MENYUSURI TEPIAN SUNGAI BRISBANE
Posted in
Labels:
Keliling Australia
|
at
17:21
Sejenak menikmati keindahan Street Beach
Sungai Brisbane yang bersih dan tenang
Ada banyak cara untuk menjelajah Brisbane, baik dengan naik bus kota, berlayar dengan speedboat (Citycat) atau berjalan kaki. Karena Brisbane tak begitu besar dan atraksi wisatanya banyak terdapat di sepanjang Sungai Brisbane, saya memilih menjelajah Brisbane dengan berjalan kaki menyusuri tepian Sungai Brisbane. Menariknya, tepian Sungai Brisbane baik di sebelah utara maupun selatan, sudah dibangun area khusus utk pejalan kaki dan pengendara sepeda yang nyaman, yaitu Brisbane Riverwalk. Di Hari Sabtu yang cerah, saya menjelajahi Brisbane Riverwalk dari sisi selatan sungai (Southbank) dan bergerak menuju pusat kota di sisi utara sungai.
Streets Beach, pantai buatan yang indah di Brisbane
Streets Beach
Soutbank merupakan salah satu tempat paling menarik di Brisbane. Di kawasan ini, bertebaran atraksi wisata yang patut dilirik. Salah satu yang membuat saya penasaran adalah pantai buatan yang bernama Streets Beach. Brisbane adalah salah satu kota besar di Australia yang tak memiliki pantai. Karena itulah pemerintah kota Brisbane membuat pantai buatan untuk warganya. Streets Beach didesain oleh Desmond Brookes International. Pantai ini mulai dibangun pada Bulan Februari 1991 dan selesai pada Bulan Juni 1992. Pasir putih di pantai ini berasal dari Rous Channel, Teluk Moreton. Untuk menjaga volume pasir putih di Streets Beach, Pemerintah Brisbane selalu menambah pasir putyih sebanyak 70 ton setiap tahunnya. Meski hanya pantai buatan, Streets Beach cukup menarik. Dengan pasir putih dan air laut hijau toska, Streets Beach tak nampak seperti pantai buatan. Apalagi di pinggir pantai ini juga ditanami pohon palm dan pohon kelapa sehingga suasananya mirip pantai alami. Yang membedakan dengan pantai asli adalah di Streets Beach tak ada arus ataupun ombak sehingga lebih aman untuk berenang ataupun bermain air. Saat saya tiba di Streets Beach, suasana begitu semarak. Banyak orang berenang dan bermain air di pantai. Tak ketinggalan anak-anak yang bermain pasir di tepi pantai. Orang-orang yang berjemur di pinggir pantai juga cukup banyak. Mereka semua benar-benar menikmati pantai buatan tersebut. Anehnya lagi, Streets Beach juga memiliki penjaga pantai dengan seragam khusus. Mereka selalu siap sedia di pinggir pantai dan mengawasi aktivitas para pengunjung. Saya sampai heran, apa ya, tugas si penjaga pantai ini?
Wheel of Brisbane
Wheel of Brisbane
Tak jauh dari Streets Beach, terdapat salah satu landmark Brisbane yang cukup banyak digemari para turis, yakni Wheel of Brisbane. Atraksi ini berupa kincir raksasa (observation wheel) setinggi 60 meter yang terdiri dari 42 kapsul kaca mirip Bianglala di Dufan, Ancol. Roda setinggi 60 meter ini merupakan tempat yang tepat untuk melihat panorama Brisbane dari ketinggian. Untuk bisa menaiki kapsul kaca Wheel of Brisbane, Anda harus membayar tiket seharga AUD 15 (sekitar Rp 141.000,00), anak-anak usia 4-12 tahun tiketnya seharga AUD 10 (sekitar Rp 94.000,00), dan anak-anak usia 1 - 3 tahun tiketnya seharga AUD 2 (Rp 18.800,00). Cukup mahal memang. Namun, saya tak melewatkan kesempatan menaiki kincir raksasa ini karena saya suka ketinggian. Setiap mengunjungi suatu kota/negara, saya pasti akan mencari titik tertinggi di kota/negara tersebut, baik tugu, menara atau gedung agar bisa melihat panorama indah kota tersebut. Dari ketinggian, panorama suatu tempat biasanya akan terlihat lebih memukau. Begitu juga dengan Brisbane. Dilihat dari titik tertinggi Wheel of Brisbane, Brisbane terlihat sangat menakjubkan. Sejumlah landmark dan gedung-gedung pencakar langit Brisbane yang berada di Central Business District terlihat dengan jelas. Sungai Brisbane yang berkelok-kelok membelah kota juga terlihat cantik lengkap dengan sejumlah jembatan indah di atasnya.
