8 REASONS TO VISIT PATI
Posted in
Labels:
Central Java
|
at
17:48
Dibandingkan dengan kota-kota tetangganya
seperti Kudus, Jepara atau Rembang, Pati memang kurang terkenal. Maklum, sejauh
ini memang belum ada objek wisata maupun tokoh fenomenal dari Pati. Padahal
kota kecil di Jalur Pantura Jawa Tengah ini memiliki sejumlah tempat menarik,
tak kalah dengan kota-kota tetangganya. Selain itu, Pati juga merupakan
satu-satunya kota penghasil kacang tanah di Indonesia. Dua produsen produk
kacang-kacangan terkemuka di Indonesia
(Garuda dan Dwi Kelinci) berasaal dari Pati. Tak heran kalau Pati dijuluki Kota
Kacang (bukan Kota Kacangan). Sebagai Putra Asli Pati (walaupun sudah lama
tidak tinggal di Pati), saya tergerak untuk menuliskan beberapa tempat menarik
dan kuliner lezat (makanan khas) dari Pati agar lebih dikenal khalayak ramai.
Berikut 8 alasan bagi Anda untuk mampir ke Pati.
Sendang
Tirta Marta Sani
Sekitar
4 km dari pusat Kota Pati, tepatnya di Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu, Anda
akan menjumpai Sendang Tirta Marta Sani atau biasa disebut Sendang Sani oleh
Warga Pati. Sendang Sani merupakan
sumber mata air yang terbentuk karena kesaktian Sunan Kalijaga, salah satu
anggota Wali Sanga (9 Wali/Sunan penyebar
Agama Islam di Pulau Jawa). Konon, ketika tiba di Desa Tamansari dalam
perjalanannya menyebarkan Agama Islam, sudah masuk waktu sholat zuhur. Karena
tidak menemukan air untuk wudlu, Sunan Kalijaga menancapkan sebatang lidi ke
tanah sambil berdoa kepada Allah agar diberi air untuk wudlu. Atas ridho dari
Allah, keluarlah mata air dari tempat Sunan Kalijaga menancapkan lidinya tadi. Namun,
sebelum Sunan Kalijaga berwudlu dengan air tersebut, salah seorang pengawalnya
meminum air tersebut. Sunan Kalijaga pun marah dengan tindakan pengawalnya yang
tidak sopan tersebut dan mengutuk pengawalnya menjadi seekor kura-kura. Karena
itulah tempat keluarnya mata air tersebut dinamakan Sendang Sani, yang berasal
dari kata Sendang (artinya mata air dalam Bahasa Jawa) dan Sani/Nyisani
(artinya mendahului).
Mata
air di Sendang Sani tetap mengeluarkan airnya sampai sekarang dan tidak pernah
kering sepanjang tahun walau musim kemarau sekali pun. Karena lingkungan
sekitar Sendang Sani cukup asri, masyarakat setempat memanfaatkan mata air di
Sendang Sani dimanfaatkan sebagai objek wisata. Di sekitar Sendang Sani telah
dibangun kolam renang lengkap dengan beberapa seluncuran, kolam pancing, dan
warung-warung makan sederhana.
Air Terjun
Tretes
Sebagian
wilayah Kabupaten Pati berada di kaki dan lereng Gunung Muria. Karena itulah
Kabupaten Pati memiliki beberapa air terjun. Salah satu air terjun yang cukup
menarik adalah Air Terjun Tretes yang terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu. Akses untuk
mencapai Air Terjun Tretes ada dua jalan, yaitu lewat Dukuh Santi, Desa Gunungsari (di sebelah utara sungai) atau lewat Dukuh
Jentir, Desa Tajungsari (di sebelah selatan sungai). Jaraknya sekitar 20 km
dari Kota Pati atau sekitar 40 menit berkendara. Untuk mencapainya Anda harus
berjalan kaki melalui jalan setapak sekitar 500 meter (bila Anda lewat Desa
Gunungsari) atau 700 meter (bila Anda lewat Desa Tajungsari.
Kompleks
Air Terjun Tretes terdiri dari dua air
terjun dan berada di tengah-tengah perkebunan kopi milik warga sehingga cukup
jauh dari jalan raya. Air terjun pertama yang disebut Tretes berada di sebuah
tebing persis di samping sungai. Air terjun ini tidak begitu tinggi dan debit
airnya tidak begitu besar. Air terjun
kedua dinamakan Jenar terletak di sebelah atas. Air terjun kedua ini lebih besar
dan tinggi dari pada air terjun yang pertama.
