MENJELAJAH GLASGOW YANG MEMUKAU
Posted in
Labels:
Scotland
|
at
15:00
Menikmati hangatnya mentari pagi di George Square
Sebenarnya saya tidak ada niat untuk mengunjungi Glasgow, Skotlandia. Namun, karena kehabisan tiket pesawat murah jurusan London - Edinburgh, akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk terbang ke Glasgow, yang jaraknya hanya satu jam perjalanan naik bus dari Edinburgh. Tidak banyak informaasi yang saya ketahui tentang Glasgow. Namun, pilihan saya untuk singgah di kota ini ternyata tidak salah. Kota terbesar di Skotlandia ini sangat menarik dan tidak kalah cantiknya dengan Edinburgh. Bangunan-bangunan tua nan cantik berdinding batu, berwarna coklat/kelabu bertebaran di berbagai penjuru Glasgow. Bangunan yang sebagian besar menggunakan arsitektur Gaya Victoria tersebut masih terpelihara dengan baik sehingga sedap dipandang mata. Selain itu, bangunan-bangunan berarsitektur modern dengan juga banyak ditemui di Glasgow. Singkatnya, Glasgow adalah kota tua yang sangat menarik.
George Square
George Square
Jejak langkah di Glasgow saya mulai dari George Square, alun-alun cantik di pusat kota Glasgow yang dibangun pada tahun 1781. Alun-alun ini dikelilingi sejumlah bangunan klasik berdinding batu berwarna coklat/kelabu dengan arsitektur yang menawan. Di sebelah timur terdapat Glasgow City Chamber, markasnya Glasgow City Council. Gedung dengan arsitektur Gaya Victoria ini selesai dibangun pada tahun 1888. Meski sudah berusia ratusan tahun, sampai saat ini Glasgow City Chamber masih terlihat cantik dan digunakan sebagai tempat berkantor Glasgow City Council. Di sebelah selatan terdapat Tourist Information Centre yang dulunya merupakan Kantor Pos Glasgow. Di sebelah utara, tak jauh dari George Square, terdapat Stasiun Kereta Api Queen Street Station. Di tengah alun-alun, berdiri menjulang tugu setinggi 24 meter, dengan Patung Sir Walter Scott (sastrawan Skotlandia) di puncaknya. Di sekeliling George Square juga terdapat banyak patung tokoh terkemuka Skotlandia yang menunggang kuda, di antarnya : Ratu Victoria, Pangeran Albert, Robert Burns, Thomas Campbell (penyair), James Watt (penemu mesin uap), dan Thomas Graham (ahli kimia). Suasana George Square makin semarak dengan kehadiran serombongan burung merpati yang terbang kesana-kemari dan asyik bermain dengan pengunjung yang datang ke alun-alun tersebut. Saya pun menyempatkan diri bermain-main dengan burung merpati tersebut sambil menikmati hangatnya sinar mentari yang menyinari Glasgow pagi itu.
St. Mungo Museum of Religious Art & Life
Jauh-jauh berlibur ke negeri orang, tak ada salahnya berkunjung ke museum untuk mengetahui sejarah dan peradaban negara tersebut. Salah satu museum di Glasgow yang menarik untuk dikunjungi adalah St. Mungo Museum of Religious Art & Life. Museum yang dibuka untuk umum pada Bulan April 1993 ini berada di Cathedral Square, satu kompleks dengan Glasgow Cathedral. St. Mungo Museum of Religious Art & Life merupakan salah satu dari sedikit museum agama di dunia. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama di dunia. Nama St. Mungo dipakai untuk nama museum ini karena dialah Santo Pelindung Kota Glasgow. St. Mungo juga orang yang membawa dan menyebarkan agama Kristiani di Skotlandia pada abad VI.