Tugu unik di Queensland Cultural Centre
Queensland Cultural Centre
Tempat menarik lainnya di Southbank adalah Queensland Cultural Centre. Bagi penggemar seni dan budaya/sejarah, wajib hukumnya mampir ke Queensland Cultural Centre karena di kompleks ini berjajar galeri seni dan museum yang menarik. Beberapa di antaranya adalah : Queensland Art Gallery, Queensland Museum, Queensland Performing Arts Centre, State Library of Queensland, dan Queensland Gallery of Modern Art. Saya sampai bingung harus mengunjungi galeri atau museum yang mana karena semua kelihatannya menarik. Karena waktu saya terbatas, saya hanya mengunjungi Queensland Museum dan Queensland Gallery of Modern Art yang tidak memungut biaya sepeser pun dari pengunjungnya. Bila waktu Anda terbatas, sebaiknya pilihlah museum yang sesuai minat Anda agar Anda masih punya waktu untuk menjelajahi sisi Brisbane lainnya. Bila Anda berniat mengunjungi seluruh galeri seni dan museum tersebut, sepertinya butuh waktu seharian untuk mengunjungi seluruh galeri seni dan museum tersebut.
Roma Street Parkland
Roma Street Parkland
Menyeberangi Jembatan Kurilpa yang arsitekturnya sangat unik, saya tiba di sisi utara Sungai Brisbane. Tujuan saya selanjutnya adalah Roma Street Parkland, taman subtropis terluas terluas di dunia yang berada di sebelah stasiun kereta api utama Brisbane, Roma Street Station. Roma Street Parkland menempati area seluas 16 hektar. Untuk memasuki taman ini, Anda bisa memilih pintu masuk mana saja yang terdekat dengan Anda karena ada 16 pintu masuk. Karena saya datang dari arah selatan (Roma Street Station), pintu masuk terdekat adalah dari Roma Street Station.
Cantiknya warna-warni bunga di Roma Street Parkland
Memasuki Roma Street Parkland, saya disambut hamparan rumput hijau dan gemericik air di danau buatan. Seketika suasana berubah menjadi tenang dan asri. Kalau tak melihat gedung-gedung tinggi di sekitar taman, saya lupa kalau sedang berada di tengah kota besar. Roma Street Parkland memang bak oase di tengah belantara gedung tinggi Brisbane. Taman cantik ini dibagi menjadi beberapa bagian sesuai spesies tananmn, antara lain : The Aridland, Fern Gully, The Forest, The lake, The Lookout, Pandanus Headland, dan Spectacle Garden. Yang paling menarik perhatian saya adalah Spectacle Garden. Di bagian ini terdapat aneka macam bunga warna-warni yang sedap dipandang mata. Mulai dari alamanda, bugenvil, kana, krisan, soka, hingga lavender. Apalagi saat itu, berbagai bunga tersebut tengah bermekaran dengan cantiknya. Alhasil, warna-warni bunga tersebut benar-benar menyegarkan mata saya dan membuat saya betah berlama-lama di taman.
Brisbane City Hall
King George Square
Dari Roma Street Parkland saya bergerak menuju King George Square, di pusat Kota Brisbane. Suasana di King George Square sangat semarak karena tempat ini merupakan salah satu tempat nongkrong favorit Warga Brisbane. Di alun-alun ini terdapat sejumlah bangunan cantik nan menarik. Dua bangunan yang paling menarik adalah Brisbane City Hall dan Albert Steet Uniting Church. Brisbane City Hall terlihat menonjol berkat arsitekturnya yang bergaya Renaissance dan menara jam (clock tower) yang menjulang setinggi 70 meter. Selain itu, dindingnya yang terbuat dari batu alam berwarna coklat juga membuatnya terlihat berbeda dari bangunan di sekitarnya. Brisbane City Hall mulai dibangun pada Bulan Juli 1920 dan dibuka secara resmi pada tanggal 8 April 1930. Selain berfungsi sebagai balai kota, gedung ini juga dimanfaatkan Museum Brisbane (Museum of Brisbane).