Air Terjun
Watu Sirap Grenjengan
Ada satu lagi air terjun di Kabupaten Pati yang
sayang untuk dilewatkan, yakni Air Terjun Watu Sirap Grenjengan. Air terjun yangoleh
warga setempat biasa disebut Air Terjun Grenjengan ini berada di Desa Jollong,
Kecamatan Gembong. Air terjun ini cukup unik karena terdiri dari empat air
terjun yang bertingkat-tingkat. Dari keempat air terjun tersebut hanya tiga
tingkatan air terjun yang bisa Anda capai. Air terjun pertama yang berada
paling bawah, bentuknya agak miring (karena berada di tebing batu yang miring)
dan memiliki ketinggian sekitar enam meter. Di bawah air terjun pertama
terdapat sebuah kolam yang dibendung dan bisa dimanfaatkan untuk mandi atau
bermain air. Air terjun kedua terdiri dari dua air terjun yang sekilas nampak kembar
dan berada di sebuah tebing batu yang dinaungin pohon kersen
yang rindang. Tepat di atas air terjun kedua ada sebuah air terjun lagi dengan
debit air yang lebih besar dan berada di antara tanaman hijau yang merambat. Sedangkan
air terjun ke empat letaknya terpisah jauh dari ketiga air terjun di bawahnya.
Air terjun ini berada di sebuah tebing yang tinggi di antara tanaman yang rimbun.
Sampai saat ini, air terjun ke empat belum bisa dicapai (didekati) dan hanya
bisa dilihat dari kejauhan (seberang sungai).
Waduk Gunung
Rawa
Waduk Gunung Rawa
merupakan sebuah bendungan/waduk yang terletak di Desa Sitiluhur, Kecamatan
Gembong. Waduk ini berada di sebuah lembah, di antara perbukitan di lereng
Gunung Muria sebelah timur sehingga mempunyai panorama yang indah. Waduk Gunung
Rawa dibangun pada masa penjajahan Belanda, pada tahun 1928. Luas area waduk
sekitar 320 hektar dan mampu menampung air sebanyak 5,5 juta meter kubik yang mampu mengairi sawah di beberapa kecamatan. Di
bagian timur waduk, terdapat sebuah jalan yang dapat digunakan untuk melintasi waduk.
Selain sebagai sarana penampungan air, Waduk Gunung Rawa
juga dimanfaatkan sebagai salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi
wisatawan di akhir pekan dan hari libur. Warga setempat juga memanfaatkan Waduk Gunung Rawa sebagai
tempat memancing gratis karena banyak ikan air tawar yang hidup di dalam waduk.
Maka jangan heran kalau Anda melihat banyak penjual ikan di sekitar Waduk
Gunung Rawa.
Waduk
Seloromo
Selain
Waduk Gunung Rawa, masih ada satu waduk lagi di Kecamatan Gembong, yaitu Waduk
Seloromo. Waduk ini pertama kali dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda
pada tahun 1930.
Waduk ini bentuknya tidak bulat seperti Waduk Gunung Rowo tapi memanjang dan
tidak beraturan. Waduk yang sebagian besar areanya berada di Desa Gembong, Kecamatan Gembong ini, sekarang
menjadi sumber pendapatan bagi desa Gembong dan sekitarnya. Selain sebagai
sumber pengairan bagi lahan pertanian (sawah) di kecamatan Gembong dan
kecamatan-kecamatan sekitar seperti Wedarijaksa, Juana, Tlogowungu, dan Pati, juga dipergunakan sebagai lokasi pembudidayaan ikan tawar. Letaknya yang tepat
di tengah-tengah ibukota kecamatan membuatnya mudah diakses sehingga menjadi salah
satu tempat wisata alternatif di Kabupaten Pati sama seperti Waduk Gunung Rawa.
Selain itu, di sekitar Waduk Seloromo juga sering digunakan sebagai tempat berkemah.
Gua Pancur
Gua
Pancur berada di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen. Gua Pancur sangat unik karena
di sepanjang gua ini mengalir sungai bawah tanah dengan air yang jernih. Gua
dengan panjang mencapai ± 736 meter ini juga mempunyai stalaktit dan stalakmit
yang menarik.
Gua Wareh
Tak
seberapa jauh dari Gua Pancur terdapat sebuah gua lagi, yaitu Gua Wareh. Gua
ini terletak di Desa Kedumulyo, Kecamatan Kayen. Gua dengan luas area mencapai
4,5 hektar ini mempunyai dua lorong’ Lorong ke kiri panjangnya mencapai 100 meter
dan, terdapat sungai bawah tanah. Sedangkan lorong ke kanan dari mulut gua
panjangnya 50 meter dan tembus ke luar gua.