St. Mungo Museum of Religious Art & Life
St. Mungo Museum of Religious Art & Life menempati sebuah bangunan berlantai empat dengan dinding batu yang sangat unik. Museum yang bisa dikunjungi dengan gratis ini dibagi menjadi empat ruang pameran, yaitu : The Gallery of Religious Art, The Gallery of Religious Life, The Scottish Gallery, dan ruang pameran sementara. Di ruang Gallery of Religious Art, Anda bisa melihat koleksi lukisan, patung, sajadah dan simbol-simbol enam agama utama di dunia, antara lain : Lukisan Yesus Kristus (Christ of St John of The Cross) karya Salvador Dali, Patung Dewa Siwa (Shiva Nataraja), Patung Ganesha, Mumi dari Mesir, Kaligarfi, dan Sajadah dari Turki yang dibuat pada tahun 1600-an. Di ruang Gallery of Religious Life dipamerkan alat-alat ibadah dan simbol-simbol yang berhubungan dengan enam agama utama di dunia, yaitu : Islam, Kristiani, Hindu, Budha, Yahudi (Judaism), dan Sikhisme (Sikhism). Di bagian Agama Islam antara lain dipamerkan sajadah, tasbih, dan kitab suci Al Quran lengkap dengan terjemahan dalam Bahasa Inggris. Sementara di Scottish Gallery dipamerkan tentang agama apa saja yang ada di Skotlandia dan sejarah masuknya agama tersebut.
Glasgow Cathedral
Tak jauh dari St. Mungo Museum of Religious Art & Life berdiri megah Glasgow Cathedral, salah satu landmark-nya Glasgow. Rasanya tidak afdol berkunjung ke Glasgow, tanpa mampir ke katedral ini. Makanya, begitu hujan reda, saya segera keluar dari St. Mungo Museum of Religious Art & Life dan menuju Glasgow Cathedral.
Glasgow Cathedral
Glasgow Cathedral sangat mudah dikenali berkat menaranya yang tinggi menjulang dengan pucak meruncing, ciri khas arsitektur Gothic Skotlandia. Sebagian besar bangunan katedral ini, mulai dari lantai, dinding dan tiang/pilar katedral terbuat dari batu berwarna hitam. Sementara atapnya berwarna hijau cerah. Sejarah Glasgow Cathedral berawal dari sebuah gereja kecil yang dibangun oleh St. Mungo pada tahun 550. Awalnya, gereja tersebut dibangun dari kayu dan tanpa atap. Kemudian, gereja tersebut terus diperluas dan dibangun menjadi katedral seperti yang terlihat sekarang. Karena itulah Glasgow Cathedral sering disebut juga St. Mungo Cathedral. Sampai saat ini, di salah satu sudut Glasgow Cathedral terdapat makam St. Mungo.
Glasgow Necropolis
Dari Glasgow Cathedral saya berjalan ke arah timur dan mendaki sebuah bukit menuju Glasgow Necropolis, kompleks pemakaman dengan Gaya Victoria. Mungkin Anda bertanya-tanya, buat apa liburan jauh-jauh ke Glasgow kalau hanya untuk mengunjungi kuburan? Glasgow Necropolis bukan sembarang kuburan. Di kompleks pemakaman ini terdapat ribuan monumen dengan bentuk yang unik, jauh dari kesan menyeramkan. Karena letaknya di atas bukit yang cukup tinggi, dari Glasgow Necropolis, pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Glasgow yang menawan.
Glasgow Necropolis
Awalnya, Glasgow Necropolis merupakan sebuah taman milik Glasgow's Merchants' House yang bernama Fir Park. Disebut Fir Park karena di taman ini banyak terdapat Pohon Fir. Pada tahun 1831 Glasgow's Merchants' House mengubah taman tersebut menjadi tempat pemakaman yang bernama Glasgow Necropolis. Necropolis merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang artinya kota kematian (city of death).
Setidaknya ada 50.000 orang telah dimakamkan di Glasgow Necropolis. Namun, dari jumlah sebanyak itu hanya 3.500 orang yang dibuatkan monumen. Monumen tertinggi di Glasgow Necropolis adalah Monumen John Knox dengan ketinggian 12 kaki (sekitar 3,65 meter). Di puncak monumen yang dibangun pada tahun 1825 ini terdapat Patung John Knox. Monumen ini sangat mudah dikenali karena ukurannya paling tinggi. Monumen lainya yang tak kalah menarik adalah Monumen Duncan MacFarlan, Monumen John Henry Alexander, dan Monumen John Dick. Semua monumen tersebut memiliki bentuk yang unik dan berbeda satu dengan lainnya.