Story Bridge
Story Bridge
Dibelah
Sungai Brisbane yang berkelok-kelok, mengharuskan Brisbane membangun banyak
jembatan. Uniknya, jembatan-jembatan yang membentang di atas Sungai Brisbane,
memiliki desain arsitektur yang berbeda-beda. Salah satu jembatan yang paling
menarik dan wajib dikunjungi di Brisbane adalah Story Bridge. Jembatan sepanjang 777 meter ini mulai dibangun pada
tanggal 24 Mei 1935 dan dibuka untuk umum pada tahun 6 Juli 1940. Awalnya,
jembatan ini bernama Jubilee Bridge tetapi
kemudian diubah menjadi Story Bridge untuk
menghormati John Douglas Story, seorang tokoh (pegawai
negeri) yang berjuang keras untuk pembangunan jembatan ini. Keseluruhan
konstruksi Story Bridge terbuat dari
besi baja. Jembatan setinggi 74 meter ini menghubungkan Fortitude Valley dengan Kangaroo
Point. Story Bridge telah lama menjadi landmark
Brisbane dan selalu menjadi objek foto favorit para turis berkat arsitekturnya
yang menarik dan lampu-lampu yang menghiasi seluruh badan jembatan di malam
hari. Bila Anda bernyali besar, Anda bisa mendaki jembatan ini dengan mengikuti
paket Story Bridge Adventure Climb. Biaya paket pendakian Story Bridge
cukup menguras kantong, mulai dari AUD 89 (sekitar Rp 836.600,00) sampai dengan
AUD 130 (sekitar Rp 1.222.000,00), tergantung dari waktu pendakian. Karena
biaya yang cukup mahal, saya tidak tertarik mendaki Story Bridge. Saya lebih memilih berjalan menyeberangi Story Bridge hingga tiba di Kangaroo Point. Tak lupa saya
mengabadikan keindahan Story Bridge di
senja hari dengan kamera kesayangan saya. Duduk-duduk di tepian Sungai Brisbane
sambil memandangi kerlap-kerlip lampu Story
Bridge dan lalu lalang boat di bawah
jembatan menjadi akhir petualangan saya di Brisbane. (edyra)***
GILI SUNUT YANG UNIK DAN IMUT
Posted in
Labels:
Lovely Lombok
|
at
16:23
Untuk menuju Gili Sunut, kita hanya perlu berjalan kaki menyeberangi selat sempit
sepanjang 200 meter yang berubah menjadi jalan pasir pada saat laut surut.
Gili Sunut dilihat dari Pulau Lombok
Gili Sunut berada Lombok Timur Bagian Selatan, tepatnya di Dusun Temeak, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Jaraknya sekitar 75 km dari Mataram atau sekitar dua jam berkendara. Pulau ini berada tak jauh dari Tanjung Ringgit, Tanjung Bloam maupun Pantai Tangsi (Pink Beach) yang belakangan ini sudah mulai “ngetop.” Butuh usaha dan perjuangan untuk mencapai Gili Sunut karena jalan menuju pulau ini banyak yang rusak, dan sekitar 2 km mendekati lokasi masih berupa jalan tanah. Jadi, saya tidak menyarankan mengunjungi Gili Sunut di musim penghujan karena jalanan pasti sangat licin dan sulit.
Selat sempit yang memisahkan Gili Sunut dan Pulau Lombok
Gili Sunut merupakan pulau mungil yang unik, beda dengan gili-gili lainnya di Lombok. Keunikan Gili Sunut yang membuat saya penasaran tak lain adalah akses menuju pulau ini yang tak perlu perahu ataupun sampan. Kita Pasalnya, selat sempit (panjangnya hanya sekitar 200 meter) yang memisahkan Gili Sunut dengan daratan Pulau Lombok hanyalah selat dangkal yang akan berubah menjadi jalanan pasir pada saat air laut surut. Pada saat pasang, air laut juga hanya sebatas paha orang dewasa. Biasanya, air laut surut dari pagi sampai siang menjelang sore. Jadi, sebaiknya Anda berkunjung ke Gili Sunut di pagi hari agar bisa menyeberang/berjalan kaki dengan mudah menuju pulau ini tanpa harus naik sampan atau perahu.
Pantai Gili Sunut yang berpasir putih
Gili Sunut hanyalah pulau kecil yang ditempati sekitar 109 kepala keluarga. Penghuni pulau ini semuanya berprofesi sebagai nelayan. Cuaca di Gili Sunut sangat panas, seperti cuaca di pulau-pulau kecil lainnya. Namun, pulau ini memiliki sebuah pantai yang cukup indah di belakang pulau. Pantainya berpasir putih dengan air laut hijau kebiruan. Cocok untuk berenang, bermain pasir ataupun sekedar duduk-duduk bermalasan di tepi pantai.