Nasi
Gandul
Hampir
setiap kota/daerah di Indonesia mempunyai makanan khas. Begitu juga dengan Pati
yang bangga dengan Nasi Gandulnya yang sangat lezat. Nasi Gandul merupakan nasi
yang sajikan di atas piring yang dialasi daun pisang dengan disiram kuah gandul
yang berwarna coklat mirip semur. Kuah gandul terbuat dari santan ditambah
potongan daging dan jeroan sapi (hati, ampela, babat) yang telah diberi bumbu
dan sedikit kecap. Teman makan nasi gandul biasanya adalah daging sapi semur
(termasuk hati, babat, lidah dan, kulit) tempe goreng, pergedel, dan telor
semur.
Asal-usul
nama Nasi Gandul, ada dua versi cerita. Cerita yang pertama, konon awalnya para
penjual Nasi Gandul menjajakan nasinya dengan berjalan kaki sambil menggotong
pikulan yang terdiri dari panci (kuali) kuah di satu sisi dan bakul nasi di
sisi lainnya. Pikulan itu naik-turun seiring dengan langkah si penjual nasi
sehingga panci/kuali kuah dan bakul nasi tadi tampak menggantung atau dalam
Bahasa Jawa disebut Nggandul. Karena itulah disebut Nasi gandul. Cerita yang
kedua berkaitan dengan cara penyajian nasi gandul yang disajikan dengan alas
piring daun pisang sehingga nasi dan kuahnya tidak menyentuh dasar piring atau
seakan menggantung. Karena itulah disebut Nasi Gandul.
Soto
Kemiri
Selain Nasi Gandul, Pati juga mempunyai kuliner
khas lain yang tak kalah lezatnya yaitu Soto Kemiri. Sebenarnya Soto Kemiri
mirip dengan soto ayam lainya, bedanya adalah penggunaan bumbu kemiri dalam
jumlah yang cukup banyak dan kuah santan yang tidak begitu kental. Pada awalnya, Soto Kemiri dibuat karena Warga Pati
tidak mampu membeli daging atau ayam. Itu sebabnya kemiri digunakan untuk
menggantikannya. Namun, setelah mereka mampu menambahkan daging ayam ke dalam
soto ini, nama Soto Kemiri yang terlanjur melekat tidak diubah.(edyra)***
TAKE ME TO THE PINK PLACE!
Posted in |
at
17:55
Valentine identik
dengan warna pink (merah muda). Menjelang valentine, biasanya kita akan melihat
warna pink di mana-mana. Mulai dari mal, toko, kafe, restoran, dan
tempat-tempat umum lainnya biasanya dihiasi dengan pernak-pernik berwarna pink.
Para pria biasanya juga memberi kado kepada istri atau kekasih tercintanya
dengan benda-benda berwarna pink di hari kasih sayang ini. Namun, pernahkah
Anda berpikir untuk merayakan valentine di tempat berwarna pink yang sebenarnya?
Maksud saya bukan tempat-tempat yang dihiasi warna pink artifisial tapi
tempat-tempat yang memang berwarna pink. Kalau Anda belum ada ide, berikut
tempat-tempat eksotis berwarna pink yang layak Anda datangi bersama pasangan.
Kalau Anda belum punya pasangan, datang sendiri ke tempat-tempat ini juga tak
kalah menarik.
Pink Beach : Pantai Tangsi
Konon pantai dengan
pasir berwarna pink hanya ada beberapa di dunia. Beruntunglah dua di antaranya
ada di Indonesia, yaitu Pantai Tangsi di Pulau Lombok dan Pantai Merah di Pulau
Komodo. Bagi Anda penggemar pantai, wajib hukumnya menyambangi dua pantai cantik
ini. Kedua pantai ini populer dengan sebutan Pink Beach sekarang.
Yang paling dekat
dari Jakarta (Pulau Jawa) tentunya adalah Pantai Tangsi yang berada di ujung
timur Pulau Lombok, tepatnya di Desa Jerowaru, Kecamatan Pemongkong, Kabupaten
Lombok Timur, NTB. Pantai ini berjarak sekitar 75 km dari Kota Mataram atau
sekitar dua jam berkendara. Pantai Tangsi termasuk kategori pantai sempurna. Pasirnya
berwarna pink, air lautnya hijau kebiruan, panorama sekitarnya sangat indah,
dan alam bawah lautnya juga menakjubkan. Sekilas, pasir Pantai Tangsi
terlihat berwarna putih. Namun, bila Anda mengambil
segenggam pasirnya maka terlihat butir-butir kecil berwarna merah di
antara butiran pasir putih. Bila ombak
menyapu pasir dan menariknya, maka warna pasir tersebut berubah menjadi pink
tua. Butiran pasirnya sangat halus, membuat Anda nyaman saat berjalan atau
berjemur di atasnya. Pasir pink Pantai Tangsi berasal dari pecahan hewan karang bernama
latin Homotrema rubrum. Hewan yang
termasuk dalam golongan Foraminifera (hewan bersel satu yang hidup di laut) ini
berwarna merah menyala dan banyak terdapat di bawah laut Pantai Tangsi. Karena
itulah pasir Pantai Tangsi menjadi berwarna pink.