Glasgow Green
Seperti kota-kota lainnya di Eropa, Glasgow pun memiliki banyak taman yang luas dan indah. Taman tertua dan terluas di Glasgow yang harus dikunjungi adalah Glasgow Green. Di kompleks taman seluas 55 hektar ini terdapat People’s Palace Museum, Doulton Fountain, dan Winter Garden. Semua tempat tersebut terbuka untuk umum dan bisa dimasuki dengan gratis.
Glasgow Green
Saya tidak berlama-lama di Glasgow Green karena saat itu cuaca sedang hujan dan udara sangat dingin. Saya memilih berteduh di People’s Palace Museum untuk melihat koleksi museum tersebut sambil menunggu hujan reda. Saya juga mampir ke Winter Garden yang bangunannya menyatu dengan People’s Palace Museum. Walaupun namanya Winter Garden, taman ini cukup hangat karena berada di dalam ruangan tertutup (rumah kaca). Uniknya lagi, sebagian besar tanaman di Winter Garden merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis.
Jembatan-jembatan Cantik
Dibelah oleh Sungai Clyde membuat Glasgow memiliki banyak jembatan indah, baik jembatan yang bisa dilewati kendaraan bermotor (road bridge) maupun jembatan khusus untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki (pedestrian bridge/food bridge). Setelah hujan reda dan matahari mulai menampakkan sinarnya kembali, saya berjalan kaki menyusuri trotoar yang lebar dan nyaman di tepi Sungai Clyde. Saya memulai perjalanan menyusuri trotoar di tepi Sungai Clyde dari bagian timur Glasgow menuju ke arah barat, untuk melihat jembatan-jembatan indah yang membentang di atas sungai tersebut.
Dari banyak jembatan yang ada di atas Sungai Clyde, ada tiga jembatan yang harus kita lihat. Syukur-syukur kita bisa menyeberanginya. Ketiga jembatan itu adalah : Tradeston Bridge (Squiggly Bridge), Clyde Arc (Squinty Bridge), dan Bells Bridge. Jembatan yang pertama kali menarik perhatian saya adalah Tradeston Bridge. Warga Glasgow biasa menyebut jembatan ini dengan nama Squiggly Bridge. Bentuk jembatan yang dibuka pada tanggal 14 Mei 2009 ini sangat unik dengan arsitektur yang futuristik. Tidak seperti jembatan biasa yang bentuknya lurus, Tradeston Bridge bentuknya melengkung seperti huruf S dengan bagian tengah agak cembung. Di atas jembatan terdapat dua buah tiang berwarna silver dengan bentuk segitiga. Hanya pejalan kaki dan pengendara sepeda yang diperbolehkan melewati pedestrian bridge ini sehingga kita bisa berjalan dengan nyaman tanpa takut terserempet mobil atau sepeda motor.
Pose dulu di depan Clyde Arc yang unik
Jembatan berikutnya yang tidak kalah uniknya adalah Clyde Arc yang biasa disebut Squinty Bridge oleh penduduk setempat. Keunikan jembatan ini adalah tiang penyangga jembatan yang bentuknya melengkung seperti busur dengan kawat-kawat penyangga di kanan kirinya. Clyde Arc merupakan road bridge sehingga semua kendaraan bermotor bisa melewati jembatan ini. Pada malam hari, jembatan ini terlihat makin cantik berkat lampu-lampu yang menyinarinya.
Bells Bridge dan Scottish Exhibition & Conference Centre (SECC) di seberang sungai
Satu lagi jembatan unik yang sempat saya seberangi, yaitu Bells Bridge. Jembatan ini merupakan pedestrian bridge yang menghubungkan Scottish Exhibition and Conference Centre (SECC) di sebelah utara Sungai Clyde dan Gedung BBC Skotlandia di sebalah selatan Sungai Clyde. Dari jembatan ini, kita bisa melihat Gedung SECC yang sangat unik, yang mirip dengan Sydney Opera House. SECC merupakan gedung pameran dan konferensi paling megah di Skotlandia. Gedung yang didesain oleh Sir Norman Foster ini sering disebut “Armadillo.” Berbagai event internasional seperti konser, pameran, dan konferensi pernah digelar di sini. Gedung utama SECC selesai dibangun pada tahun 1985. Gedung ini menempati area seluas 260.000 meter persegi. SECC dibagi menjadi lima ruang pameran utama (exhibition halls), dengan luas area mencapai 22.355 meter persegi.