Bila Anda berencana mengunjungi Lombok dalam waktu dekat ini, sempatkanlah untuk mampir ke Gili Sunut, mumpung masih gratis. Soalnya, sebentar lagi pulau ini akan digarap sebagai pulau wisata (resort island) lengkap dengan hotel bintang lima, bernama Ocean Blue. Seluruh penduduk Gili Sunut akan dipindahkan ke daratan Pulau Lombok, terkait dengan pembangunan hotel tersebut. Dan pastinya, Gili Sunut tertutup untuk umum kecuali tamu yang menginap di hotel tersebut. Makanya, cepatlah berkunjung ke Gili Sunut!
Rumah-rumah penduduk Gili Sunut
Getting There
Rute jalan menuju Gili Sunut memang cukup sulit. Rutenya sama sepert rute menuju Tanjung Ringgit, Tanjung Bloam maupun Pantai Tangsi (Pink Beach), bedanya hanya di pertigaan terakhir (di hutan). Rute lengkapnya seperti ini : MATARAM - Kediri - Puyung - PRAYA - Mujur - Ganti - Sukaraja - Jerowaru - Pemongkong - Gili Sunut. Dari Mataram, arahkan kendaraan Anda menuju Praya. Dari Praya, teruskan perjalanan ke arah timur (Keruak/Tanjung Luar) hingga tiba di sebuah pertigaan dengan rambu-rambu di Desa Sukaraja, tak jauh dari SPBU (SPBU kedua setelah Praya). Beloklah ke kanan hingga tiba di sebuah pertigaan, kemudian belok kanan lagi hingga tiba di pertigaan lagi, terus belok kiri hingga tiba di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru. Dari pertigaan Desa Pemongkong di dekat sebuah sekolah (tanpa rambu-rambu atau penunjuk arah), beloklah ke kiri hingga tiba di sebuah jalan bercabang tiga di tengah hutan, di mana terdapat sebuah rumah/ warung dan sebuah plang bertuliskan “Kegiatan Reboisasi Kerjasama Indonesia - Jepang.” Ambillah jalan yang tengah (jalan aspal yang cukup rusak) dan teruskan perjalanan hingga tiba di sebuah pertigaan dengan jalan tanah ke arah kanan (sekitar 2 km dari pertigaan tadi). Beloklah ke kanan menyusuri jalan tanah hingga tiba di sebuah bukit, di ujung pulau. Parkirlah kendaraan Anda di bukit tersebut. Selanjutnya, Anda tinggal berjalan kaki menyeberangi selat sekitar 200 meter, dan sampailah Anda di Gili Sunut. (edyra)***
GILI KEDIS, SI "HONEYMOON ISLAND" YANG CANTIK MENAWAN
Posted in
Labels:
Lovely Lombok
|
at
17:12
Menikmati keindahan Gili Kedis
Kali ini saya tidak akan membicarakan Trio Gili Matra maupun Trio Gili Sekotong. Pasalnya ada sebuah gili yang super imut, yang lebih menarik perhatian saya. Gili Kedis namanya. Pulau yang sering disebut sebagai Pulau Bulan Madu (Honeymoon Island) atau Pulau Romantis ini berada tak jauh dari Gili Sudak (Trio Gili Sekotong), tepatnya di Dusun Medang, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Jaraknya sekitar 20 km dari Pelabuhan Lembar atau 40 km dari Pusat Kota Mataram. Gili Kedis sangat mungil ukurannya. Mungkin, luasnya hanya sebesar lapangan bola voli. Saking kecilnya, pulau ini sering tak tercantum di Peta Pulau Lombok, kecuali Peta Lombok yang besar dan detail. Tak heran kalau gkd sering luput dari perhatian para turis. Bahkan, Warga Lombok juga belum banyak yang tahu keberadaan pulau ini.
Gili Kedis yang super imut.
Meski ukurannya super kecil, bukan berarti Gili Kedis tak menarik. Menurut saya, justru pulau ini paling menarik dibanding gili-gili lainnya di Lombok. Pulau yang bisa dikelilingi dalam waktu tak lebih dari lima menit ini, memiliki panorama alam yang memukau dengan pantai berpasir putih dan air laut sebening kristal berwarna hijau toska (turquoise). Yang lebih menarik lagi adalah alam bawah laut Gili Kedis yang sangat menakjubkan. Dengan ber-snorkeling beberapa meter dari bibir pantai, kita bisa melihat aneka jenis terumbu karang yang sangat indah dan beragam jenis ikan dengan warna-warni yang memukau. Karang keras (hard coral), karang lunak (soft coral), bintang laut dan bernagai biota laut lainnya bisa kita lihat dengan mudah di perariran Gili Kedis. Asyiknya lagi, laut di sekitar Gili Kedis juga sangat tenang, tak ada arus ataupun ombak karena letaknya terlindung di Teluk Sekotong. Jadi, acara berenang ataupun snorkeling pun lebih aman dan menyenangkan.