Banyak aktivitas
yang bisa Anda lakukan di Pantai Tangsi. Di antaranya adalah berjemur,
berenang, snorkeling atau sekedar
‘leyeh-leyeh’ di pinggir pantai. Berjemur sangat nyaman karena pantainya sepi
dan pasirnya sangat halus. Berenang pun sangat menyenangkan karena pantainya
landai dan tak ada arus. Snorkeling
sangat menyegarkan mata karena Anda bisa melihat beragam terumbu karang dan ikan cantik
warna-warni. Karang keras (hard coral) dan karang lunak (soft coral)-nya masih sehat dan warna-warninya sangat indah.
Apalagi ikan-ikannya juga cantik-cantik dan lucu-lucu sehingga membuat betah
berlama-lama snorkeling di sana.
Pink Cliff : Kelebba Maja
Selain pantai berpasir pink, Indonesia juga
memiliki tempat eksotis berwarna pink lainnya. Namanya Kelebba Maja. Keajaiban alam yang hanya ada
satu-satunya di Indonesia ini memang belum diketahui banyak orang karena
letaknya tersembunyi nun jauh di Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur (NTT),
tepatnya di Desa Raerobo, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua. Jaraknya
sekitar 22 km dari pusat Kota Seba atau sekitar satu jam berkendara.
Kalau Anda pernah ke Cappadoccia, Turki,
kira-kira seperti itulah Kelebba Maja tapi dalam versi yang lebih kecil dengan
warna-warni yang lebih indah dan semarak. Kelebba Maja adalah fenomena alam
berupa tebing-tebing berukir unik di sebuah bukit dengan pilar-pilar batu yang
pucaknya berbentuk mirip jamur/payung. Lekak-lekuk tebing berbentuk sangat
unik, seperti dipahat. Dan yang paling menarik warna perbukitan dan pilar-pilar
batu tersebut sangat menakjubkan. Warnanya didominasi pink dengan gradasi merah muda, merah marun,
hingga coklat tua. Kelebba Maja merupakan salah satu tempat yang disakralkan
oleh Warga Sabu sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa Maja (salah satu Dewa
yang dipercaya Orang Sabu) dan tempat penyelenggaraan berbagai upacara adat, di
antaranya Upacara Meminta Hujan. Tempat ini cukup sulit untuk dijangkau karena
letaknya tersembunyi di balik bukit dan akses jalan menuju ke sana sangat
buruk. Satu-satunya kendaraan yang bisa mencapai Kelebba Maja adalah sepeda
motor. Jika Anda ingin mengunjungi Kelebba Maja, Anda harus ditemani seorang
pemandu (guide) atau Warga Asli Sabu
karena sampai saat ini belum ada rambu-rambu atau penunjuk arah ke tempat
tersebut.
Pink Mosque : Masjid Putra
Ingin melihat
masjid berwarna pink? Cobalah berkunjung ke Putrajaya, Malaysia. Di kota yang
sekarang menjadi pusat administrasi pemerintahan Malaysia ini terdapat sebuah
masjid cantik berwarna pink. Namanya Masjid Putra, dan lokasinya berada
di Putrajaya Presint (Precinct) 1,
satu kompleks dengan Dataran Putra (alun-alun) dan Putra Perdana (Kantor
Perdana Menteri Malaysia). Nama masjid ini diambil dari nama mantan
Perdana Menteri Malaysia pertama, Tunku Abdul Rahman Putra Al Haj. Masjid
berwarna dominan pink ini berada tepat di pinggir danau, sehingga nampak
seperti terapung bila dilihat dari kejauhan. Masjid Putra mulai dibangun pada
tahun 1997 dan selesai pada tahun 1999. Pembangunan masjid bergaya Moor ini
menelan dana RM 250 juta (sekitar Rp 875 milyar). Desain masjid ini
terinspirasi oleh Mesjid Sheikh Omar di Baghdad dan memiliki kapasitas 15 ribu
jamaah. Masjid cantik ini terlihat mencolok dengan menaranya yang setinggi 116
meter dan kubahnya yang berjumlah sembilan dengan motif Persia berwarna pink.