Glasgow Tower & Glasgow Science Centre
Setelah menyeberangi Bells Bridge sampailah saya di depan Gedung BBC Skotlandia. Saya terus berjalan ke barat hingga tiba di Glasgow Science Centre. Ada tiga bangunan utama di Glasgow Science Centre, yaitu Science Mall, Imax Cinema, dan Glasgow Tower. Kompleks bangunan megah nan modern ini dibuka untuk umum pada tahun 2009. Sayangnya, Glasgow Science Centre sudah tutup ketika saya tiba di sana. Meski saat itu matahari masih bersinar cerah, jarum jam di tangan saya sudah menunjukan pukul 18.30. Maklum, saat itu Glasgow sedang memasuki musim semi, di mana matahari baru terbenam sekitar pukul 19.30. Saya pun hanya bisa memandangi kemegahan Glasgow Science Centre dari luar. Untuk mengobati rasa kecewa karena tak bisa masuk ke Glasgow Science Centre, saya mengelilingi bangunan tersebut dan memotretnya dari berbagai sudut. Puas memotret Glasgow Science Centre, saya mencari tempat duduk di dekat Glasgow Tower. Saya mengakhiri kunjungan di Glasgow dengan menikmati pemandangan Sungai Clyde yang indah dan ditemani semilir angin sore.
Getting There
Banyak jalan menuju Glasgow dari London. Anda bisa naik bus, kereta api atau pesawat. Perjalanan paling cepat tentunya dengan naik pesawat. Sekarang ini, banyak pesawat murah (budget airline) yang melayani rute London - Glasgow dan sebaliknya. Di antaranya adalah Easy Jet (www.easyjet.com), Flybe (www.flybe.com), dan Ryan Air (www.ryanair.com). Kalau Anda pesan jauh-jauh hari sebelum keberangkatan atau mendapatkan tiket promo, Anda bisa mendapat tiket yang sangat murah, lebih murah daripada tiket bus atau kereta api.
Perjalanan dengan bus akan memakan waktu delapan sampai sebelas jam, dan bus akan berangkat dari Victoria Coach Station, London dan berhenti di Buchanan Bus Station, Glasgow. Banyak bus yang melayani rute London - Glasgow dan sebaliknya. Dua perusahaan bus yang paling terpercaya adalah National Express (www.nationalexpress.com) dan Megabus (www.megabus.com). Tiket bus bisa Anda beli secara on line di situs bus masing-masing. Semakin cepat Anda book, semakin besar kemungkinan Anda akan mendapatkan harga tiket yang murah.
Kalau Anda memilih naik kereta api, perjalanan akan memakan waktu lima sampai sepuluh jam. Kereta akan berangkat dari London Euston Station dan berhenti di Glasgow Central Station. salah satu jaringan kereta api yang melayani rute London - Glasgow dan sebaliknya adalah Virgin Train (www.virgintrains.co.uk). Tiket kereta juga bisa Anda beli secara on line di situs Virgin Train. Sama seperti tiket bus, sebaiknya Anda book tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan agar bisa mendapatkan tiket yang murah. Anda bisa saja membeli tiket menjelang hari keberangkatan, tapi dengan risiko akan mendapatkan harga tiket yang sangat mahal. Biasanya harga tiket membengkak sampai dua kali lipat. (edyra)***
*Dimuat di Majalah Venue Edisi September 2011.
BIRMINGHAM, KOTA MERAH BATA NAN MEMPESONA
Posted in
Labels:
England
|
at
09:00
Dibandingkan dua kota tetangganya, London dan Manchester, Birmingham memang kalah populer. Padahal Birmingham tidak kalah menarik dibanding dengan kedua kota tersebut. Kota yang letaknya di antara London dan Manchester ini kaya akan bangunan tua bersejarah, dengan arsitektur yang menawan. Hebatnya lagi, berbagai bangunan tua tersebut dalam kondisi yang bagus dan sangat terawat. Karena itulah saya tertarik untuk mengunjungi Birmingham sepulang dari Edinburgh, Skotlandia.