Pantai Gili Kedis yang sangat menawan
Rasanya, saya tak perlu panjang lebar menggambarkan kecantikan dan keunikan Gili Kedis. Biarlah foto-foto di bawah ini yang berbicara. Selamat menikmati keindahan Gili Kedis, surga mungil di barat daya Pulau Lombok!
CANBERRA, IBU KOTA AUSTRALIA YANG TENANG DAN DAMAI
Posted in
Labels:
Keliling Australia
|
at
12:07
Parliament House
Di pagi yang cerah, di awal musim gugur 2012, saya melangkahkan kaki menuju salah satu gedung (landmark) paling terkenal di Canberra, yaitu Parliament House. Dari hotel tempat saya menginap, saya berjalan kaki sekitar 30 menit untuk mencapai tempat ini. Sebenarnya, saya bisa naik bus untuk mencapai Parliament House. Namun, saya memilih berjalan kaki karena hari masih pagi dan cuaca juga sangat bersahabat, di mana langit biru cerah dan udara tidak begitu dingin. Selain itu, saya juga ingin melihat suasana kota Canberra di pagi hari yang ternyata cukup sepi seperti kata kebanyakan orang.
Untuk ukuran ibu kota, Canberra memang sangat sepi. Jalan-jalan cukup lengang, tak banyak lalu lalang kendaraan. Bahkan, di salah satu jalan raya utama yang saya lewati (Commonwealth Avenue) kendaraan juga tidak banyak. Tak ada kemacetan lalu lintas seperti layaknya di ibu kota Negara lainnya. Mau menyebrang jalan pun sangat mudah, tak perlu menunggu lama atau pun khawatir bakal tertabrak mobil saking sepinya jalan. Asyiknya lagi, trotoar jalan juga lebar-lebar dengan pohon-pohon rindang yang berjajar di sepanjang jalan. Benar-benar nyaman berjalan kaki di Canberra. Apalagi saat itu Canberra sedang mengalami musim gugur (musim favorit saya), di mana daun-daun mulai menguning dan berguguran. Acara jalan kaki terasa makin nikmat dan menyenangkan.
Parliament House terletak di pusat kota Canberra. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas 32 hektar di puncak Bukit Capital (Capital Hill), Canberra. Tak heran kalau Parliament House menjadi salah satu landmark paling menonjol di Canberra dan ramai dikunjungi turis dari berbagai negara. Awalnya saya sedikit heran, bagaimana mungkin gedung parlemen bisa menjadi objek wisata. Setahu saya, yang namanya gedung parlemen adalah tempat formal dan tertutup untuk umum seperti Gedung DPR/MPR di Indonesia. Namun, beda dengan Parliament House di Canberra. Meski namanya gedung parlemen, suasana di Parliament House sangat menyenangkan, jauh dari kesan kaku dan formal. Gedung rakyat ini terbuka untuk umum setiap hari, sepanjang tahun (kecuali tanggal 25 Desember), dari pukul 09.00 - 17.00. Asyiknya lagi, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun untuk memasuki Parliament House. Anda hanya perlu melewati serangkaian prosedur keamanan berupa screening metal detector dan X-Ray di pintu masuk gedung ini. Setelah itu, Anda bebas berkeliling Parliament House.
Parliament House mulai dibangun pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1988. Gedung ini didesain oleh Arsitek Italia, Romaldo Giurgola dari Mitchell/Giurgola Architects. Parliament House dibuka secara resmi oleh Ratu Elizabeth II pada tanggal 9 Mei 1988. Sepintas, bentuk bangunan Parliament House terlihat biasa saja. Hanya sebuah gedung yang sangat luas dan tak seberapa tinggi dengan ribuan ruang di dalamnya. Konon kabarnya ada lebih dari 4000 ruang di dalam Parliament House. Namun, bila diperhatikan dengan seksama dari kejauhan, Gedung Parliament House berbentuk seperti boomerang, (senjata tradisional Suku Aborigin) yang diletakkan di tanah lapang.