Sebagian besar bangunan masjid ini berwarna gradasi pink, mulai pink muda
hingga pink tua. Kubah, langit-langit, hiasan/ornamen di dinding dan ornamen
kubah semua didominasi warna pink sehingga terlihat sangat eksotis. Warna
pinknya juga disempurnakan dengan guratan kaligrafi yang indah.
Masjid Putra terbuka untuk umum dan menjadi
destinasi wisata favorit di Putrajaya. Setiap harinya ratusan turis dari
berbagai negara, baik muslim maupun non muslim mengunjungi masjid ini. Masjid
Putra menerima kunjungan turis non muslim hanya di luar jam sholat dan hanya
diperbolehkan masuk ke beranda masjid (tidak boleh memasuki area ibadah utama
masjid). Karena statusnya adalah tempat ibahdah, turis diharuskan mengenakan
busana yang sopan (menutup aurat). Bila kebetulan Anda sedang mengenakan baju
yang ketat atau agak terbuka, pengurus masjid akan meminjamkan jubah berwarna
pink senada dengan warna masjid.
Pink City : Jaipur
Di wilayah Provinsi
Rajasthan, India terdapat sebuah kota yang dijuluki sebagai Pink City, yaitu Jaipur. Kota ini dibangun dengan perencanaan dan
konsep yang matang oleh Raja Sawai Jay Singh II pada tahun 1727. Dengan
perencanaan yang cermat dan konsep yang matang, Jaipur menjadi kota yang indah
di India. Bila dilihat di peta, bentuk kotanya terdiri dari beberapa bujur
sangkar karena jalan-jalannya dibangun dengan lebar/ukuran yang seragam.
Awalnya, semua bangunan di Jaipur berwarna krem. Kemudian, untuk menyambut
kedatangan Raja Inggris Edward VII pada tahun 1853, semua bangunan di Jaipur
dicat pink agar suasana kota terlihat lebih ceria. Konon Raja Ram Singh II telah
mencoba berbagai warna, tapi akhirnya pilihannya jatuh pada warna merah bata
(terakota). Lama-kelamaan karena terkena panas matahari dan tersiram air hujan,
warna merah bata itu memudar, mendekati warna pink. Sejak saat itu hingga
sekarang, pemerintah Kota Jaipur menetapkan bahwa satu-satunya warna cat gedung
yang diperbolehkan adalah pink. Karena itulah Jaipur mendapat julukan Pink
City. Namun, karena
perkembangan kota, saat ini yang dirujuk sebagai kota pink hanya bagian Kota
Tua (Old City)-nya di mana semua
pagar tembok dan bangunannya dicat pink.
Bangunan paling
terkenal dan menjadi landmark Kota
Jaipur adalah Hawa Mahal (Palace of Wind)
yang berada di dalam Kota Tua. Hawa Mahal merupakan sebuah istana yang dibangun
Raja Sawai Pratap Singh pada tahun 1799. Istana bertingkat lima setinggi 15
meter ini terbuat dari batu pasir berwarna merah bata. Arsitekturnya dibuat
menyerupai sarang lebah madu dengan 953 jendela kecil berornamen putih nan
indah. Kalau dilihat dengan teliti, bentuknya mirip mahkota Krishna, salah satu
Dewa dalam mitologi Agama Hindu. Dari jendela itu, konon para permaisuri dan
putri raja memandang kehidupan kota tanpa dapat terlihat balik oleh rakyatnya. Kini,
Hawa Mahal ramai dikunjungi turis setiap hari. Biasanya, mereka naik ke lantai
paling atas (roof top) untuk melihat
pemandangan Kota Jaipur secara keseluruhan.
Tempat
berwarna pink lainnya di Jaipur adalah City Palace. Kompleks istana raja yang
masih dihuni Raja Jaipur ini terdiri dari beberapa bangunan yang semuanya
bercat pink dengan dinding dipenuhi hiasan/ornamen rumit nan cantik. Istana ini
dibangun pada tahun 1729, berarsitektur campuran antara India, Rajput, Mughal,
dan Eropa. Beberapa bagian paling menarik dari istana ini adalah Diwan-I-Khas dan Diwan-I-Aam. Diwan-I-Khas
merupakan ruang tamu berlantai marmer, dengan pilar berukir dan langit-langit
berkubah, semuanya bernuansa pink. Sedangkan Diwan-I-Aam adalah ruangan dengan
langit-langit bercat emas dan penuh ornamen rumit. Di dalamnya terdapat koleksi
benda seni, kursi raja, dan lukisan kerajaan, semuanya serba pink. (edyra)***
Subscribe to:
Posts (Atom)