Saya mulai jatuh cinta pada Birmingham, begitu bus yang membawa saya dari Birmingham Airport memasuki kota Birmingham. Rumah-rumah dari bata merah dengan cerobong asap yang ada di kanan kiri jalan, segera menarik perhatian saya. Semakin mendekati pusat kota, semakin banyak bangunan dari bata merah yang saya lihat. Sepertinya, sebagian besar bangunan di Birmingham memang terbuat dari bata merah. Berbagai bangunan dari bata merah tersebut membuat mata saya lebih segar karena saat di Glasgow dan Edinburgh, saya hanya melihat bangunan berwarna coklat dan kelabu. Saya jadi tidak sabar untuk segera menjelajahi Birmingham.
Begitu bus tiba berhenti di halte dekat Bull Ring Shopping Center (salah satu landmark-nya Birmingham), saya langsung turun dari bus, dan berjalan menuju Birmingham New Street Station (stasiun kereta api utama di Birmingham). Saya ingin menitipkan ransel saya di left luggage yang ada di stasiun tersebut. Maklum, saya hanya ingin day trip di kota ini, tidak ada rencana menginap di hotel. Makanya, agar bisa jalan-jalan dengan nyaman tanpa harus direpotkan oleh ransel yang berat, saya memutuskan untuk menitipkan ransel saya di left luggage. Harga sewanya tidak terlalu mahal, yaitu : £ 2,00 (sekitar Rp 28.500,00) per tas/ransel/kopor untuk masa enam jam.
Setelah menitipkan ransel di left luggage, saya langsung menuju Tourist Information Center yang juga berada di dalam Birmingham New Street Station, untuk mencari peta Kota Birmingham dan beberapa brosur wisata tentang kota tersebut. Di negara maju seperti Inggris, turis sangat dimanjakan. Peta dan brosur wisata bisa didapatkan dengan mudah dan gratis di berbagai tempat umum seperti : bandara, stasiun kereta api, maupun Tourist Information Center.
Victoria Square
Berbekal Peta Birmingham, saya segera keluar stasiun dan berjalan menuju Victoria Square yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Birmingham New Street Station. Victoria Square merupakan alun-alun di pusat Kota Birmingham yang dikelilingi berbagai bangunan tua dengan arsitektur yang sangat indah. Tiga bangunan yang sangat menonjol dan selalu menjadi objek foto para turis adalah Council House, Town Hall, dan Kantor Pos Lama. Ketiga bangunan tua tersebut, memiliki gaya arsitektur yang berbeda-beda. Council House dengan gaya Victoria, Town Hall dengan gaya Georgia, dan Kantor Pos Lama dengan gaya Renaissance. Dulunya, Victoria Square bernama Council House Square. Pada tanggal 10 Januari 1901, namanya diganti menjadi Victoria Square untuk menghormati Ratu Victoria.
Ketika saya tiba di Victoria Square, suasana sudah ramai walau hari masih pagi. Banyak turis dan Warga Kota Birmingham yang duduk-duduk santai di dekat The River Fountain (air mancur), yang berada di depan Council House. Beberapa turis nampak asyik memotret Council House dan Town Hall. Bebarapa turis lainnya nampak berfoto dengan latar belakang The River Fountain dan Council House. Saya pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan berbagai bangunan cantik yang ada di Victoria Square tersebut. Kapan lagi bisa mendapatkan berbagai objek foto menarik di satu tempat?
Birmingham Museum and Art Gallery
Dari Victoria Square saya beranjak menuju Birmingham Museum and Art Gallery yang berada di Chamberlain Square, di belakang Council House. Museum ini berisi koleksi berbagai benda seni, sejarah, arkeologi, dan etnografi dari lima benua, mulai dari lukisan, patung, sampai keramik. Jumlah koleksi seluruhnya sekitar 500.000 objek/barang. Benda koleksi tersebut ditata/dipajang dengan sangat menarik sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama di dalamnya.
Birmingham Museum and Art Gallery buka setiap hari dari jam 10.00 pagi sampai jam 05.00 sore. Pada hari Minggu, jam bukanya hanya setengah hari, yaitu dari jam 12.30 - 17.00. Museum ini hanya tutup pada hari libur nasional (tanggal merah). Asyiknya lagi, museum ini tidak memungut biaya sepeser pun bagi pengunjungnya. Pihak museum hanya menyediakan kotak donasi bagi pengunjung yang ingin memberikan donasi seikhlasnya di lobi utama, di dekat pintu masuk museum.