Banyak hal yang bisa Anda lihat di Parliament House, mulai dari berbagai ruangan yang ada di sana, sejarah Parlemen Australia hingga lukisan foto Perdana Menteri dan Senator Australia dari yang pertama sampai sekarang. Bahkan, Anda bisa naik ke atap gedung (roof top) di mana terdapat lapangan rumput yang luas dan tiang bendera Australia yang berdiri gagah. Selain itu, Anda juga bisa melihat aktivitas sidang para anggota senat/parlemen secara langsung, bila saat itu sedang ada sidang. Dan yang paling menyenangkan, Anda diperbolehkan berfoto dan memotret di dalam gedung kecuali sejumlah ruang tertentu yang memang tertutup untuk umum.
Old Parliament House
Puas mengelilingi Parliament House, saya berjalan ke arah selatan hingga tiba di Old Parliament House. Gedung yang didesain oleh John Smith Murdoch ini dulunya merupakan Gedung Parlemen Australia dari tahun 1927 – 1988, sebelum dipindahkan ke New Parliament House yang sekarang. Kini Old Parliament House dimanfaatkan sebagai Museum of Australian Democracy. Museum ini menceritakan sejarah demokrasi di Australia. Untuk memasuki museum ini, pengunjung harus membayar AUD 2 (sekitar Rp 19.400,00). Karena kurang tertarik dengan masalah politik dan demokrasi, saya tidak masuk ke museum ini. Saya hanya memotret Gedung Old Parliament House yang arsitekturnya cukup unik, dengan bentuk gedung yang memanjang.
Old Parliament House Garden
Di kanan kiri Old Parliament House terdapat taman yang indah, yaitu Old Parliament House Garden. Dulunya kedua taman ini hanya terbuka untuk para anggota senat, parlemen, dan staf Old Parliament House. Namun, sejak tahun 1989, taman ini terbuka untuk umum dan gratis. Kedua taman tersebut diberi nama House of Representatives Garden (di sebelah timur/kiri Old Parliament House) dan Senate Garden (di sebelah barat/kanan Old Parliament House).
Bagi penggemar mawar, Anda benar-benar dimanjakan saat berada di Old Parliament House Garden. Pasalnya tanaman utama di kedua taman tersebut adalah aneka macam mawar dari berbagai penjuru dunia. Kabarnya, sampai saat ini setidaknya ada 515 spesies mawar di Old Parliament House Garden. House of Representatives Garden terdiri dari Ladies Rose Garden (Hybrid Tea dan Floribunda Roses) dan Macarthur Rose Garden (China, Tea dan Noisette Roses). Sedangkan Senate Garden terdiri dari Broinowski Rose Garden (Shrub Roses) dan Rex Hazlewood Rose Garden (Asian and European Roses, termasuk Australian Roses).
Saya beruntung masih bisa melihat aneka jenis mawar di Old Parliament House Garden. Meski saya datang di musim gugur, mawar-mawar di sana masih bermekaran dengan indah, belum banyak yang berguguran. Untuk lebih menikmati keindahan mawar di Old Parliament House Garden, saya pun mencari tempat duduk yang nyaman dan membuka bekal makan siang yang saya bawa. Sungguh menyenangkan menikmati makan siang dikelilingi ratusan bunga mawar warna-warni yang sangat menyegarkan mata.
Captain James Cook Memorial Water Jet
Ada satu atraksi menarik yang pantang dilewatkan ketika berkunjung ke Canberra, yaitu Captain James Cook Memorial Water Jet. Tentunya, saya tak mau ketinggalan menyaksikan atraksi menarik tersebut. Apalagi letaknya juga sangat strategis di Danau Burley Griffin (danau buatan di Canberra), tepat di sebelah jalan raya utama Canberra (Commonwealth Avenue). Saya pun segera meluncur ke sana.
Sebenarnya Captain James Cook Memorial Water Jet merupakan air mancur biasa. Yang membuatnya istimewa dan ditunggu-tunggu para turis tentunyah karena air mancur ini tidak dinyalakan sepanjang hari tetapi hanya dinyalakan pada pukul 14.00 – 16.00. Selain itu, pancaran airnya yang cukup tinggi juga membuatnya semakin menarik. Captain James Cook Memorial Water Jet dibuat untuk memperingati dua abad penemuan Pantai Timur Australia oleh Kapten James Cook. Air mancur ini diresmikan oleh Ratu Elizabeth II pada tahun 1970. Saat dinyalakan secara maksimal, air mancur ini bisa mencapai ketinggian sekitar 147 meter. Di dekat air mancur ini terdapat sebuah bola dunia yang menggambarkan rute perjalanan Kapten James Cook dalam menemukan Australia.
