili Kuri di sebelah timur. Daratan Gili
Ree terdiri dari tanah kapur, batu karang, pantai berpasir kasar dan tebing
berbatu dengan tutupan vegetasi hanya sekitar 10%. Di Gili Ree tidak terdapat
sumber air tawar, sehingga kebutuhan air tawar harus didatangkan dari daratan
Pulau Lombok melalui pipa di dasar laut. (edyra)***
Subscribe to:
Posts (Atom)