Victoria Law Courts
Victoria Law Courts
Dari Birmingham Museum and Art Gallery saya berjalan menuju Victoria Law Courts yang berada di Corporation Street. Saya tertarik untuk mengunjungi Victoria Law Courts gara-gara melihat foto bangunan ini yang berwarna merah menyala di brosur wisata Kota Birmingham. Bentuk bangunan yang unik, arsitektur yang menarik, dan warnanya yang merah menyala, membuat bangunan ini tampak menonjol dan mudah dicari. Victoria Law Court merupakan gedung tua yang berusia lebih dari 100 tahun. Gedung ini awalnya merupakan gedung Pengadilan Negeri Birmingham, namun sekarang dimanfaatkan sebagai tempat Birmingham Magistrate’s Court. Gedung unik nan cantik ini dirancang oleh desainer asal London, Aston Webb dan Ingress Bell. Victoria Law Courts dibangun pada tahun 1887 dan selesai pada tahun 1891. Peletakan batu pertama pembangunan gedung ini dilakukan sendiri oleh Ratu Victotia, pada tanggal 23 Maret 1887. Sayangnya, turis/pengunjung tidak bisa masuk ke dalam Victoria Law Courts. Kita hanya bisa mengagumi keindahan gedung tersebut dari luar.
Jewellery Quarter
Puas mengagumi keindahan Victoria Law Courts, saya segera menuju Jewellery Quarter,yang letaknya agak jauh di luar Kota Birmingham. Sebenarnya saya tidak tertarik untuk mengunjungi Jewellery Quarter karena saya bukan penggemar perhiasan. Namun, saya tergerak juga untuk mampir ke sana karena kata orang kunjungan ke Birmingham serasa kurang lengkap tanpa mampir ke Jewellery Quarter.
Jewellery Quarter merupakan sebuah kawasan pusat penjualan perhiasan emas, perak, intan dan berlian di Birmingham. Di sana terdapat sekitar 800 pelaku bisnis perhiasan yang membuka toko dan galeri di sana. Bagi pecinta perhiasan, Jewellery Quarter merupakan surga. Anda bisa membeli berbagai jenis perhiasan dengan model yang menarik. Bahkan Anda bisa memesan perhiasan dengan model sesuai keinginan Anda. Namun, perlu Anda ketahui, harga perhiasan di berbagai toko yang ada di Jewellery Quarter sangat mahal bagi pemegang Rupiah. Maklum, selain nilai tukar Pound terhadap Rupiah yang memang tinggi, harga berbagai jenis perhiasan tersebut juga memang lebih mahal bila dibandingkan dengan dI Indonesia. Namun, bagi pecinta perhiasan sejati, harga sepertinya bukan masalah. Yang penting bisa mendapatkan perhiasan yang indah sesuai keinginan.
Bull Ring Shopping Center
Setelah capai mengelilingi Jewellery Quarter, saya kembali ke pusat kota Birmingham untuk mencari makan siang. Saya membeli chicken sandwich dan jus jeruk di sebuah supermarket, lalu membawanya ke Bull Ring Shopping Center. Saya nikmati makan siang di mal tersebut, sambil melihat lalu lalang orang di dalam mal.
Bull Ring Shopping Center merupakan pusat perbelanjaan modern (mal) di Birmingham. Gedung Bull Ring Shopping Center sangat berbeda dengan gedung-gedung lainnya yang ada di Birmingham, yang sebagian besar merupakan bangunan tua yang terbuat dari bata merah. Bull Ring Shopping Center menempati sebuah gedung baru dengan arsitektur modern yang sangat unik, dengan warna dominan silver. Tak ayal, Bull Ring Shopping Center pun menjadi salah satu landmark terbarunya Birmingham. Berbagai departemen store/retailer terkenal ada di sini. Mulai dari Debenhams, Mango, Zara sampai Top Man Top Shop. Bagi penggila belanja, sepertinya harus meluangkan waktu untuk mampir ke Bull Ring Shopping Center ketika berkunjung ke Birmingham.