Cockington Green Gardens
Ketika matahari mulai condong ke barat, saya bergegas menuju Cockington Green Gardens, taman yang berisi miniatur sejumlah bangunan terkenal dari berbagai negara di dunia. Dari pusat kota Canberra, saya harus naik bus dua kali untuk menuju taman ini karena letaknya yang berada di luar kota Canberra, yaitu di Gold Creek Village, Nicholls, Canberra. Pertama, saya naik bus jurusan Belconen kemudian dari Terminal Belconen, naik bus jurusan Nicholls dan turun tepat di samping Cockington Green Gardens.
Berkunjung ke Cockington Green Gardens di sore hari, ternyata pilihan yang tepat. Suasana taman benar-benar lengang. Tak ada satu pun turis lain yang berkunjung ke Cockington Green Gardens saat itu kecuali saya. Jadi saya bisa bebas berkeliling taman miniatur tersebut dan memotretnya tanpa ada gangguan. Saya seperti menjadi raksasa ketika berada di Cockington Green Gardens. Semua bangunan tampak imut-imut dan menggemaskan.
Cockington Green Gardens adalah taman milik pribadi (bukan milik pemerintah) yang dibangun oleh Doug dan Brenda Sarah. Taman ini sudah dikelola oleh empat generasi turun-temurun selama 30 tahun. Cockington Green Gardens dibuka untuk umum pada tahun 1979 dan sudah meraih berbagai penghargaan wisata Australia. Taman ini buka setiap hari (kecuali Hari Natal), dari pukul 09.30 sampai dengan pukul 17.00 dengan waktu masuk terakhir pukul 16.15. Tiket masuknya memang cukup mahal, AUD 18,5 (sekitar Rp 179.450,00) untuk dewasa, AUD 10,5 (sekitar 101.850,00) untuk anak-anak umur 4 – 16 tahun, dan gratis untuk anak-anak di bawah 4 tahun.
Cockington Green Gardens dibagi menjadi dua area, yaitu Area Inggris dan Area Australia serta international. Area Inggris berisi berbagai miniatur bangunan khas Inggris termasuk stadion sepak bola (lengkap dengan penontonnya) dan Stonehenge. Nah, di Area Australia dan Internasional yang menarik. Di sana terdapat berbagai miniatur bangunan terkenal dari 31 negara di dunia (termasuk Australia). Mulai dari Gereja St. Andrews (Ukraina), Petra (Jordania), hingga Lahore Gate (India). Tak ketinggalan candi kebanggaan Indonesia, Candi Borobudur. Malah letaknya persis di depan gerbang Area internasional, sehingga setiap turis yang berkunjung ke Cockington Green Gardens pasti akan melihatnya. Sebagai Warga Negara Indonesia, saya bangga sekali melihat miniatur Candi Borobudur berada di antara miniatur berbagai bangunan terkenal dunia lainnya di Cockington Green Gardens.
Australian War Memorial
Keesokan harinya, sebelum meninggalkan Canberra untuk kembali ke Sydney, saya menyempatkan diri untuk mampir ke Australian War Memorial. Museum perang ini letaknya tak begitu jauh dari hotel tempat saya menginap. Hanya perlu jalan kaki sekitar 15 menit. Apalagi museum ini tak menarik biaya sepeser pun dari pengunjungnya, jadi semakin menambah semangat saya untuk menyambangi museum ini.
Australian War Memorial dibangun untuk menghormati para pahlawan dan pejuang Australia yang gugur dalam perang. Di museum ini, Anda bisa belajar tentang sejarah perang dunia, baik Perang Dunia I maupun Perang Dunia II dan keterlibatan Australia dalam perang tersebut. Sejumlah benda yang berhubungan dengan perang juga dipamerkan di museum ini. Mulai dari meriam, tank hingga pesawat tempur. Diorama Perang Dunia I juga dipamerkan dengan menarik di museum ini. Selain itu, Anda juga melihat pemandangan indah dari halaman depan Australian War Memorial, berupa jalan panjang (ANZAC Parade) yang membentang dengan pepohonan rindang di kanan kirinya dan Parliament House di kejauhan. (edyra)***
*Dimuat di Majalah CHIC Edisi 118, 27 Juni 2012.
*Dimuat di Majalah CHIC Edisi 118, 27 Juni 2012.