St. Martin’s Church
Tak jauh dari Bull Ring Shopping Center, terdapat pusat perbelanjaan lainnya, yaitu Bull Ring Market. Namun, saya tidak langsung menuju pasar tersebut karena saya melihat sebuah gereja tua dengan arsitektur Gaya Gothic di dekat Bull Ring Shopping Center. Saya mampir sejenak di gereja yang terletak di antara Bull Ring Shopping Center dan Bull Ring Market tersebut. Gereja yang bernama St. Martin’s Church ini dibangun pada tahun 1873 - 1875 oleh arsitek Victoria bernama J. A. Chatwin. Gereja St. Martin sangat mudah dikenali karena menaranya yang tinggi menjulang. Uniknya, menara gereja ini dibangun lebih dulu daripada gereja St. Martin itu sendiri, yaitu pada tahun 1850. Gereja ini terbuka untuk umum dari hari Selasa – Sabtu, dari pukul 09.00 – 18.00.
Bull Ring Market
Beberapa saat sebelum kembali ke London, saya menyempatkan diri mampir ke Bull Ring Market. Pasar tradisional ini menyediakan berbagai kebutuhan makanan sehari-hari seperti daging, ayam, ikan, telor, susu, buah-buahan, dan sayur-mayur. Harga barang di Bull Ring Market sangat murah. Saya sampai tidak percaya melihat harga barang semurah itu di Inggris. Bayangkan, 12 butir telor ayam yang besar-besar hanya dijual £1,00 (sekitar Rp 14.500,00). Buah segar seperti jeruk sunkist, anggur merah, kiwi, strawberry, peach, dan plum juga dijual seharga £1,00 per mangkuk besar. Bahkan kalau kita membeli dua mangkuk, harganya hanya £1,50. Benar-benar murah kan?
Melihat buah-buahan segar yang harganya sangat murah, saya pun tertarik untuk membelinya. Saya membeli satu mangkuk plum merah dan satu mangkuk kiwi dengan harga total £1,50 dari salah seorang penjual yang ada di pasar tersebut. Saya menikmati buah tersebut di dalam bus, dalam perjalanan kembali ke London.
Sebenarnya masih banyak gedung-gedung tua yang cantik di Birmingham. Namun, karena saya sudah terlanjur membeli tiket bus ke London untuk sore hari, saya tidak bisa mengunjungi semua gedung cantik tersebut. sepertinya butuh waktu dua sampai tiga hari untuk bis menjelajahi seluruh sudut kota Birmingham. Ternyata, Birmingham memang kota merah bata yang mempesona.
Getting There
Untuk mencapai Birmingham, dari London Anda bisa naik bus atau kereta api. Perjalanan dengan bus akan memakan waktu sekitar tiga jam, dan bus akan berangkat dari Victoria Coach Station, London. Banyak bus yang melayani rute London - Birmingham dan sebaliknya. Dua perusahaan bus yang paling terpercaya adalah National Express (www.nationalexpress.com) dan Megabus (www.megabus.com). Tiket bus bisa Anda beli secara on line di situs bus masing-masing. Semakin cepat Anda booking, semakin besar kemungkinan Anda akan mendapatkan harga tiket yang murah.
Kalau Anda memilih naik kereta api, perjalanan akan memakan waktu sekitar dua jam (satu jam lebih cepat daripada naik bus). Kereta akan berangkat dari London Euston Station dan berhenti di Birmingham New Street Station. Salah satu kereta api yang melayani rute London - Birmingham dan sebaliknya adalah Virgin Train (www.virgintrains.co.uk). Tiket kereta juga bisa Anda beli secara on line di situs Virgin Train. Sama seperti tiket bus, sebaiknya Anda booking jauh-jauh hari sebelum keberangkatan agar bisa mendapatkan harga tiket yang murah. Anda bisa membeli tiket kereta menjelang keberangkatan, tapi dengan risiko akan mendapatkan harga tiket yang sangat mahal. Harga tiket biasanya membengkak sampai dua kali lipat.(edyra)***
*Dimuat di Majalah VENUE Edisi Agustus 2011.
*Dimuat di Majalah VENUE Edisi Agustus 2011.
Subscribe to:
Posts (Atom)