MASJID DAN MUSHOLLA DI KABUPATEN KARANGASEM
Posted in
Labels:
Sisi Lain Bali
|
at
10:47
Kabupaten Karangasem yang terletak di ujung timur Pulau Bali memiliki jumlah masjid dan musholla yang cukup banyak. Mungkin karena letaknya di ujung timur Pulau Bali, yang berdekatan dengan Lombok, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Di wilayah Kabupaten Karangasem banyak terdapat Kampung Islam yang sebagian besar penduduknya adalah pendatang yang berasal dari berbagai daerah, di antaranya Jawa, Lombok, dan Sulawesi (Bugis). Berikut masjid dan musholla yang ada di wilayah Kabupaten Karangasem.
1. MASJID AL ABROR
Kampung Sindu, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
1. MASJID AL ABROR
Kampung Sindu, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
2. MASJID AL HIKMAH
Kampung Buitan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
3. MASJID AL HUDA
Jl. Nanas Telagamas, Subagan, Amlapura
4. MASJID AN NUR
Jl. Diponegoro, Amlapura.
5. MASJID ASSASUT TAQWA
Kampung Sindu Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
6. MASJID AT TAQWA
Jl. Jend. Sudirman, Subagan, Amlapura.
7. MASJID BAITUR RAHMAN
Jl. Diponegoro, Karang Langko, Amlapura.
8. MASJID BAITUR RAHMAN
Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem.
9. MASJID JAMI' AL MUKHLISIN
Jl. H. Samanhudi, Subagan, Amlapura.
10. MASJID MARHABAN
Jl. Bhayangkara No. 9, Kompleks Polres Karangasem, Amlapura.
MUSHOLLA AL FALAH
Jl. Nanas, Kampung Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan bebandem, Kabupaten Karangasem
MASJID DAN MUSHOLLA DI KABUPATEN KLUNGKUNG
Posted in
Labels:
Sisi Lain Bali
|
at
10:37
Kabupaten Klungkung yang beribu kota di Semarapura mempunyai masjid dan musholla yang jumlahnya lumayan banyak. Kabupaten Klungkung memegang peranan yang penting dalam perkembangan Agama Islam di Bali, karena di daerah inilah Agama Islam pertama kali masuk di Pulau Bali, tepatnya di Kampung Gelgel, Kecamatan Klungkung. Di Kampung Islam Gelgel terdapat Masjid Nurul Huda yang merupakan masjid tertua di Bali yang dibangun pada abad XIII. Berikut beberapa masjid dan musholla yang terdapat di Kabupaten Klungkung.
A. MASJID
1. MASJID AGUNG AL FATAH
Jl. Teratai, Kampung Jawa, Semarapura
2. MASJID AL HIKMAH
Jl. Diponegoro, Kampung Lebah, Semarapura
3. MASJID AGUNG AL MAHDI
Kampung Islam Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
4. MASJID NURUL HUDA
Kampung Islam Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung
B. MUSHOLLA
1. MUSHOLLA AL HIDAYAH
Jl. Diponegoro (sekitar Tukad Unda), Semarapura
2. MUSHOLLA AS SYAERA
Kompleks Pelabuhan Penyeberangan Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung
MASJID DAN MUSHOLLA DI KABUPATEN BADUNG DAN TABANAN
Posted in
Labels:
Sisi Lain Bali
|
at
10:23
Kabupaten Badung dan Tabanan merupakan daerah yang memiliki masjid dan musholla cukup sedikit di Bali. Berikut masjid dan musholla di wilayah Kabupaten Badung dan Tabanan.
Kabupaten Badung
1. MASJID BAITURRAHMAN
Kampung Islam (Bugis) Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Kabupaten Tabanan
1. MASJID AGUNG TABANAN
Jl. Kamboja No. 14, Tabanan.
2. MASJID AL MUHAJIRIN
Jl. Tukad Aung No. 2, Perumahan Bukit Sanggulan Indah, Tabanan.
3. MASJID AL HAMZAH
Desa Senganan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
4. MASJID AL HUDA
Jl. Ahmad Yani No. 29, Kediri, Tabanan.
5. MASJID AL MUTTAQIEN
Jl. Raya Pupuan - Seririt, Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
6. MASJID MISYKATUL HUDA
Jl. Raya Denpasar - Gilimanuk, Desa Bajera, Kec. Selemadeg Barat, Kab. Tabanan
7. MASJID MUROBITHIN
Jl. Gunung Batukaru, Desa Baturiti, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan
8. MASJID NURUL HUDA
Jl. Perkutut No. 1, Dajan Peken, Tabanan.
Subscribe to:
Posts (Atom)